By : Bidan Diny
Leuwiliang Bogor
nahrudiani@gmail.com
Berita mengejutkan di tengah pandemi yang belum usai, antrian perceraian yang memanjang di salah satu daerah di wilayah Bandung. Terhenyak, kaget, memprihatinkan. Inikah akhirnya dari sebuah tatanan masyarakat modern yang diagung agungkan sistem sekuler kapitalis. Dimana perempuan di angkat untuk setara dengan laki laki, tapi akhirnya kehancuran rumah tangga yang di dapat.
Akibat perceraian pastinya menyisakan banyak cerita, dari sana terlahir anak anak baru yang mengalami kesedihan, dari sana muncul orang tua singel parent, dari sana tercipta beban ekonomi yang ditanggung sebelah pihak, belum lagi kasih sayang yang tak utuh lagi.
Tentunya perceraian itu ada sebabnya, dan penyebab ini harus dicari solusi nya agar angka perceraian tidak bertambah panjang. Solusi harus sistemik, bukan hanya menyelesaikan masalah individu yg bertikai tapi jauh ke arah hulu yang menyebabkan perceraian suami istri.
Jika masalahnya ekonomi maka pemerintah harus turut berperan menyehatkan ekonomi keluarga dengan menyediakan lapangan kerja yang memadai untuk seorang suami agar bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidup. Jika penyebabnya dari sisi peran dan fungsi suami istri yang tidak berjalan baik, maka pemerintah harus berperan mencerdaskan pasangan suami istri dari sisi aqliyah (pemikiran) sampai sisi nafsiah (pola sikap).
Siapa yang bertnggung jawab atas itu semua? Bukan hanya individu dan masyarakat, tapi juga negara sebagai Soko guru ketahanan keluarga.
Wallahua'lam bishowab