Oleh : Ana Mardiana
Kembali terjadi penghinaan terhadap agama islam, dimana kitab suci Al-Qur'an di bakar dengan penuh kebencian. Aksi pembakaran Alquran yang dilakukan demonstran antimuslim di Swedia berakhir rusuh. Unjuk rasa itu dipicu politisi kontroversial Denmark, Rasmus Paludan.
Paludan, ditulis AFP, yang hendak datang ke Swedia untuk berorasi mendapat tentangan dari otoritas setempat. Pihak berwenang memblokir kedatangannya ke kota Malmo, Swedia selatan.
Ini memicu ketegangan di kelompok sayap kanan sehingga berdemo dan membakar Alquran, Jumat (28/8/2020) malam. Sejumlah orang ditangkap polisi Swedia. (Cnbcindonesia, 31/8/2020).
Aksi pelecehan terhadap Alquran tersebut merembet ke negara tetangga Swedia, Norwegia. Salah seorang pengunjuk rasa yang diorganisir kelompok Stop Islamisasi Norwegia (SIAN) merobek-robek halaman Alquran dan meludahinya. Bentrokan pun akhirnya memuncak. Puluhan orang ditangkap dalam bentrokan tersebut.
Hal ini kamudian menumbuhkan kembali rasa perih di hati kaum muslim yang memang telah beberapa kali agamanya di hina. Tidak cukupkah penghinaan ini?
Penghinaan terhadap agama islam sudah sering terjadi semenjak terdinya insiden 9/11 yang di jadikanbawal mula munculnya gerakan perang melawan terorisme.
Islam dengan ajaran agamanya yaitu Jihad yang di jadikan oleh barat untuk memojokkan islam dan menganggap bahwa islam adalah agama kekerasan yang mengakibatkan munculnya para teroris. Hal ini kemudian menjadikan islam sebagai musuh barat. Pada akhrinya banyak orang-orang barat membenci islam maupun pemeluknya, tak heran banyak terjadi diskrimanasi kepada pemeluknya yang menajadi minoritas di sana.
Seorang penulis buku, Edward E. Curtis IV mengatakan Islamofobia dan terorisme antimuslim muncul dari anggapan bahwa muslim bukanlah bagian dari Barat. Kebencian antimuslim pun menggejala. Islamopobia akut telah merongrong hati orang-orang barat hingga tak bersisa. Agama islam menjadi musuh mereka, seolah tidak pantas untuk di jadikan sebagai agama.
Ada banyak kasus yang pernah terjadi akibat Islamofobia di barat, misalnya: pelarangan burqa (cadar) di Prancis, diskriminasi terhadap pelaksanaan ibadah umat Islam (seperti pendirian masjid dan sebagainya); dan pemeriksaan ekstra ketat di setiap imigrasi transportasi darat, laut, dan udara terhadap mereka yang beragama Islam atau mereka yang berasal dari negara yang mayoritas penduduknya Muslim.
Tak hanya di barat, penghinaan atau kebencian terhadap agama islam juga kerap terjadi dalam negeri, bahkan pelaku penghinaan tak jarang yang beragama islam. Mengapa semua ini bisa terjadi? Mereka yang seharusnya menjaga agamanya malah justru "latah" menghina agamanya sendiri. Masih teringat penghinaan terhadap ajaran agama oleh Sukmawati Soekarno Putri, beliau membandingkan adzan dengn kidung, membandingkan Al-quran dengan pancasila, membandingkan yang mulia banginda Nabi Muhammad saw dengan ayahnya Soekarno.
Ada lagi, Ahok yang menghina Al-Quran, dia mengatakan bahwa surah Al-maidah ayat 51 adalah alat untuk membohongi umat atau masyarakat atau Surat Al-Maidah 51 sebagai sumber kebohongan.
Dari fakta penghinaan terhadap agama ini seharusnya cukup membuat kita menyadari bahwa memang sistim demokrasi sekuler ini tidak mampu menjaga dan melindungi agama dari penghinaan dan penistaan. Sistim demokrasi saat ini malah justru menyuburkan para pelaku penghinaan terhadap agama.
Demokrasi yang katanya mengagungakan toleransi beragama, malah justru menjadi penyebab intoleransi. Demokrasi yang katanya mengagungkan HAM, namun pada realitasnya kaum muslim di persulit menjalan perintah agamanya. Umat muslim di negara barat tidak bebas menjalankan agamanya, dan justru mendapatkan sikap yang disktiminatif.
Sekulerisme telah membabat habis keimanan kaum muslim, menjadikan kaum muslim lemah di segala sisi bahkan untuk mengadili para penista agama saja, muslim di seluruh dunia tidak mampu dan tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi yang di lakukan selain legowo menerima dengan rela agama di hina, Nabi yang mulia di rendahkan, kitab Al-Quran di bakar serta di ludahi.
Sungguh miris ketika kita saksikam realitias yang terjadi. Umat islam tak mampu berbuat hanyak untuk membela agamanya. Beginilah yang terjadi ketika umat muslim tidak memiliki perisai.
Hanya islamlah agama islam dan pemeluknya terjaga. Bukan hanya agama islam yang di jamin penjagaannya oleh khalifah, namun agama non islam pun di jaga dan pemelukmya di biarkan memeluk agamanya serta menjalankan ajaran agamanya.
Toleransi hanya ada pada sistim islam :
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)
Ayat ini mengajarkan prinsip toleransi, yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik pada lainnya selama tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 247).
Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah mengatakan bahwa bentuk berbuat baik dan adil di sini berlaku kepada setiap agama. Lihat Tafsir Ath Thobari, 14: 81.
Begitulah islam dengan ajarannya yang sangat menjaga hubungan muslim dengan non muslim. Islamlah yang mampu menjamin harmonisasi antar agama dan menjaga keberagaman.
Wallahu'alam Bishawab
Post a Comment