Ilusi Demokrasi yang Tak Memberikan Solusi

By : Leli Lestari Parinduri, S.Pd
Seorg aktivis dakwah dan guru

Demokrasi yang dijadikan sebagai sistem di Indonesia ini sudah sangat tidak layak untuk tetap dipertahankan. Bagaimana tidak? Sejak dahulu, demokrasi terbukti tidak dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah kehidupan di negeri ini. Alhasil Indonesia semakin terjatuh pada jurang kehancuran itu sendiri.  Sejatimya sebuah sistem itu adalah tata aturan yang harus diterapkan dalam sebuah negara yang mengadopsi sistem ini. Akan tetapi, fakta menjelaskan bahwa permasalahan yang ada tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan aturan-aturan yang dibuat dengan menggunakan sistem demokrasi buatan manusia dewasa ini. Sebagai contoh yang nyata dan dapat kita lihat kebenarannya bahwa sejak dulu, pelecehan terhadap ajaran Islam selalu ada dan bahkan semakin hari, pelecehan itu semakin nyata kebebasannya. 

Tidak hanya sampai disitu, dilihat dari segi kerusakan hubungan antar manusia saat ini demokrasilah yang memberi ruang untuk merebaknya pembunuhan, pelecehan seksual, korupsi, kemiskinan, pengangguran, dan segudang  masalah lain yang ada di negeri Indonesia ini. Sehingga kerusakan generasi-generasi serta kehancuran tatanan dalam keluarga juga semakin menjadi-jadi. Masalah-masalah itu semua terjadi karena Demokrasi lahir dari hawa nafsu manusia yang sangat mengagungkan kebebasan atas keinginannya sendiri.  Sehingga tak jarang asas kebebasan itu berujung pada kebablasan.

Sebagai contoh, atas dasar asas kebebasan beragama yang diusung oleh sistem Demokrasi ini, maka Demokrasi juga menjadi sebuah benteng bagi mereka siapa saja yang ingin berpindah agama kapanpun tanpa adanya sanksi yang akan diterimanya. Tak cukup sampai disitu saja, mereka yang telah mengeluarkan pendapat kebebasan beragama namun tak berlaku sedikit pun bagi kaum muslimin. Muslim Uyghur hingga kini masih dalam cengkeraman kekejaman pemerintah China. Delapan Muslimah di Kirgistan ditahan karena mendakwahkan Islam dan Khilafah, Muslim Rohingya masih terombang ambing di laut akibat kekejian perlakuan dari pemerintah Myanmar, dan kini Al-Qur’an dibakar dan lagi-lagi Islam di hinakan.
  
Demokrasi juga mengusung asas kebebasan dalam berpendapat. Asas tersebut menjadi benteng bagi mereka yang gemar menyebarkan opini-opini bohong berdasarkan dari kemauan nafsu mereka karena mereka merasa aman dan  memiliki hak kebebasan berpendapat sebagai warga negara Indonesia. Maka tak heran jika saat ini sangat banyak permusuhan antar sesama kaum muslimin karena saling diadu domba oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Serta orang-orang yang senantiasa berusaha membendung penyebaran opini-opini Islam semakin leluasa karena merasa dilindungi oleh asas yang satu ini. Lagi dan lagi kebebasan ini hanya berlaku bagi mereka yang mendukung untuk memajukan dan mempertahaknkan sistem Demokrasi. Namun akan menjadi boomerang bagi kaum Muslimin yang berusaha menyadarkan umat dengan berpendapat dan menyampaikan bahwa ajaran Islamlah yang harus diterapkan.

Kemudian kita ketahui bahwa didalam sistem Demokrasi ini, juga mengusung asas kebebasan berekspresi. Atas dasar inilah banyak para generasi yang salah dalam mengekspresikan diri mereka sendiri. Wajar jika penyimpangan seksual, pembunuhan, dan kriminalitas-kriminalitas lain semakin merajalela dan menjadi kebebasan yang sangat digandrungi oleh para generasi di negeri ini. Bagaimana tidak? Jauhnya generasi saat ini dari mengenal ajaran agama Islam membuat hidup mereka kehilangan arah dan tujuan dari penciptaannya. Prinsip hidup hedonisme menjadi harga mati untuk mereka para generasi yang  jauh dari pengenalan hakikat penciptaan dirinya sendiri. Maka tatkala generasi saat ini sudah tidak memiliki moral, maka kelak tiba masa bagi mereka menjadi seorang pemimpin, mereka akan memimpin dengan cara yang hancur-hancuran berdasarkan kebengisan yang ada di dirinya. 

Kebebasan yang berikutrnya adalah melalui ruang kebebasan kepemilikan. Atas dasar kebebasan yang satu ini, Demokrasi juga menjadi fasilitator bagi para penjahat-penjahat ulung yang merampok kekayaan ummat Islam, emas, tembaga, minyak bumi dan bnyak lagi yang kemudian akan diserahkan kepada para penuasa asing secara legal yang merek kemas dengan cantik melalui Undang-undang atas nama investasi. Rakyat dibodohi dan dimintai pajak terus menerus sampai mencekik dan kemiskinan serta kemelaratan adalah bukti nyata bahwa demokrasi sangat tidak dapat menyelesaikan masalah dan hanya memberikan keuntungan bagi para kapitalis pembuat demokrasi itu sendiri.

Dari kebebasan-kebebasan yang sudah dipaparkan diatas, maka jelas bahwa sistem Demokrasi hanya akan menjadi biang kehancuran suatu negeri. Sehingga wajar dimasa covid ini, banyak masyarakat yang semakin terjerat dalam kesengsaraan karena kurangnya pendapatan perekonomian rumah tangga. Itulah sebab rahmat Allah tidak akan bisa kita rasakan karena sistem aturan manusialah yang senantiasa dijadikan tolak ukur perbuatan. Negeri yang Baldatun thayybatun wa rabbun ghafur hanya akan terwujud apabila kita menghamba kepada sang pencipta alam semesta beserta isinya bukan menghamba kepada manusia yang katanya sebagai penguasa, dan kita sebagai seorang hamba harus menerapkan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh-Nya secara kaffah. Baik dalam urusan diri sendiri sampai urusan- urusan dalam bernegara. Hal ini bisa terwujud hanya dengan menggantikan sistem Demokrasi yang sudak tak layak kita gunakan lagi dengan sistem Islam dalam tatanan Daulah Khilafah ‘ala min hajin nubuwwah. Wallahu a’lam bishshawab
Previous Post Next Post