Oleh: SW. Retnani S.Pd. | Ibu Rumah Tangga Pendidik Generasi
Indahnya Indonesia sudah diakui oleh banyak negara. Kilauan nusantara bak surga dunia, menyejukkan tiap mata yang melihatnya. Hamparan pulau- pulau dan lautan begitu menawan hati para pemujanya. Zamrud Khatulistiwa menjadi kebanggaan yang mempesona. Indonesia kian menjadi sorotan dunia. Tak dipungkiri, banyak tangan yang ingin memilikinya. Pesona alamnya bagai magnet yang menarik setiap insan yang memandangnya.
Namun sayangnya, keindahan alam Indonesia dari hari ke hari berkurang dan berganti dengan penampakan kerusakan dan kekeringan di mana-mana. Negeri subur dan makmur sedikit demi sedikit berganti dengan negeri yang kumuh, miskin dan terbelakang. Keindahan dan keelokan negeri ini telah dikuasai, dirampas para kafir penjajah asing dan aseng. Seluruh aset dan sumber daya alam negeri ini telah diserap, diikat oleh tali liberal-kapitalisme. Rakyat kian terjepit akibat keserakahan para kapitalis. Kemiskinan, kebodohan, kemaksiatan dan kekeringan menjadi permasalahan yang terus-menerus menguras perhatian semua pihak. Keserakahan kapitalisme telah memperburuk situasi dan kondisi alam nusantara. Salah satu dampak buruknya sistem liberal kapitalisme adalah kekeringan di mana-mana. Fakta ini terjadi di seluruh pulau di Indonesia, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Sumatera, bahkan di Papua. Gambaran kekeringan di pulau Jawa dilansir dari prfmnews detik.com bahwa seorang petani di kecamatan Margaasih, kabupaten Bandung menuturkan telah kesulitan air untuk mengairi sawahnya. Adanya air limbah malah memperburuk kondisi padi yang ada di sawah. "Sekarang nunggu air hujan saja", kata Andi saat ditemui prfm news. ID (Senin, 24 Agustus 2020). Maka telah nyata terlihat kezaliman sistem kufur ini. Oleh tangan merekalah bumi menderita. Kerusakan lingkungan dan kekeringan tampak semakin parah. Liberalisasi sumber daya alam, kehutanan dan pertambangan menjadi awal kekeringan di dunia ini. Efek rumah kaca, pencemaran sungai serta polusi pun menyumbang kerusakan alam. Semua ini telah digambarkan Allah SWT di dalam kitab suci Alquran yang artinya: " Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar." ( QS. Ar-Rum: 41).
Kerusakan dan kekeringan yang terjadi saat ini hanya bisa dipulihkan dengan menerapkan sistem Islam. Hukum syara’ melindungi alam dari eksploitasi mata air, liberalisasi hutan, pencemaran sungai, danau serta adanya efek rumah kaca. Hal ini dapat kita ketahui dari hadist Rasulullah SAW di bawah ini. Yang artinya: " Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu: padang rumput/ hutan , air dan api". (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Penerapan hukum syara’ mewajibkan negara bersama-sama masyarakat membangun, merehabilitasi dan memelihara serta melindungi hutan, mata air juga daerah resapan air agar berfungsi dalam siklus hidrologi atau daur air. Hemat air dalam kebutuhan sehari-hari terus digalakkan dan yang paling utama adalah terus mendekatkan diri kepada Allah SWT serta menjauhi semua kemaksiatan agar senantiasa dilimpahkan rahmat dan keberkahan dari-Nya.
Dengan demikian, sungguh tidak bijak apabila kita terus menggunakan sistem liberal- kapitalisme. Penerapan syariat Islam tak hanya bermanfaat untuk kaum muslim, namun semua orang dan seluruh alam di bumi ini. Maka Kerinduan pada kemakmuran negeri ini dan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya hanya bisa terwujud dalam sistem Islam.
Saatnya problem kekeringan ini kita buang jauh bersama sistem kufur liberal- kapitalisme. Saatnya kita terapkan syariat Islam kaffah dalam bingkai khilafah. Saatnya kita raih rahmat dan keberkahan Allah SWT. Saatnya kejayaan, kemuliaan dan peradaban Islam yang tinggi menjadi barometer dunia kita wujudkan.
Mari cintai negeri ini dengan penerapan syariat Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan sistem Islam, Indonesia Jaya.
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment