Oleh : Nurhalidah, A.Md.Keb
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanya tinggal jargon semata. Sebatas teori tanpa makna. Betapa tidak tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh Penguasa sudah mencakup berbagai aspek kehidupan. Hal ini menunjukan bahwa keadilan yang digaung-gaungkan hanya sebuah ilusi bagi rakyat.
Seperti halnya dalam kebijakan penyaluran bantuan langsung tunai (BLT), pemerintah akan meluncurkan bantuan sebesar Rp 600 ribu/bulan untuk pegawai swasta dengan gaji di bawah Rp 5 juta/bulan. Anggaran yang disediakan pemerintah untuk subsidi bantuan Rp 600 ribu tersebut sebesar 33,1 trilliun untuk 13,8 pekerja. Namun, syarat untuk memperoleh subsidi gaji tersebut harus pekerja yang aktif terdaftar di BPJS KetenagaKerjaan denga iuran di bawah Rp 150 ribu/bulan. (finance.detik.com, 07/08/2020)
Lalu apa kabar dengan ribuan guru honorer K2? terlansir di JPPN.com, Ketum Perkumpulan Honorer K2 Titi Purwaningsih merasa heran atas kebijakan pemerintah saat ini. “Heran saya, kalau mau angkat PPPK bilang engga ada duit. Kenapa sekarang malah mau gelontorkan Rp 31 trilliun untuk bansos bagi pekerja bergaji di bawah 5 juta. Lah terus kami ini dianggap apa sih,” ketusnya. (07/08/2020).
Tidak hanya ibu Titi dan kawan-kawan yang di PHP oleh penguasaana saat ini bahkan separuh dari rakyat Indonesia kena prank dari penguasa. Ada banyak kalangan dari rakyat Indonesia yang semestinya memperoleh bantuan tersebut kenapa malah diberikan kepada individu yang telah memiliki gaji yang otomatis masih bisa memenuhi kebutuhannya.
Kenapa perhatian pemerintah tidak teralih kepada ribuan buruh yang di PHK massal, guru honorer yang gajinya jauh dari kata layak, buruh harian yang penghasilannya tidak menentu, serta tenaga kesehatan yang banyak tumbang akibat keterbatasan alat pelindung diri dan gajinya juga masih jauh dari kelayakkan. Masih banyak rakyat yang jauh dari kata sejahtera yang belum dijamin oleh negara. Dan seharusnya bantuan itu disalurkan kepada mereka. Alhasil kebijakan yang dilakukan oleh penguasa alih-alih menuntaskan masalah malah meleset dari sasaran yang sebenarnya.
Karena itu masih pantaskah menyebutkan kata keadilan dalam negeri ini? ketika penguasa memandang sebelah mata rakyatnya yang sebagian, dan sebagian yang lainnya diupayakan jaminannya. Kebijkana yang berujung tindakan diskriminatif ini bukan menyelesaikan masalah malah menghadirkan kecemburuan sosial di tengah-tengah masyarakat.
Keberadaan penguasaa saat ini bukan lagi sebagai tempatnya rakyat merintih, mengadu akan ketidakadilan dalam diperoleh jaminan hidup yang sejahtera, malah terkesan penguasa sebagai pengadu domba di tengah-tengah rakyat. Hal ini disebabkan oleh rusaknya sistem yang diterapkan di negeri ini yaitu sistem kapitalisme. Sistem ini tidak hanya menghancurkan negeri ini dalam hal ekonomi melainkan dalam berbagai hal tidak akan ada penyeselesaian yang tuntas. Setiap solusi yang ditawarkan sudah pasti akan menimbulkan masalah baru.
Oleh karena itu tidak ada pilihan yang lain selain pertama kali dilakukan adalah mengganti sistem bobrok ini dengan sistem Islam. Dari sistem islam akan lahir pemimpin yang memihak terhadap rakyat serta menghadirkan solusi yang komprehensif atas segala problematika yang terjadi di tengah-tengah umat.
Dalam Islam, kebutuhan pokok rakyat ditanggung oleh negara. Lebih-lebih ditengah wabah seperti ini, negara tidak memandang sebelah mata dalam menyalurkan bantuan untuk umatnya. Baik Muslim maupun non-Muslim diberikan secara adil sehingga tidak akan ada kecemburuan sosial di tengah-tengah umat. Adapun sumber dana untuk memenuhi kebutuhan rakyat di tengah wabah seperti yaitu dari baitul mal. Sumber dana baitul mal yaitu jizyah, fai’ pengelolaan harta kepemilikan umum, kharaj, dll. Namun, jika dana baitul mal tidak cukup maka negara memungut pajak atas orang-orang kaya saja. Sungguh luar biasa solusi yang ada dalam sistem Islam mampu menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah. Jauh langit dan bumi dengan sistem kapitalisme. Maka dari itu jika ingin bebas dari belenggu permasalahan yang kian bertubi-tubi dalam negeri ini tiada lain adalah menerapkan Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan.
Wallahu a’lam bishshawaab
Post a Comment