Millenials Abad 21 : Berawal dari Menilik Sejarah Islam Menjadi Pengukir Perabadan Islam

Oleh: Riana Oktaraharti, S.E 
(Aktivis Muslimah Kalsel)

Dunia millenials memang begitu uforia, terlebih berbau pada hal-hal kekinian yang sedang viral. Nah, siapa sih yang gak tau akhir-akhir ini ada Film monumental abad 21 yang begitu nge-Hits dan sampe sekarang masih diperbincangkan, ia adalah JKDN (Jejak Khilafah di Nusantara).

Bahkan seperti dilansir oleh terkini.id, Film dokumenter ‘Jejak Khilafah di Nusantara’ yang tayang di YouTube sejak kemarin, Kamis 20 Agustus 2020 diblokir. Youtube diketahui memblokir tayangan itu dengan menyebut ‘Konten ini tidak tersedia di domain negara ini karena ada keluhan hukum dari pemerintah.

Dilihat terkini.id hingga Jumat 21 Agustus 2020, terlihat terlihat tayangan video itu sudah dilihat hingga 278.372 kali. Untuk diketahui, film itu diinisiasi Sejarawan Nicko Pandawa bersama Literasi Islam. JKDN bercerita soal hubungan Indonesia yang dulu disebut Nusantara yang mempunyai kaitan erat dengan pemerintahan Khilafah Ustmaniyah Turki. (Jumat, 21/08/20).

Keren gak filmnya? Luar biasa kan awesome kan? Yang pastinya film ini, terbaik diantara terbaik. Kerennya film ini membuat masyarakat di berbagai daerah sangat antusias dan makin penasaran tentang sejarah khilafah. Berkat film ini, masyarakat khususnya millenials pada paham dan terus menilik film jejak khilafah di Nusantara. Namun, sayangnya film ini ketika awal penayangan di blokir oleh pemerintah yang katanya ada keluhan hukum, lantas apa keluhan hukumnya? kok bisa ada keluhan hukum, bukankah ini adalah film sejarah yang membuka cakrawala khazanah sejarah islam tentunya untuk generasi muda millenials?
Berawal dari Menilik Menjadi Pengukir Peradaban Islam.

Generasi muda yang disebut millenials hari ini memang tidak begitu pro dengan sejarah, karena bagi mereka sejarah adalah hal yang begitu membosankan, memberatkan apalagi dengan susahnya mengingat berbagai tanggal-tanggal dan peninggalan-peninggalan bahkan tokoh yang ada di dalam cerita sejarah.

Namun, berbeda dengan Film Jejak Khilafah di Nusantara ini dengan menghadirkan visualnya yang begitu apik, dengan dokumenter yang tidak membosankan, terlebih membawa penonton seakan merasakan hangatnya berbagai bagian-bagian peristiwa penyebaran islam di Nusantara. Sayangnya antusias masyarakat terlebih millenials yang menantikan jejak khilafah sempat tersendat, sebab awal penayangan filmnya di blokir oleh pemerintah, walaupun pada akhirnya berhasil juga di tayangkan penuh, Alhamdulillah. Yang begitu miris adalah pemblokiran tersebut dengan alasan keluhan hukum. Padahal kenyataannya? Masyarakat dan generasi millenials sendiri tidak mengeluhkan sama sekali atas film jejak khilafah di Nusantara. Justru, membuat masyarakat bahkan generasi millenials sangat antusias dan semakin melek serta paham penyebaran sejarah islam yang tadinya mereka tidak tau secara detail bagaimana penyebaran islam di nusantara ini. 

Adapun pemblokiran nampak terlihat jelas adanya kekhawatiran terkait sejarah khilafah dahulu yang di ceritakan pada film dokumenter tersebut. Sebelum penayangan film ini pun berbagai kontroversi mencuat di tengah publik, dengan adanya suara bahwa tidak ada hubungan khilafah dengan nusantara atau tidak ada jejak khilafah di nusantara. Memang di abad 21 ini bahwa khilafah menjadi sorotan. Khilafah yang saat ini di persoalkan, sebab dikatakan keberadaannya akan memecah belah, atau tidak cocok dengan keadaan sekarang.

Maka, justru hadirnya film dokumenter jejak khilafah di Nusantara ini sudah menjawab kekhawatiran tersebut.  Sebagaimana yang dikatakan oleh Nicko Pandawa selaku sutradara film JKDN, "dulu opini khilafah dimunculkan bersamaan dengan isu nasionalis. Nah, jaman sekarang, kita menghadirkan sejarah di tengah perbincangan masyarakat mengenai khilafah. Khilafah saat ini menjadi trending, maka kami berupaya untuk memunculkan sejarah yang dikubur yakni sejarah Khilafah".

Senada apa yang dikatakan oleh Bung Septian AW selaku sejarahwan muda yang juga terlibat dalam film Jejak Khilafah di Nusantara, "film ini berangkat dari fakta yang nyata. Hanya saja gejala islamophobia dan khilafahphobia telah menjadikan sejumlah pihak antipati dan panik saat membahas masalah khilafah. Film JKDN ini sendiri bisa dijadikan referensi pelajaran sejarah selain memang merupakan bagian dari pembahasan fikih. Bisa dikatakan film ini hadir untuk menjawab tantangan zaman".

Khilafah islamiyyah adalah satu-satunya sistem pemerintahan yang diajarkan oleh islam. Khilafah islamiyyah merupakan kepemimpinan bagi semua kaum muslimin di dunia, dengan maksud menegakkan hukum-hukum Allah SWT dan mengemban dakwah islam ke seluruh dunia. Khilafah juga pernah merajai dunia selama 13 abad lamanya bahkan berhasil menguasai 2/3 dunia, mulai dari Syam, persia, hingga spanyol. Khilafah ajaran islam dan merupakan bagian penting dari syariat islam. Imam An-Nawawi mengatakan dalam syarah shohih muslim, "mereka (para ulama) telah sepakat bahwa wajib atas kaum muslim mengangkat seorang khalifah". Begitupula, imam al-Mawardi pun menyatakan, "imamah itu diposisikan untuk Khilafah an-Nubuwwah dalam menjaga agama dan pengaturan urusan dunia" (Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hlm. 5).

Adanya bukti sejarah semakin memperkuat masyarakat khususnya millenials bahwa jejak khilafah di Nusantara adalah sesuatu yang real (nyata). Maka, begitu urgentnya bagi millenials untuk menilik sejarah islam, juga dengan mengkaji (menuntut ilmu) islam secara menyeluruh (kaffah), serta mensyiarkannya. Sebab, para ulama dahulu telah menyampaikan wajibnya mengangkat khalifah dan tentu mengangkat khalifah dengan sistem nya juga yakni Khilafah Islamiyyah. Dari sisi sejarah telah terbukti kejayaan islam, sebab kaum muslim hanya akan mendapatkan kemuliaan hanya dengan islam. Kemenangan islam tak terelakkan lagi seperti terbitnya matahari di pagi hari. Khilafah adalah sebuah janji Allah SWT dan Rosulullah SAW. Rosulullaah SAW bersabda : "... kemudian akan kembali khilafah sesuai metode kenabian" (HR. Ahmad). Hanya dengan khilafah (Peradaban Islam). cahaya akan kembali menerangi umat islam yang telah lama terpuruk dan terjatuh. Maka, siapa lagi kalau bukan kita (millenials) yang mengambil peran sebagai pengukir peradaban Islam selanjutnya? Wallahu 'alam bishowab [].
Previous Post Next Post