Mustahil, Berantas Pandemi dalam Sistem Kapitalis Demokrasi


Oleh: Rati Suharjo
Pegiat Dakwah dan Member AMK

"Kengerian yang mencekam melanda segenap alam
Kala mahkluk itu datang menyerang dan mematikan
Dia tak terlihat mata tak bisa diraba
Namun sangat mengerikan seluruh manusia"

Perang melawan Covid-19 belumlah usai, korban pun berjatuhan setiap harinya. Baik dari sisi kesehatan maupun sisi ekonomi, keadaan semakin mengerikan apabila tidak mencari solusi yang tepat. Maka benar lirik lagu yang dinyanyikan H. Rhoma Irama tersebut, bahwasanya hanya makhluk kecil yaitu mikroba telah merusak semua segi kehidupan.

Hingga saat ini grafik data Covid-19 belum menunjukan landai. Padahal satu pekan lagi genap 7 bulan Covid 19 bersarang di negeri ini. Yang lebih mengerikan saat ini, kasus Covid-19 setiap hari naik hingga 3500 kasus. Hal ini akan menambah update virus tersebut naik dengan cepat. Dilansir dari kompas.com (16/9/2020) bahwa kasus Covid-19 telah naik menjadi 228.993.

Dengan naiknya kasus tersebut tentu membuat prihatin bagi negeri ini. Apalagi dengan banyaknya tenaga medis yang berguguran. Diberitakan oleh pikiran rakyat.com (16/9/2020) bahwa sebanyak 115 tenaga medis meninggal akibat Covid-19. Oleh karena itu, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) mendesak kepada pemerintah untuk membentuk komite perlindungan kesehatan. 

Namun lagi-lagi demokrasi kapitalis biang masalah untuk menghentikan mata rantai virus tersebut. Seperti yang terjadi di Surabaya. Bu Khofifah Indar Parawangsa menolak dengan tegas PSBB. Beliau justru mengeluarkan kebijakan PSBBM. Yaitu PSBB daerah yang terjangkit virus.(NewOkezone,11/9/2020) padahal di Jawa Timur korban terus melonjak.

Apalagi  wilayah Surakarta, Pemkot FX Hadi Rudyatmo tidak mau mengeluarkan kebijakan PSBB jilid 2. Pasalnya akan mengganggu perekonomian. Bahkan ketika diwawancarai oleh kompas.com (12/9/2020) jika melakukan PSBB, maka perekonomian akan mati" jelas Rudy.

Hal ini juga sama dengan DKI Jakarta. Ketika Gubernur Anis Baswedan mengeluarkan kebijakan PSBB jilid 2, justru diprotes oleh Robert Budi Hartono, orang terkaya di Indonesia. Beliau sampai membuat sepucuk surat untuk presiden RI, Jokowi. Dalam surat tersebut beliau tidak setuju dengan kebijakan PSBB jilid 2 dengan alasan tidak efektif dalam mengurangi pertumbuhan infeksi Covid-19. Pasalnya selama ini PSBB belum pernah berhasil dalam menekan Covid-19. Masalahnya saat ini, akan melawan aktivitas rakyat yang ingin tetap beraktivitas di era baru  dengan mematuhi protokol Covid-19. (cnbc Indonesia.12/9/2020)

Itulah alasan-alasan mengapa menolak PSBB. Mereka masih memikirkan perekonomian. Sebab perekonomian adalah roda kehidupan masyarakat. Bagaimana dengan nasib rakyat yang  menggantungkan kehidupannya pada upah harian? Apakah mereka bisa makan ataukah tidak jika mengikuti PSBB yang dilakukan oleh Gubernur Jakarta?

Inilah kebobrokan sistem negeri jika menerapkan sistem kapitalis. Hitung-hitungan  terus dilakukan. Yang seharusnya rakyat mendapatkan hak-haknya, yaitu kebutuhan primer ternyata nihil. Rakyat terpaksa bertarung dengan virus Covid-19 demi sesuap nasi. Jadi benar apa yang disampaikan oleh Robert Budi Hartono bahwa, "rakyat tidak takut mati dengan Corona akan tetapi takut mati dengan keluarganya yang kelaparan." (jakbarnews.com, 13/9/2020)

Dalam sistem demokrasi memang tidak mengenal hak kepemilikan umum. Masalahnya, harta yang seharusnya milik umum atau rakyat, dalam sistem tersebut dikuasai kapitalis atas dasar investasi. Lantas dari mana untuk menghidupi rakyat jika saat ini pemerintah mengeluarkan PSBB total. Apakah akan menambah utang negara? Apakah akan mengambil anggaran APBN? Tentu pemerintah akan berfikir ribuan kali, masalahnya hutang negara sudah banyak. Sedangkan dana APBN baru-baru ini telah mengalami defisit.

Tak bisa dibayangkan berapa puluh juta saat ini rakyat yang berada di zona merah? Padahal jalan satu-satunya untuk menghentikan virus Covid-19 tersebut jalan satu-satunya adalah PSBB total atau lockdown sesuai yang Rasullullah Saw. contohkan yaitu ketika mengatasi penyakit kusta. Untuk itu jika hendak mencontoh Rasullullah Saw. maka semua rakyat yang terpapar virus Covid-19 di isolasi. Sedangkan semua aktiviitas ditutup. Baik itu bandara, pabrik, kantor-kantor, transportasi dan lain-lain berhenti beroperasi.

Segala kebutuhan primer rakyat dipenuhi oleh negara. Bahkan hewan sekalipun. Dari mana dana tersebut? Dana tersebut tidak lain dari harta kepemilikan umum yang telah menjadi hak kepemilikan rakyat. Sebagaimana dijelaskan dalam Sabda Rasulullah Saw.

Al-muslimûna syurakâ`un fî tsalâtsin: fî al-kalâ`i wa al-mâ`i wa an-nâri”

Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Maksud dari hadis tersebut adalah bahwa air, rumput atau hutan, dan api atau hal-hal yang termasuk energi haram dikuasai kapitalis.

Bagaimana cara agar sumber daya alam tersebut sampai kepada rakyat. Negara yang mempunyai kuasa untuk mengelola dan hasilnya murni dikembalikan untuk melayani rakyatnya. Di antaranya adalah pendidikan dan kesehatan, sehingga rakyat bisa menyekolahkan putra-putrinya tanpa ditarik biaya. Sedangkan kesehatan, rakyat tidak dibebani dengan BPJS. Apalagi dalam melayani kebutuhan primer disaat ada musibah seperti saat ini. Tentu pemerintahan tidak akan pusing memikirkan antara ekonomi dan kesehatan.

Hal ini akan terjadi jika negara menerapkan sistem Islam bukan sistem demokrasi. Sebab dalam sistem Islam penguasa adalah perisai bagi rakyatnya. Bahkan Rasulullah sendiri mengibaratkan penguasa laksana penggembala bagi rakyatnya. Sebagaiman hadis Rasulullah saw:

..الإِÙ…َامُ رَاعٍ Ùˆَ Ù…َسْؤُÙˆْÙ„ٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ

“Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)” (HR. Imam Al Bukhari  dan Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Umar r.a.).

Oleh karena itu, ketika negara sedang dilanda penyakit menular seperti saat ini. Maka kembali mengikuti apa yang Rasullullah Saw contohkan yaitu lockdown bukan PSBB.

Untuk itu, marilah kita semua kembali kepada sistem Islam. Yaitu sistem khilafah 'ala minhajin nubuwah. Di mana sistem tersebut sudah jelas dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam mengatasi penyakit menular yaitu kusta.

Wallahu a'lam bishshawaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post