Oleh: Elis Herawati
Ibu Rumah Tangga
Di era saat ini, banyak negara yang menganggap bahwa perempuan memiliki peran penting dalam memutus rantai kemiskinan dan kebodohan. Sehingga beranggapan bahwapemberdayaan perempuan dalam industri untuk menggerakan ekonomi suatu negara sangat penting. Tak hanya negara-negara Barat, negeri-negerimayoritasmuslim pun turut mendukung wacana pemberdayaan perempuan ini,termasuk Indonesia.
Dilansir dari pikiran rakyat, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Ina Primiana mengatakan ada dua hal yang harus dilakukan wanoja Sunda agar mampu menjadi ibu peradaban, sehingga akan memutus rantai kemiskinan dan kebodohan. Pertama, dengan terus melanjutkan pendidikan. Saat ini, kata Ina, rata-rata perempuan di Jawa Barat, hanya lulusan SD dan SMP.Kedua, hindari meninggalkan keluarga untuk bekerja.
Pembicara lainnya, anggota DPR dari Partai Golkar, NurulArifin mengatakan pentingnya perempuan dalam politik. Menurut Nurul, banyak hal dalam politik tentang perempuan dan hal itu tidak bisa meminta kaum lelaki untuk membahasnya secara keseluruhan.Nurul juga menyampaikan kekecewaannya melihat masih jarang perempuan di aparatur sipil negara (ASN) yang menduduki posisi pimpinan. Demikian pula di militer dan kepolisian.Diakui Nurul, masih ada persoalan kemampuan pada perempuan. Berikutnya masih ada kekhawatiran perempuan bila meninggalkan rumah demi kariernya.“Ada juga perempuan yang dilarang suami untuk berkarir lebih tinggi,” ucapnya.
Memang kesannya bagus, perempuan bisa mandiri, perempuan bisa bekerja tanpa harus mengharapkan saja dari suami dan perempuan bisa setara dengan laki-laki.Namun, tahukah bahwa kata “pemberdayaan perempuan” merupakan salah satu propaganda dari ide feminis yang ide dasarnya menyamaratakan antara laki-laki dan perempuan ( kesetaraan gender ). Ide ini sekilas nampak baik, tapi faktanya ide ini sangat berbahaya bagi fitrah perempuan yang sebenarnya. Kesetaraan gender adalah alat penjajahan barat bagi umat islam
Dalam islam, perempuan adalah sosok yang dimuliakan. Bahkan islam memberikan peluang yang sangat besar bagi perempuan untuk berkontribusi aktif di tengah masyarakat, dengan tetap menjunjung tinggi kemuliaan mereka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala:“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisaa : 124)
Secara garis besar peran hakiki perempuan terdapat pada dua ranah, yaitu ranah domestik (keluarga/rumah tangga) dan ranah publik. Pada ranah domestik, peran utama perempuan ada dua macam yakni sebagai ummuwarabatul ‘bait (ibu manajer rumah tangga) dan ummuajyal (ibu pencetak generasi).
Peran ummuwarabatul ‘bait yaitu seorang perempuan memiliki kewajiban sebagai manajer rumah tangga dalam mengurusi suami, anak, dan segala kebutuhan rumah tangga. Sedangkan peran ummuajyal yaitu seorang perempuan memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya untuk dicetak menjadi generasi muslim yang faqihfiddin, shaleh atau shaleha serta dapat memberi manfaat untuk umat.
Di ranah publik, seorang perempuan bukan berarti tidak dapat beraktivitas secara optimal dan produktif. Islam pun mewajibkan bagi kaum muslimin, laki-laki dan perempuan untuk menjadi seseorang yang berpikir politis dan melakukan berbagai aktivitas politis. Tentu, politik di sini adalah politik dalam Islam yakni ri’ayatunsyu’unil ‘ummah (mengurusi urusan masyarakat).
Sementara sosok “Wanita Karier” saat ini, mereka terlalu disibukan dengan aktivitas bekerja di luar rumah, bahkan ia mengabaikan perannya di ranah domestik. Sehingga tidaklah aneh, jika saat ini banyak perempuan yang menitipkan anaknya ke nenek atau tempat pengasuhan anak demi mengejar eksistensinya sebagai wanita karier. Padahal, kelak yang akan dimintai pertanggungjawaban terhadap pendidikan anaknya itu bukan nenek atau tempat penitipan anak tapi ia sebagai orangtua, terlebih sebagai seorang ibu yang memiliki peran mendidik anak.Bukan hanya itu, terkadang banyak perempuan yang lebih memilih untuk mengejar prestasi tinggi di tempat kerja dari pada kewajibannya di rumah sebagai seorang istri. Sehingga, ia lalai menunaikan kewajibannya kepada suami dan mengurus rumah.
Hanya islam yang bisa mengangkat derajat perempuan menjadi lebih mulia, bukan menjadikan perempuan sebagai target materi atau komoditas pasar yang bisa diperjualbelikan dan dimanfaatkan seenaknya.Tujuannya, agar mereka mampu mendidik anak dengan baik. Agar ketahanan keluarga kukuh, tak mudah dipicu dengan perselisihan tak perlu. Sebagaimana yang dialami keluarga dalam kapitalisme.
Penindasan dan ketidakadilan hingga berimbas kemiskinan pada kaum perempuan sesungguhnya bermula dari sistem kehidupan yang sekuler kapitalistik. Atas nama pemberdayaan, perempuan dieksploitasi. Problem kemiskinan adalah tanggung jawab negara, bukan bebanperempuan. Kemiskinan bisa tuntas bilamana dunia mau menerapkan sistem Islam dalam institusi Khilafah. Dengan Khilafah, perempuan mampu lepas dari belenggu kemiskinan, penindasan, dan kriminalitas.
Wallahu’alam Bi Shawwab.