OLEH : FARIDAH JAFAR
Pelecehan terulang dan berulang, aksi pembakaran Al - Quran yang dilakukan oleh anggota partai sayap kanan Denmark stram kurs (garis keras), lebih dari 300 orang berkumpul untuk melakukan aksi demo anti islam. Aksi ini disebabkan adanya larangan Ramus Paludan menghadiri aksi pembakaran Al- qur'an. Paludan seorang politikus dan pengacara fanatik terhadap Islam dan simbolnyal. Ia dikenal karena membuat memposting video anti - Islam di saluran media sosial partainya.
Ketegangan memuncak di Ibu Kota Norwegia, saat unjuk rasa anti islam merobek - robek lembaran demi lembaran Al-qur'an. Namun aksi itu tampak memuncak ketika seorang wanita merobek dan meludahi Al Quran, meskipun kepolisian Norwegia menembakkan gas airmata. Untuk memisahkan bentrok antar dua kelompok. Sedikitnya ada 30 orang yang di tangkap polisi Norwegia. Akibat bentrokan itu, unjuk rasa anti - Islam di Olso pada sabtu (29/ 8) membuat acara itu di akhiri lebih awal dari jadwalnya. Seperti dilansir Deutsche Welle ( DW ) pada ahad ( 30/8 ) unjuk rasa anti - Islam di organisir kelompok Stop Islamisasi Norwegia ( SIAN). Unjuk rasa berlangsung di dekat gedung parlemen Norwegia.(viva.id.com)
Nampak jelas islamophobia adalah penyakit masyarakat Barat yang sekuler dengan mengatasnamakan kebebasan. Dari kasus pembakaran Al -Qur'an ini dilakukan secara sistematis, serta mendapat dukungan dari politisi Swedia dan Norwegia. Negara Barat menganggap tindakan ini melawan hukum, namun munculnya aksi sejenis ini menggambarkan kegagalan sistemik untuk menjamin keadilan dan kebebasan beragama. Hak Azasi Manusia( HAM ) yang mampu menyelesaikan permasalahan antar negara nihil belaka, bukti ketidakadilan terlihat, ketika umat islam yang menjadi tumbal atas keserakahan penerapan system kuffar. Negara lainnya bungkam hingga menutup telinga atas kekejian orang - orang yang benci ajaran Islam dan simbolnya.
*pandangan kufar terhadap Islam*
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم بَعْدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Kebencian terhadap Islam dan ajarannya telah nampak, yang mana kebebasan digaungkan serta buah penerapan ideologi sekuler kapitalis, manusia diberikan kebebasan individu, kebebasan berekspresi, dan bebas beragama. Namun kebebasan itu tak didapatkan umat Islam. Untuk taat kepada ajaran agamanya dan simbol - simbol islam. Hingga umat islam tak mengemban lagi ideologi islam. Bagi pengembannya mendapat diskriminasi dan ditakut - takuti serta dipetakkan dengan melabeli islam teroris, islam moderat, dll. Mereka selalu berusaha memadamkan cahaya kebangkitan Islam, Selama sistem demokrasi diterapkan, pelecehan terhadap symbol dan ajarannya akan terus berulang.
*khilafah Pelindung Umat*
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari jalur Abu Hurairah radhiya-Llahu ‘anhu, bahwa Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, bersabda:
إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدْلٌ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ ، وَإِنْ يَأْمُرُ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ [رواه البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]
Pentingnya Perisai Umat Berbagai kekejaman dan penindasan yang terjadi pada umat Islam di berbagai wilayah, mestinya menjadi pelajaran dan renungan yang mendalam bagi umat Islam saat ini, bahwa sungguh tak ada kehormatan dan kemuliaan bagi kaum muslim tanpa tegaknya Islam. Perisai yang senantiasa menjaga umat tidak ada. Dan perisai umat tersebut bernama Khilafah.
Khilafah mampu menyatukan perbedaan, suku, warna kulit, bahasa, serta agama dalam naungannya. Keberagaman Masa Khilafah Utsmaniyah (1517-1924 M) Khilafah Utsmani juga menerapkan toleransi untuk menjamin kebebasan beragama, menjamin keselamatan dan hubungan saling menghormati antarpenganut keyakinan. Para Sultan Utsmani menunjukkan toleransi yang tinggi dengan pengakuannya akan keberadaan komunitas non-Muslim. Penerapan toleransi atas keberagaman ini pertama kali diberlakukan pada 1453 setelah Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel.
T.W. Arnold dalam bukunya, The Preaching of Islam, menuliskan bagaimana perlakuan yang diterima oleh non-Muslim yang hidup di bawah pemerintahan Daulah Utsmaniyah. Dia menyatakan, “Sekalipun jumlah orang Yunani lebih banyak dari jumlah orang Turki di berbagai provinsi Khilafah yang ada di bagian Eropa, toleransi keagamaan diberikan pada mereka, dan perlindungan jiwa dan harta yang mereka dapatkan membuat mereka mengakui kepemimpinan Sultan atas seluruh umat kristen.
*Wallahu 'alam bisshowab*