Pilkada di Masa Pandemi, semakin Melanggengkan Demokrasi


Oleh: Neneng Sriwidianti
Pengasuh Majelis Taklim dan Member AMK

Penyebaran virus Covid-19 semakin masif. Menurut data yang di himpun  pertanggal 20/09, terhitung ada 240.687 jumlah kasus positif Covid-19, dengan jumlah total pasien meninggal mencapai 9.448 orang. Kondisi semakin mencekam. Indonesia di jurang resesi ekonomi seandainya virus ini tidak bisa diatasi dengan cepat.

Ironisnya, di tengah situasi seperti ini pemerintah ngotot ingin melaksanakan pilkada langsung yang akan diselenggarakan secara serentak tanggal 9 Desember 2020. Padahal disinyalir jika dipaksakan, pilkada bakal menjadi bom waktu yang melipatgandakan angka positif Covid-19 dan pandemi akan lebih sulit ditangani.

Menurut M Qodari, prediksi ini didasarkan hitungan matematika dari masa pendaftaran calon pilkada pada 4-6 September lalu. Menurutnya, selama itu pemerintah telah menunjukkan gelagat ketidakmampuan mencegah kerumunan dalam pilkada.

"Harap jangan over confident (terlalu percaya diri) untuk tahapan selanjutnya, apa itu? Masa kampanye dan pencoblosan. Mengapa? Karena pada saat itu akan terjadi potensi ledakan bom atom kasus Covid-19 di Indonesia," tutur Qodari dalam diskusi virtual, CNN Indonesia, (12/9/2020).

Usulan dari berbagai pihak agar pilkada ditunda ditolak oleh rezim. Menko Polhukam, Mahfud MD mengatakan, bahwa penundaan pilkada hanya bisa dilakukan lewat UU atau Perppu. Untuk pembuatan UU, dari segi waktu sudah tidak memungkinkan, sedangkan untuk pembuatan Perppu, belum tentu mendapatkan dukungan DPR.

Pilkada menjadi instrumen penting untuk mempertahankan demokrasi. Kerusakan dan kezaliman kepemimpinan demokrasi akan diperpanjang nyawanya melalui pilkada. Tidak adanya penjagaan jiwa dan abainya terhadap kesehatan, menjadi bukti bahwa demokrasi telah gagal mengurusi rakyat.

Alangkah bijaknya, jika dana  besar  pilkada  dialokasikan untuk menuntaskan virus Covid-19 agar pandemi ini cepat berlalu dari negeri ini. Inilah akibatnya ketika urusan kehidupan ini diserahkan kepada manusia yang sipatnya lemah. Alih-alih  kebaikan yang kita dapatkan, tetapi justru kerusakan dan kehancuran yang  semakin berkepanjangan. 

Islam adalah rujukan satu-satunya untuk mengganti sistem kriminal demokrasi. Islam adalah agama yang paripurna  mengatur seluruh aspek kehidupan mulai dari aspek ibadah sampai politik. Dalam politik, Islam juga mengatur bagaimana tata cara mengangkat seorang pemimpin, termasuk bagaimana memilih pemimpin yang ada di daerah.

Dalam Islam, kepala daerah tidak dipilih oleh penduduk daerah administratif setempat, melainkan diangkat oleh kepala negara (Imam/ khalifah). Inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan diamalkan oleh para khalifah dari kalangan sahabat Nabi sesudahnya. Tidak ada pengumpulan masa yang banyak dan biaya yang besar. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini. 

Sebagai contoh, Rasulullah saw. sebagai kepala negara pernah mengangkat Muadz bin Jabal menjadi gubernur di Janad (di Yaman), mengangkat Ziyad bin Labid menjadi gubernur di Hadharamaut, mengangkat Abu Musa Al Asy'ari menjadi gubernur Zabid dan 'Adn, dan sebagainya. (Muqaddimah Ad Dustur, I/189-191)

"Dan apa saja yang diberikan Rasul kepadamu maka ambillah dia, dan apa saja yang dia larang bagimu, maka tinggalkanlah dia" (TQS. Al-Hasyr [58]:7)

"Barang siapa melakukan suatu perbuatan yang tidak ada tuntunan kami atasnya, maka perbuatan itu tertolak." (HR. Muslim)

Begitu juga, haram hukumnya memilih penguasa yang menjalankan hukum yang bukan syariah Islam. Oleh karena itu, pilkada dalam sistem demokrasi hukumnya haram, karena penguasa yang terpilih dalam sistem ini jelas akan menjalankan dan  melanggengkan hukum yang bukan syariat Islam.

Ini berdasarkan dalil-dalil umum yang mengharamkan  segala tasharrufat (tindakan hukum) dan akad yang tidak dibawa oleh syariah Islam. (Syekh Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyah Al-Islamiyah, 3/233).

Saatnya, kita mencampakkan demokrasi sistem kufur. Segera berjuang untuk menegakkan khilafah Islam yang akan menerapkan Islam secara kafah. Barakah dari langit dan bumi akan segera kita dapatkan. 

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit  dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."(TQS. Al-A'raf [7]: 96)

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post