Mampukah Sistem Demokrasi Atasi Pandemi ?

Oleh : Fitra Yuni Sara 
(Mahasiswa dan Pegiat Literasi Aceh Barat)

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito merespons kabar Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 yang penuh. Wiku mengatakan kapasitas rumah sakit tak akan pernah cukup kalau disorot terus.
Menurut Wiku, saat ini sebaiknya seluruh pihak menyoroti perilaku masyarakat yang masih kurang disiplin menerapkan protokol kesehatan sehingga masih menyebabkan penularan virus corona.

"Rumah sakit enggak akan pernah cukup kalau disoroti terus, yang disoroti adalah perilaku masyarakat. Intinya, masyarakat harus betul-betul menjaga jangan sampai terjadi penularan. Caranya, disiplin, menjalankan protokol kesehatan," kata Wiku melalui sambungan telepon, Minggu (www.ccnindonesia.com , 6/9/2020).

Meski demikian, Wiku mengakui saat ini ada beberapa rumah sakit rujukan yang penuh dengan pasien Covid-19. Namun, ia enggan merinci daftar rumah sakit tersebut. 
Menurut Wiku, meskipun beberapa rumah sakit penuh, ada rumah sakit rujukan lainnya yang masih kosong dan mampu merawat dan menangani pasien Covid-19. Pihaknya pun saat ini sedang melakukan substitusi pasien yang memerlukan tempat tidur perawatan Covid-19.

"Di Jakarta beberapa RS memang keterpakaian tempat tidurnya tinggi, tapi masih ada RS lainnya yang masih ada tempat tidurnya. Dari RS yang penuh sedang disubstitusi ke rumah sakit yang kosong," ujarnya.

Wiku mengatakan pihaknya pun telah menambah ruang perawatan untuk pasien dengan gejala ringan-sedang di RS Darurat Wisma Atlet.  Tower 4 dan 5 Wisma Atlet Kemayoran akan digunakan sebagai flat isolasi tambahan bagi warga yang terinfeksi Covid-19. Dua flat Wisma Atlet tersebut akan mulai digunakan Selasa (8/9/2020).

"Selain RS rujukan, ada Wisma Atlet, di mana pasien sedang dan ringan di rs rujukan sedang dipindahkan ke wisma atlet, termasuk yang isolasi mandiri," ujarnya.
Sebelumnya, beredar kabar salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di DKI Jakarta penuh. Kabar tersebut beredar melalui twitter @dokteranggii disertai foto suasana ruang IGD di tempatnya bekerja. 
"Ini suasana IGD Covid di RS ku yang merupakan salah satu RS rujukan Covid di DKI Jakarta. Penuh ya. Yakin masih mau nongki2 di coffee shop sambil buka masker, ketawa2 sambil ngeluarin aerosol??" katanya.

Faktor Ekonomi Alasan Utama Melanggar Protokol Kesehatan

Jumlah pasien positif virus corona (Covid-19) di Indonesia hingga Rabu (15/7)  mencapai 80.094 orang. Angka ini melonjak drastis sejak kasus pertama positif Covid-19 diumumkan pemerintah pada 2 Maret lalu.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto dalam setiap keterangan persnya, selalu mengatakan bahwa penularan kasus yang masih terus terjadi, disebabkan masih banyak warga  yang tidak mematuhi protokol kesehatan dalam menjalankan aktivitas.

CNNIndonesia.com pun mencoba berbincang dengan sejumlah masyarakat untuk mengetahui pendapat mereka soal pernyataan pemerintah yang kerap mengatakan ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan merupakan penyumbang terbesar kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Salah seorang pekerja taman di wilayah Mampang, Alfan (31), mengatakan tingginya angka kasus corona tidak serta merta merupakan kesalahan masyarakat saja. 
Ia menyebut, masih banyaknya masyarakat yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan dan berimbas kepada penularan, juga disebabkan dari sikap pemerintah yang tidak tegas.

