Oleh: Rita Handayani
(Pegiat Literasi dan Member Akademi Menulis Kreatif)
"Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri."
Kutipan di atas merupakan kutipan dari seorang tokoh nasional Prof. Moh. Yamin, SH yang disampaikan pada kongres II di Jakarta pada 27-28 Oktober 1928. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai kumpulan pemuda dan pelajar.
Sejarah adalah kejadian lampau atau peristiwa masa lalu, keberadaannya dapat dibuktikan melalui peninggalan-peninggalan yang ditemukan. Kehadiran sejarah amat penting bagi manusia. Bahkan bagi sebuah bangsa, baik dalam kehidupan saat ini hingga di masa depan. Sejarah menjadi hal yang harus dan layak dipelajari. Karena kejadian yang telah terjadi adalah guru terbaik di dalam siklus kehidupan manusia. Juga menjadi acuan langkah untuk menatap masa depan yang lebih cerah.
Demikian keberadaan sebuah bangsa yang telah merdeka, tidak lepas dari perjalanan panjang sejarah kehidupan para perintis dan pejuang kemerdekaan. Hingga kita sebagai generasi penerus bisa hidup lebih baik. Bahkan sampainya kita kepada keimanan dan keislaman dalam beragama merupakan buah manis dari sejarah para pengemban dakwah Islam. Maka cintai dan carilah kebenaran sejarah bangsa yang kita hidup di dalamnya. Untuk hidup lebih bercahaya lagi.
Pengaburan Sejarah
Para pengemban pendidikan pasti mengetahui Indonesia, negeri tercinta kita. Berapa lama dijajah dan siapa saja para penjajah? Serta tujuannya yang terkenal 3G (gold, glory, dan gospel). Juga cerita pedih penjajahan yang dialami para pendahulu kita. Semua itu merupakan bahan ajar di sekolah.
Sayangnya, tidak ada materi ajar pembanding. Tentu sebelum ada penjajah datang ke bumi pertiwi ada kehidupan damai dan tenteram di tanah nusantara ini. Kehidupan di bawah aturan apakah itu? Itulah yang tidak diungkap dalam materi pelajaran di sekolah tingkat lanjut. Sejarah masa emas kehidupan pribumi Indonesia sebelum penjajahan seolah terkubur.
Film JKDN Menyingkap Realita
Film dokumenter karya anak bangsa yang berjudul "Jejak Khilafah di Nusantara" (JKDN) yang heboh diperbincangkan saat ini, telah menyingkap sejarah bangsa yang terpendam. Kehadiran Islam di bumi pertiwi ternyata bukan sejak abad 12/13 M, sebagaimana penjelasan teori Gujarat yang dilontarkan oleh Snouck Hurgronje dalam literatur buku-buku sejarah yang beredar di sekolah tingkat lanjut.
Sumber lain, seperti literatur Cina menyebutkan bahwa Islam masuk ke nusantara sekitar perempat pertama abad ke-7 M. Ini ditandai oleh telah berdirinya perkampungan Arab-Muslim di pesisir Pantai Sumatera. Islam yang masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah atau Madinah. Teori ini disebut teori Arab.
Abad ke-7 M adalah masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ra. Yang telah berhasil melakukan penaklukan (futuhat) terhadap kerajaan Persia dan penguasaan sebagian besar wilayah Romawi timur, seperti Mesir, Suriah, dan Palestina. Menjadikan ke-khilafahan Islam negara super power dunia.
Jadi, Indonesia sudah mengenal Islam sejak masa Khulafaur Rasyidin, Masya Allah. Hubungan hangat nusantara dengan ke-khilafahan Islam berkelanjutan hingga kepemimpinan di pegang khilafah Muawiyah. Khilafah Abbasiyah hingga Utsmaniyah. Bukti otentiknya terekam apik di dalam film Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) disertai penjelasan para ahli di bidangnya
Ini menggambarkan bahwa penduduk nusantara hidup damai dan sejahtera dengan syariat Islam sebelum para penjajah datang. Bahkan dalam perlawanan terhadap penjajah, tidak hanya dengan bambu runcing, seperti yang selama ini kita dengar ceritanya. Pribumi nusantara melawan penjajah dengan meriam dan alat-alat perang canggih lainnya. Alat-alat perang itu adalah kiriman dari khilafah Turki Utsmani.
Inilah sejarah bangsa Indonesia. Yang tidak boleh kita lupakan apalagi mencoba untuk mengubur dan menghilangkannya. Nusantara berhutang besar kepada ke-khilafahan Islam yang tidak ada tuntutan apapun dari Sang Khalifah.
Film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) ini bagaikan puzzle-puzzle sejarah yang terungkap setelah tertimbun oleh kepongahan dari kolaborasi elite penguasa dengan para penjajah di masa lalu dan sekarang.
Untuk itu, film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) ini layak diapresiasi oleh negara bahkan layak dijadikan rujukan bahan ajar peserta didik, sejarah bangsa Indonesia. Ayo Menteri Pendidikan kami support anda untuk turut mencerdaskan anak bangsa dengan sejarah yang shahih dari film dokumenter ini.
Wallahu a'lam bishshawab