Bulan Agustus telah berlalu. Bulan yang penuh hikmah karena ada peristiwa besar didalamnya. Yakni kemerdekaan bangsa Indonesia. Meski bulan peringatan kemerdekaan itu sudah berlalu semoga semangat kemerdekaan yang hakiki tetap termiliki oleh setiap penduduk negeri.
Merdeka atau kemerdekaan (al-hurriyyah) merupakan suatu nilai yang amat tinggi dan merupakan anugerah Allah yang amat berharga bagi manusia.
Dalam adagium Arab, terdapat ungkapan, "La syai'a atsman-u min-a al-hurriyah." Artinya, tak ada sesuatu yang lebih bernilai ketimbang kemerdekaan.
Allah SWT berkenan memberikan kemerdekaan itu kepada manusia, tidak kepada makhluk lain, seperti langit atau bumi. Firman Allah SWT, artinya, "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab, 'Kami datang dengan suka hati.'" (QS Fushshilat [41]: 11).
Di suroh 41: 11, kalimat perintah kepada langit dan bumi "datanglah kamu berdua menurut perintahKu dengan patuh atau terpaksa", ini adalah kalimat penegasan bahwa hakikatnya mereka (bumi dan langit) itu tidak memiliki pilihan. Pada dasarnya mereka sudah dalam keadaan menuruti perintah Allah dengab penciptaaan mereka.
Berbeda dengan manusia yang dikaruniai pendengaran, penglihatan dan hati/akal (qs anNahl 16:78). Manusia diberikan potensi fujur dan takwa ( qs asy Syams 91:8), yang dengan bekal itu semua manusia mendapat amanah untuk ibadah (qs Adz Dzariyat 51:56) dan akan mendapatkan ujian saat melaksanakan amanahnya (Qs al Ankabut 29:2).
Manusia tidak bisa lepas dari melakukan ketaatan. Hanya yang perlu digarisbawahi disini adalah kepada siapa manusia melakukan atau mempersembahkan ketaatannya.
Bahkan bagi orang yang mengaku atheis sekalipun. Tidak mengakui adanya tuhan. Hakikatnya dia sedang diperbudak oleh hawa nafsu nya sendiri. Dia adalah seorang yang sedang terjajah.
Saat ketaatannya dia lakukan kepada Allah sebagai pemilik dan pencipta seluruh makhluk yang ada di bumi dan langit serta dunia dan akhirat, maka hakikatnya dia telah merdeka dari ketaatan kepada makhluk Allah yang hakikatnya lemah, fana dan tidak memiliki kekuasaan.
Makhluk Allah ini dapat berupa berhala ( Qs al An'am 6:74), kebiasaan nenek moyang atau adat istiadat (Qs al Baqoroh 2: 170) atau bahkan hawa nafsu (Qs al Furqon 25:43).
Maka saat seseorang yang beriman merasa terpaksa bahkan dikungkung oleh ayat-ayat Alloh, merasakan berat, susah saat melaksanakan perintah-perintah Alloh kemudian dia terus bersabar dan menguatkan kesabarannya dalam bertakwa pada Alloh, maka dia lah orang beruntung. Dia lah hakikatnya orang yang merdeka!
Post a Comment