“Sebenarnya sekarang kembali lagi ke pemimpin, sekeras apapun kalau memang bagus, pasti kita menurut. Istilahnya tindak tegasnya benar-benar, enggak omdo,” kata dia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (15/7/2020).

Ia justru menyinggung sikap pemerintah yang sejak awal menganggap sepele virus ini, hingga virus masuk dan sekarang kasusnya sudah mencapai puluhan ribu.
“Sekarang paling banyak Jawa Timur kan, awal-awal pemimpinnya menyepelekan. Dari awal Anies wanti-wanti juga, disepelein sama Menteri Terawan,” kata dia.

Keberhasilan Sistem Islam dalam Mengatasi Wabah

Zaman Islam masih memegang alih kepemimpinan negara, ada suatu penyakit yang paling ditakuti masyarakat penyakit ini berbahaya dan sangat menular serta dapat menyebabkan kematian, hampir sama halnya dengan wabah virus covid-19 yang sedang menjangkiti masyarakat saat sekarang ini. Saat terjadi penyakit wabah menular, diberlakukan isolasi atau lockdown dengan tujuan untuk meminimalisir penularan penyakit. 

Aturan untuk isolasi atau lockdown tersebut juga pernah diterapkan pada saat kepemimpinan Umar bin Khattab ketika berkunjung ke Syam. Ketika itu pada tahun 18 Hijriyah, pada suatu hari Umar dan para sahabatnya melakukan perjalanan menuju Syam, namun ketika sampai diperbatasan mereka mendengar kabar tentang wabah penyakit kulit menular(Tha’un Amwas) yang menjangkiti wilayah tujuan mereka.
Rasulullah SAW pernah bersabda :

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا 

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).

Akhirnya Umar bin Khattab dengan sahabatnya pun sepakat untuk mengikuti daripada hadits Nabi tersebut untuk tidak melanjutkan perjalanan dan kembali ke madinah. Hal ini dilakukan untuk menghindari wabah penyakit menular tersebut sehingga yang sakit tetap diobati dengan pengawasan ketat tanpa menularkan kepada yang masih sehat, sedangkan yang sehat tak tertular penyakit.

Begitulah Islam dengan aturannya yang begitu menjaga dan memperhatikan baik buruk bagi kehidupan ummat, sehingga dengan adanya isolasi atau lockdown dengan sistem Islam maka wabah penyakit menular pun dapat teratasi tanpa harus menunggu waktu yang lama.

Solusi Ekonomi Islam Menghadapi Ekonomi Selama Pandemi 

Dalam situasi menyebarnya wabah, hal ini membuat masyarakat kesulitan dalam mengatasi perekonomian keluarga karena masyarakat harus menjalani perintah dari negara yang mengaharuskan untuk Isolasi atau lockdown selama pandemi. Ketegasan seorang pemimpin(khalifah) dalam negara Khilafah ini sangat menentukan saat penanganan wabah virus tersebut. Dalam hal masalah ekonomi, Islam juga tak pernah lepas tangan terhadap ekonomi rakyat.

Karena itu Islam dapat memenuhi tanggungan hidup selama pandemi ini bagi yang kurang mampu/belum berkecukupan melalui sumber pendapatan negara yaitu berasal dari Baitul Mal negara yang saat itu dikumpul dalam bentuk uang tunai, dinar, dan dirham. Termasuk juga hasil pertanian, peternakan dan harta temuan(rikaz).

Tanggung jawab seorang kepala negara sangat besar di hari kiamat kelak, ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dalam melayani urusan rakyatnya. Karena itu sebagai seorang pemimpin negara, harusnya dapat membaca apa yang rakyat butuhkan terlebih dimasa pandemi covid-19 ini bukan malah mengurus urusan lain yang pada hakikatnya bukanlah sebuah masalah.

Wallahu’alam Bhishawab.
Previous Post Next Post