Baru – baru ini telah beredar draft bertanggal 25 Agustus 2020 berlogo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang menjelaskan tidak wajibnya pelajar di tingkat SMA/sederajat untuk mengambil mata pelajaran Sejarah. Dilansir dari CNN Indonesia (18/9/2020), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana membuat mata pelajaran sejarah menjadi tidak wajib dipelajari siswa SMA dan sederajat. Di kelas 10, sejarah digabung dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sementara Bagi kelas 11 dan 12 mata pelajaran sejarah hanya masuk dalam kelompok peminatan yang tak bersifat wajib”.
Dikarenakan menuai pro dan kontra, bahkan sempat menjadi trending topic di media sosial Kemendikbud pun mengeluarkan siaran pers yang membantah bahwa pelajaran sejarah akan dihapuskan dari kurikulum pendidikan. Dilansir dari Medco.id (20/9/2020) Nadiem mengaku sangat terkejut mendapati begitu cepatnya informasi yang tidak benar menyebar tentang mata pelajaran Sejarah di tengah masyarakat. "Tidak ada sama sekali kebijakan, regulasi atau perencanaan penghapusan mata pelajaran Sejarah di kurikulum nasional," tegas Nadiem dalam video klarifikasinya, Minggu, 20 September 2020.
Isu ini muncul, kata Nadiem, berawal dari adanya salah satu presentasi internal yang keluar ke masyarakat dengan salah satu permutasi penyederahanaan kurikulum. Padahal kata Nadiem, Kemendikbud memiliki puluhan versi berbeda yang saat ini sedang melalui proses pembahasan di Forum Discussion Group (FGD) dan uji publik. "Semuanya belum tentu permutasi tersebut yang menjadi final. Inilah yang namanya pengkajian yang benar, di mana berbagai opsi diperdebatkan secara terbuka," tegas Nadiem. Mantan Bos Gojek ini juga menegaskan, bahwa penyederhanaan kurikulum tidak akan dilakukan hingga 2022. "Di kurikulum 2021 kami baru akan melakukan berbagai prototyping di beberapa sekolah penggerak yang terpilih, dan bukan diterapkan dalam skala nasional. Jadi sekali lagi, tidak ada kebijakan apapun yang keluar di 2021 dalam skala kurikulum nasional, apalagi penghapusan mata pelajaran sejarah," tandas Nadiem.
Dilansir dari Telisik Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kemendikbud, Totok Suprayitno mengatakan, penyederhanaan kurikulum masih tahapan awal karena membutuhkan proses dan pembahasan yang panjang. "Rencana penyederhanaan kurikulum masih berada dalam tahap kajian akademis," ujar Totok dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/9/2020). Totok juga menegaskan, kabar pelajaran sejarah akan keluar dari kurikulum tidak benar. Menurutnya, pelajaran sejarah tetap akan diajarkan dan diterapkan di setiap generasi. "Kemendikbud mengutamakan sejarah sebagai bagian penting dari keragaman dan kemajemukan serta perjalanan hidup bangsa Indonesia, pada saat ini dan yang akan datang," imbuh Totok.
Menanggapi hal ini Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid geram “Mendikbud Nadiem Makarim buta sejarah, percayalah, lambat laun, Indonesia akan kehilangan identitas, jati diri. Kebijakan ini lahir dari Mendikbud yang buta sejarah dan kurang paham pentingnya sejarah." (Telisik 19/9/2020).
Kritik pun diberikan oleh Sejarawan JJ Rizal "Artinya rencana menghilangkan dan atau hanya menjadikan sejarah sebagai pelajaran sampiran karena pilihan saja, sama saja mengkhianati visi misi Presiden," kata Rizal kepada CNNIndonesia.com, Jumat (18/9).
Meskipun akhirnya rencana ini diklarifikasi bahwa tidak akan di hapus melainkan disederhanakan namun kita pun harus memahami bahwa mata pelajaran sejarah nantinya hanya akan menjadi pilihan saja bukan lagi mata pelajaran wajib, yang mana harusnya sejarah itu tak boleh menjadi pilihan karena seharusnya seluruh generasi bangsa ini paham bagaimana sejarah kekejaman PKI dan bagaimana perjuangan para pahlawan – pahlawan bangsanya beserta para ulam’a yang telah berjuang membebaskan bangsa ini dari para penjajah.
Dalam Islam sejarah pun merupakan hal yang sangat penting bagi manusia Dalam al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan al-‘ashr (masa/jaman) karena padanya banyak terdapat peristiwa-peristiwa yang bisa menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi manusia. Pada “waktu” pun kita akan belajar bahwa Allah akan memberi pahala bagi manusia yang taat dan kerugian bagi mereka yang berpaling dari petunjuk-Nya.
Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya? Jika memang bangsa ini ingin bangkit harusnya pemerintah merekonstruksi pelajaran sejarahnya, sebagaimana contoh keterikatan Nusantara kita dengan khilafah yang membawa banyak kebaikan untuk negri ini, bukan malah ditutupi bahkan dimusuhi.
Maka tidaklah benar jika pelajaran sejarah itu harus disederhanakan dan tidak menjadi wajib dipelajari oleh generasi bangsa ini, jangan sampai di kemudian hari generasi kita menjadi orang-orang yang tak mengenal siapa sebenarnya musuh-musuh mereka hingga menjadikannya sahabat dan tak mengenal siapa sahabat mereka hingga menjadikannya lawan. Wallahu ‘alam bishowab[].
Post a Comment