Oleh : Verawati
(Mahasiswi)
Beberapa waktu lalu, publik sempat dihebohkan dengan tayangan video yang mengiris hati. Dalam video yang langsung viral di sosial media tersebut terlihat seorang kyai didatangi oleh salah satu ormas Islam yaitu Banser dan mendapat perlakuan kasar dari salah satu anggotanya.
Dikutip dari laman wartakota.tribunews.com Anggota salah satu organisasi tersebut mendatangi Lembaga pendidikan madrasah, Yayasan Al Hamidy – Al Islamiyah di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang Kamis (20/8/2020). Mereka menduga lembaga pendidikan TK, MI dan MTs itu menjadi sarang HTI dan penyebaran paham khilafah.
Sikap “garang” yang penuh amarah ditunjukkan oknum yang juga menjabat sebagai anggota DPRD tersebut terhadap kyai yang usianya jauh lebih tua. Namun, perlakuan kasar yang diterima kyai tersebut justru dihadapi dengan sikap tenang, sabar, tanpa emosi. bahkan beliau meminta agar dilaporkan ke polisi jika memang ada tindakannya yang keliru.
Mirisnya melihat kejadian tak senonoh tersebut, menteri agama fachrul Razi justru mengapresiasi cara-cara yang diambil oleh Banser PC Ansor Bangil yang menurutnya mengedepankan cara-cara penuh kedamaian.
"Saya memberi apresiasi atas langkah tabayyun yang dilakukan oleh Banser PC Ansor Bangil yang mengedepankan cara-cara damai dalam menyikapi gesekan yang terjadi di masyarakat terkait masalah keagamaan," ungkap Menag Fachrul Razi di Jakarta, Sabtu 22 Agustus 2020.
Sikap dan pernyataan kemenag yang tidak tepat tersebut menuai banyak kritikan dari beberapa tokoh, seperti dari Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. "Menag semestinya punya kemampuan membedakan tabayyun dan persekusi. Memaksa seseorang mengakui aktivitas yang tidak terbukti di muka hukum adalah persekusi," ujar Dedi ketika dihubungi Tagar, Sabtu, 22 Agustus 2020. (tagar.id)
Selanjurnya kritikan pun datang dari Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Prof Musni Umar, ia menyesalkan sikap kemenang tersebut. “Kalau pernyataan Menag ini benar, amat disayangkan, karena Islam tidak mengajarkan untuk membuat kekerasan, membentak, dan melakukan intimidasi kepada ulama atau kepada siapa pun,” ucap Prof Musni sebagaimana dikutip di akunnya di Twitter, Minggu (23/8). Ia pun menambahkan “Heran cara seperti ini diapresiasi menag. Jika ada perbedaan, lakukan mujadalah dengan cara yang baik,” tandasnya. (fajar.co.id)
Kejadian demi kejadian terus terjadi. Fitnahan, kecaman, selalu datang silih berganti pada Islam yang mulia ini. Syariatnya mulai di preteli, sejarahnya mulai dimusuhi, ulama-ulamanya tak henti dipersekusi. kalau kita tengok memang tak ada habisnya, ada saja pristiwa yang bikin mengiris hati, Islam dan kaum muslimin bagaikan musuh sejati.
Sikap kemenag sebagai departemen agama negara semakin menunjukkan ketidaksukaannya sistem hari ini terhadap Islam. kemenag seharusnya mampu membedakan antara tabayyun dan persekusi, tahu mana cara yang damai dengan cara yang kekerasan. Jika perlakuannya kasar, arogan, tak mendengarkan pendapat, tak menerima perbedaan, jelas hal ini bukanlah terkatagorikan aktivitas tabayyun, malainkan persekusi. Juga seharusnya kemenag semestinya menempatkan diri sebagai penengah dalam permasalahan tersebut. Terlebih, hal itu berkaitan dengan urusan keagamaan yang memang menjadi bidang Kemenag.
Kenapa Islam kerap mendapat perlakuan buruk ? Tidak lain dan tidak bukan sebabnya ialah akibat bercokolnya sistem Sekuler-Liberal yang berasal dari kafir Barat hari ini. Alhasil berbagai macam program mereka buat agar menjauhkan kaum muslimin dari syariat Islam. Itu semua terjadi karena kebencian mereka terhadap Islam dan tidak akan pernah ridho atau senang terhadap Islam.
Sehingga berbagai macam propaganda mereka buat, mencitrakan buruk ajaran Islam, menakut-nakuti kaum muslimin dengan syariatnya, mengkaburkan sejarahnya, dan hal licik lainnya. Maka tak heran jika hari ini Islam kerap terus akan dimusuhi, tidak pernah berhenti mendapat perlakuan buruk selama masih berada dalam naungan Sekulerisme.
Dengan demikian, takbisa lagi kita berharap keadilan pada sistem sekuler hari ini. Peristiwa tersebut akan terus terulang di kemudian hari, sebab memang seperti itu sistem ini dirancang bukan untuk memuliakan Islam melainkan untuk menjauhkan Islam dari kaum muslimim.
Sehingga untuk menghentikan segala diskriminasi terhadap Islam, tidak lain dan tidak bukan ialah wajib mencampakkan sistem rusak sekuler yang menjadi biang masalahnya. Dan kembali pada pola hidup nabi Muhammad Saw, yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh di kehidupan kita. Dengan begitu Islam dan kaum muslimin akan mulia, dan terjaga. Wallahu’alam bisshawab.