REKONSTRUKSI PELAJARAN SEJARAH UNTUK KEJAYAAN NEGERI


Oleh: Siva Saskia

Komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) turut menanggapi polemik akan dihapuskannya mata pelajaran sejarah dalam menyederhanakan kurikulum yang tengah digarap kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud). Wacana ini menimbulkan banyak pertentangan dari berbagai pihak, baik itu dari kalangan masyarakat, pendidikan, guru dan juga akademisi. Komisioner bidang pendidikan, KPAI, Retno lestyarti menilai wacana untuk menjadikan mata pelajaran sejarah sebagai pilihan yang tidak wajib di jenjang SMA, bahkan menghapus di jenjang SMK adalah sangat tidak tepat. Menurut nya, semua anak berhak mendapatkan pelajaran sejarah yang bobot dan kualitasnya sama, baik itu di jenjang SMA maupun di SMK.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya, bagaimana mau menghargai kalau pelajaran tersebut tidak diberikan."tegas Retno di Jakarta Minggu, 20 September 2020.  

Ketika muncul pemberitahuan bahwa pembelajaran sejarah akan di hapuskan dari kurikulum, jelas memunculkan banyak polemik di kalangan masyarakat. Harus kita sadari bahwa sejarah itu memiliki arti yang sengat penting dalam pendidikan juga dalam kehidupan bagi kemajuan sebuah bangsa, karenanya jika negeri ini mau bangkit menyongsong kejayaan mestinya bersiap merekonstruksi pelajaran sejarah, bukan malah mau di hapuskan.

Banyak pelajaran penting yang bisa diambil dari sejarah, nilai-nilai yang dipelajari dalam sejarah bangsa merupakan karakter nyata dan teladan bagi generasi muda. Pembelajaran sejarah juga dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya para pendahulu, jasa yang dilakukan para pendahulu untuk bangsa, memberikan perspektif dan ukuran untuk menilai perjalanan bangsa. 

Sebagian masyarakat mungkin ada juga yang acuh dengan di hapuskannya pelajaran sejarah dari kurikulum. Maka wajar saja, sejak awal, pemerintah kurang mengedukasi mengenai pentingnya sejarah. Padahal seharusnya masyarakat dipahamkan mengenai pentingnya sejarah dalam kehidupan. Meski akhirnya direvisi, Masyarakat perlu paham bahwa rencana penyederhanaan kurikulum berefek tidak wajibnya pelajaran SMA/SMK adalah berbahaya, karena bisa menghilangkan memory tentang jasa-jasa pahlawan terutama dari kalangan ulama yang begitu gigihnya memperjuangkan kemerdekaan negeri kita, menghapus tragedi kekejaman PKI, sejarah tentang kemerdekaan, dan masih banyak lagi pelajaran sejarah yang harus kita ketahui dan pelajari.

Makin gencarnya upaya penghapusan sejarah dari kurikulum, tentu hal ini bikin tanda tanya bagi kita. Ada apa sebenarnya?. Semenjak boomingnya sebuah film dokumenter tentang Jejak khilafah di Nusantara, dan film ini mendapatkan begitu banyak respon positif dari berbagai kalangan masyarakat. Walaupun ada Sebagian suara-suara sumbang yang memberikan respon negative, tapi itu tak menyurutkan orang-orang yang berperan di balik layar pembuatan film ini. Karena bagi mereka ini adalah kebenaran yang harus masyarakat ketahui. Tentu saja hal demikian membuat pihak-pihak yang tak ingin kebenaran terungkap merasa kebakaran jenggot. Bisa kita lihat, saat penayangan film ini pemerintah berusaha membaned, tapi berkat nasrullah dan sigapnya panitia yang berperan di balik layar, film ini berhasil di tonton oleh ribuan penonton. Hal ini membuktikan, pemerintah seolah mau menutupi bahkan berupaya menghilangkan sejarah Jejak khilafah di Nusantara ini. Ada indikasi supaya masyarakatnya tidak paham tentang khilafah dan islam di Indonesia dengan alasan demi keutuhan NKRI.

Tentu saja, dengan munculnya film ini menimbulkan banyak polemik dari pemerintahan dan sebagian masyarakat juga yang sudah teracuni pemikiran buruk tentang Islam. Di kalangan pemerintahan banyak yang kontra dengan film yang berjudul Jejak khilafah di Nusantara ini, karena menurut mereka film ini bisa mengakibatkan perpecahan negara dan mengancam keamanan negara. Namun harus kita ketahui bahwa film Jejak khilafah di Nusantara ini bukanlah film bohong atau film yang di skenariokan untuk menghancurkan negara. Namun untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa peran islam di Nusantara ini sangat besar. Dan bahwa jejak kekhilafahan di Nusantara ini memang ada. 
Dan mungkin karena adanya film Jejak khilafah di Nusantara ini juga pemerintah mengusulkan untuk di hapuskannya pelajaran sejarah dari kurikulum, karena mereka takut masyarakat akan terpahamkan tentang khilafah karena sebelumnya mereka telah memberikan edukasi buruk mengenai kekhilafahan itu sendiri. Sejarah tentang Islam dan khilafah di negeri ini semestinya di ajarkan agar mampu menciptakan kegemilangan serta mampu mendapatkan kemajuan, bukan malah di tutupi dan di musuhi keberadaannya.

Post a Comment

Previous Post Next Post