Radikalisme diwaspadai, Sekularisme tak disadari


Oleh: Echi Aulia
Pegiat Literasi dan Member AMK


Radikal! Ya, kata ini seolah tak asing lagi di telinga. Pembahasannya pun selalu menjadi polemik di negera Indonesia. Lagipula entah siapa yang disebut radikal belum dapat dipastikan. Nyatanya orang yang dicap radikal justru sering salah sasaran. Bagaimana tidak, yang dianggap radikal selalu orang yang ramah, terdidik dan berakal. "Good looking" kalau kata Pak Menag.

Dengan sikap waspada terhadap paham radikal, hingga lupa bahwa ada paham yang lebih berbahaya. Yaitu paham Sekularisme, yang kehadirannya tidak disadari di tengah-tengah masyarakat.

Sebagaimana diketahui, sebelumnya Pak Menag (Menteri Agama), Fachrul Razi mengatakan bahwa paham radikal itu masuk melalui anak good looking. Hingga kata "good looking" menjadi booming di medsos. Katanya sih hanya ilustrasi, tapi tetap saja menyakiti hati umat Islam. Yang terbaru Da'i harus disertifikasi. Ini jelas semakin ngawur. Sebab, jika benar itu direalisasikan, khawatir Islam akan diatur sesuai kepentingan rezim.

Kemudian, Pak Menag mengatakan lagi, bahwa lembaga pemerintahan tidak akan menerima peserta CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) dan ASN (Aparatur Sipil Negara) yang memiliki ide-ide dan pemikiran Khilafah.

"Pemikiran seperti itu (Khilafah) enggak usah diterima di ASN. Tapi kalau sudah diwaspadai sebaiknya enggak masuk ASN," kata Fachrul dalam webinar yang berjudul 'Strategi Menangkal Radikalisme Pada ASN' di kanal Youtube Kemenpan RB, Rabu (2/9).

Fachrul menyadari bahwa paham Khilafah sendiri tidak dilarang dalam regulasi di Indonesia. Namun, ia mengatakan lebih baik penyebaran paham tersebut diwaspadai di tengah-tengah masyarakat. Sebagaimana dikutip m.cnn.indonesia.com pada Rabu, 2/9/2020.

Katanya paham Khilafah tidak dilarang. Tapi penyebarannya diwaspadai. Banyaknya kebijakan yang semakin ngawur adalah bukti ketakutan rezim terhadap kebangkitan Islam. Agenda deradikalisasi hanya dalih untuk menghalanginya. Dan memilih eksis mempertahankan paham Sekularisme yang jelas sekali bahayanya.

Kenapa Sekularisme lebih berbahaya, bahkan melebihi virus Corona? Karena Sekulerisme adalah sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan.Dalam pemerintahan tidak boleh melibatkan agama. Beragama cukup di tempat ibadah saja.

Jika virus Corona hanya memisahkan roh dari badan. Sekularisme memisahkan agama dari sendi kehidupan. Walhasil, muslim yang taat syariat, dianggap ekstrim. Menegakkan amar makruf nahi mungkar, dianggap radikal.
Wajar, karena paham sekuler tidak memakai Islam sebagai landasan hukum dalam pemerintahan. Mereka bebas menetapkan hukum berdasarkan kepentingan. 

Paham Sekularisme nyatanya juga tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di negeri ini. Masalah bukannya berhenti, namun selalu datang bertubi-tubi. Sedangkan Islam adalah agama yang sempurna. Syariatnya mengatur seluruh aspek kehidupan. Baik aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, politik, dan pemerintahan.

Rasulullah saw. bersabda,

"Islam akan lepas seutas demi seutas dan apabila satu simpul telah terlepas, niscaya manusia akan berpegang pada simpul yang lain. Ketahuilah bahwa simpul pertama yang akan terputus adalah simpul hukum pemerintahan dan simpul terakhir adalah shalat." (HR. Ahmad).

Hadits di atas menggambarkan kepada kita, betapa bahayanya paham Sekularisme ini. Bukan hanya merusak satu sendi kehidupan saja. Namun merusak seluruh sendi kehidupan manusia. Sanggupkah kita membayangkannya? Jangankan membayangkan, terlintas di benak saja, tidak. Lalu bagaimana Islam menawarkan solusi?

Satu-satunya solusi adalah kembali kepada sistem khilafah menerapkan Islam secara Kafah. Maka kita akan paham dan sadar bahwa hanya Islam yang mampu menyelesaikan persoalan di negeri ini.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً  ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"Wahai orang-orang yang beriman Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 208)

Dalam Islam, Kedaulatan di tangan Syara'. Artinya yang berhak menetapkan hukum benar-salah, halal-haram, dosa-pahala adalah hukum Syara'. Sedangkan di bidang sosial,ekonomi, pendidikan dan politik, Khalifah mengambil salah satu pendapat terkuat di antara pendapat para Mujtahid, yang telah digali dari sumber-sumber hukum Islam. Dan Ini berlaku di tengah masyarakat.

Dengan begitu, umat Islam benar-benar menjadi umat yang satu, di bawah kepemimpinan seorang Khalifah di seluruh dunia. Kegagalan Kapitalis yang menganut paham Sekularisme ini, hanya dapat diperbaiki dengan tegaknya Khilafah.

Terbukti, ajaran Islam berbeda dengan paham Sekulerisme. Paham inilah yang harus diwaspadai. Bukan ajaran Khilafah yang justru melanjutkan kembali kehidupan Islam. Sebab, hanya sistem pemerintahan Islam yang mampu membebaskan umat dari segala bentuk penindasan, ketidakadilan dan berbagai macam persoalan lain di dunia.

Menjadikan Islam sebagai jalan hidup dan syariatnya sebagai pedoman hidup, InsyaAllah negeri ini akan diberkahi oleh Allah Swt. Semoga dalam waktu dekat, kerinduan pada peradapan Islam ini akan segera terobati.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post