Oleh : Dwinur Pratiwi
Film Jejak Khilafah di Nusantara atau disingkat JKDN sempat menjadi viral pada penayangan perdananya tanggal 1 Muharram 1442 H yang bertepatan dengan Tahun Baru Hijriyah. Saat penayangannya pun terjadi kendala teknis sehingga seolah diblokir atas keluhan pemerintah terhadap film ini. Dilansir dari terkini.id (21/08), pihak Youtube menyebutkan bahwa, ‘Konten ini tidak tersedia di domain negara ini karena ada keluhan hukum dari pemerintah’. Padahal film ini tercatat telah ditonton 278 ribu kali. Namun dianggap Film JKDN dianggap popularitasnya tidak alami dan kerap dibandingkan dengan Film Tilik yang tayang tiga hari sebelumnya yaitu pada tanggal 17 Agustus 2020, menurut founder Drone Emprit, Ismail Fahmi kepada detikINET, Jumat (28/8/2020).
Tilik yang artinya menjenguk merupakan film berbahasa jawa yang rilis tahun 2018 dan ditayangkan di Youtube secara gratis pada tanggal 17 Agustus 2020. Tilik berkisah tentang serombongan ibu-ibu yang pergi menggunakan truk untuk menjenguk Bu Lurah mereka yang sedang dirawat di rumah sakit. (https://zonajakarta.pikiran-rakyat.com 19/08/2020 )
Sedangkan Film Jejak Khilafah Di Nusantara merupakan film dokumenter pengungkapan sejarah nusantara yang masih memiliki ikatan erat dengan Kekhilafahan Utsmaniyyah bahkan sebelum itu, nusantara sudah berhubungan dekat dengan masa Kekhilafahan Abbasiyyah.
Kedua film tersebut sempat dibandingkan oleh Drone Emprit bahwa Film Tilik tidak didominasi BOT untuk mencapai popularitasnya ditengah penonton. Sedangkan film JKDN menggunakan BOT dan terkesan tidak natural. "Kalau isu-isunya khilafah biasanya selalu pakai robot dan orang. Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, biasanya suka ada tagar khilafah, itu pakai robot dulu untuk menaikkan tagar. Kalau sudah kelihatan baru diangkat oleh influencer, buzzer dan fans," pungkas Ismail. (inet.detik.com 28/08/2020)
Dari fakta diatas kita mengetahui bahwa film yang menunjukkan keseharian seolah lebih diterima masyarakat ketimbang film yang baru masyarakat kenal. Terutama mengenai Khilafah, ada yang sudah mengenal kata Khilafah dan ada yang masih awam dengan kata ini. Bahkan saat akan dirilis film JKDN ini sudah ditentang pihak-pihak tertentu karena memuat kata Khilafah.
Meski demikian, pakar kristologi Hj. Irene Handono pada tanggal 20 Agustus 2020 mengajak menonton terlebih dulu agar tidak lebih dulu gagal paham dengan film yang disuguhkan. "Yuk nonton film jejak khilafah dinusantara biar kita ga gagal faham," (ringtimesbali.pikiran-rakyat.com 20/08/2020 )
Saat ini mengapa film jejak khilafah dinusantara ini banyak yang menentang? Karena kebanyakan masyarakat tidak paham apa itu khilafah yang sudah terlanjur diframing negatif. Padahal film JKDN adalah film yang kreatif dan belum banyak karya serupa terutama terkait dengan jejak khilafah di nusantara, film ini didasarkan pada bukti-bukti sejarah yang otentik. Seharusnya dengan adanya film JKDN ini membuat kita lebih paham lagi apa itu khilafah. Karena khilafah bukan hanya kewajiban saja melainkan kebutuhan. Khilafah adalah ajaran islam, kepemimpinan yang menjadi pengganti kepemimpinan kenabian dan memelihara urusan agama dan urusan dunia untuk menegakkan hukum-hukum syariah islam. Khilafah adalah kepemimpinan yang mampu menerapkan Islam secara menyeluruh di seluruh aspek kehidupan manusia.
"Kemudian akan adalagi khilafah yang menempuk jejak kenabian."(HR Ahmad).
Maka Khilafah sejatinya perlu dikenalkan ke generasi saat ini, dan film JKDN salah satu saran untuk mengenalkan Khilafah yang selama ini dikubur dan dikaburkan garis sejarahnya.
Wallohu’alam bi ash shawab.