PSBB MENUAI KRITIK HINGGA BANSOS YANG TERCEKIK


By : Julia Sara

Orang terkaya Indonesia, Budi Hartono, angkat bicara menanggapi rencana penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB di DKI Jakarta. Pemilik Djarum Group dan BCA itu menolak langkah Gubernur DKI Anies Baswedan dengan mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo. Dalam surat itu, Budi Hartono menyampaikan keinginannya untuk memberikan masukan terkait dengan rencana Gubernur DKI Jakarta memberlakukan PSBB mulai 14 September 2020. Alasan pemberlakukan PSBB itu sendiri karena semakin besarnya kasus positif Covid-19 di di DKI Jakarta dan kapasitas rumah sakit di DKI Jakarta akan mencapai maksimum kapasitasnya dalam jangka dekat.

"Masyarakat lebih takut kehilangan pekerjaan dan pendapatan serta kelaparan daripada ancaman penularan Covid-19. Beberapa lembaga survei menunjukan hasil riset seperti itu. Di antaranya adalah lembagai survei Vox Populi, CPCS dan Indobarometer, di mana masyarakat rata-rata di atas 80 persen tidak menghendaki adanya PSBB kembali,” ungkap Budi Hartono. (Solopos.com/13/9/2020).

Sementara itu, Juliari, Menteri Sosial menyatakan jika perlu diklarifikasi karena DKI Jakarta masih memberlakukan status PSBB. Sebab, status PSBB DKI Jakarta belum dicabut. "Yang memutuskan penetapan status PSBB kan Kementerian Kesehatan. Untuk itu, Kementerian Sosial masih fokus pada bantuan sosial (bansos) yang sudah berjalan, termasuk bansos sembako di DKI Jakarta dan Botabek yang berjalan sampai Desember 2020," katanya. (Detiknews.com/13/9/2020).

Juliari P. Batubara juga menyatakan akan muncul kebutuhan penanganan terhadap masyarakat yang terdampak dalam bentuk bantuan sosial, tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. "Bila keputusannya adalah menambah bansos sejalan dengan pengetatan PSBB, maka itu bukan keputusan yang mudah. Dibutuhkan kajian mendalam dan koordinasi yang tinggi," kata Juliari. Tak hanya itu ia juga berkata, "Kalau memang diputuskan perlu ada kebijakan terbaru, kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Kami masih fokus pada bantuan sosial (bansos) yang sudah berjalan, termasuk bansos sembako di DKI Jakarta dan Botabek," ucapnya dalam keterangan tertulis pada laman detiknews.com, Minggu (13/9/2020).

Meningkatnya orang-orang yang terkena covid-19 membuat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan membuat PSBB untuk kedua kalinya dan tentu saja tidak mudah. Jika PSBB kembali diterapkan maka pasti ekonomi yang menjadi taruhannya. Tak bisa dipungkiri jika PSBB diterapkan, ekonomi akan terhambat, hal ini karena masyarakat dilarang untuk bepergian keluar daerah dan keluar rumah hanya untuk kepentingan yang terpenting saja. Namun, langkah ini ampuh dilakukan jika masyarakat patuh dan pemerintah bisa memberikan bantuan sosial ke masyarakat yang tidak bisa bekerja atau bahkan pekerjaannya tidak ada lantaran penerapan PSBB ini. Hal inilah yang menuai polemik pada penerapan PSBB ini karena Menteri Sosial tidak memiliki dana lebih untuk menanggung ekonomi PSBB.

Berbeda halnya dengan islam, yang mana pengaturan pembatasan sosial seperti ini mendapat dukungan penuh dari para pemerintahan, tanpa saling sikut dan dijadikan momok yang menakutkan untuk ekonomi ke depannya. Jika ini berkaitan dengan nyawa umat, maka akan dilakukan cara terbaik, termasuk pembatasan wilayah yang akan membuat wilayah lain aman dari wabah yang sedang melanda. Islam telah mencontohkan bagaimana penanggulangan hal ini dan seharusnya sejak awal wabah atau virus yang melanda, pembatasan ini dilakukan sehingga tak perlu melakukan pembatasan sosial berulang kali. Karena pintu awal sudah ditutup, maka wabah pun tak akan bisa ikut masuk. Pandemi yang melanda dan virus yang merajalela sudah terjadi di zaman Umar bin Khattab dan ini sesuai dengan hadits Rasul yang berbunyi : Dari Usamah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Thaun adalah wabah yang dikirim kepada satu kelompok dari Bani Israil atau kepada orang-orang sebelum kalian. Jika kalian mendengarnya di suatu negeri, maka janganlah kalian mendatanginya. Dan jika Thaun menjangkiti suatu negeri sementara kalian di sana maka jangan keluar untuk menghindarinya.” Abu Nadhr berkata, Jangan ada yang membuatmu keluar selain untuk menghindarinya.’ (HR Al Bukhari 3473, Muslim 2218, At-Tirmidzi 1065, Ahmad 5/201, Al-Bukhari 5729, Abu Dawud 3103). 

Wallahu ‘alam ash bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post