Oleh:
Hana Sheila
Mahasiswi/Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok
Radikalisme masih menjadi opini andalan rezim untuk menyerang umat Islam. Baru-baru ini Menteri Agama Fachrul Razi mengungkapkan salah satu strategi paham radikal masuk ke masyarakat melalui orang yang berpenampilan menarik atau good looking dan memiliki kemampuan agama yang bagus. Hal ini diungkapkannya dalam kegiatan webinar dengan judul Strategi Menangkal Radikalisme pada Aparatur Negara yang disiarkan langsung di YouTube KemenpanRB.
Selanjutnya Menag menyebutkan, cara masuknya anak-anak good looking ke tengah-tengah masyarakat gampang sekali. Dengan
penguasaan Bahasa Arabnya yang bagus dan hafidz
Qur’an, mereka mulai masuk ikut-ikut
menjadi imam, lama-lama orang di sekitarnya simpati, lalu diangkat jadi
pengurus masjid. Nah, nanti mulai masuklah
teman-temannya, lalu masuklah ide-ide radikal yang ditakutkan
pemerintah. Kalau begini, mereka dicap sebagai agen radikal. Astagfirullah... Benarkah anak good looking, agen radikal?
Tentu saja peryataan Menag yang kontroversial tersebut menuai banyak kecaman. Salah
satunya dari wakil ketua komisi VIII Ace Hasan Syadzily. Ia menilai ucapan
Menag terkait radikalisme yang masuk melalui anak good looking dan hafidz
tidak sepenuhnya tepat dan menyarankan Fachrul untuk mempelajari lagi soal cara
penyebaran paham radikalisme ini. Ace meminta Menag tidak menggeneralisasi
karena dapat memunculkan kekeliruan dalam masyarakat begitu juga dengan cara
mengatasinya.
Tidak hanya dari DPR, kritik juga datang dari Majelis ulama Indonesia. Wakil
Ketua MUI Muhyiddin Junaidi pada wawancara dengan detik.com, meminta Menag mencabut ucapannya terkait paham
radikalisme yang masuk melalui orang yang berpenampilan baik dan memiliki
kemampuan agama yang bagus. Dinilai tuduhan tersebut tidak berdasar dan sangat
menyakitkan umat Islam yang mempunyai peran besar pada bangsa ini.
Pernyataan Menag yang kontroversial terkait radikalisme memang sangat
menyudutkan, memojokkan, menuduh dan mengkriminalisasi umat Islam. Tak hanya
itu, bahkan ajaran agamanya sendiri terus-terusan diserang. Sangat jelas bahwa
rezim ini terserang virus Islamophobia.
Padahal umat Islam hanya ingin mempelajari agamanya dengan baik, keinginan
menerapkan Islam secara kaffah, keinginan menjadi sebaik-baik manusia yang
ingin menjalankan seluruh perintah dan menjauhi larangan-Nya. Bukankah
seharusnya bangsa ini bangga dengan generasi yang dekat dengan masjid dan fasih
terhadap bahasa Al-Qur'an, menjadi penghafal dan mendakwahkan isinya. Karena
generasi yang seperti inilah yang akan membawa kontribusi nyata atas
pembangunan negeri ini yang hadir membawa solusi atas masalah kerusakan remaja
akibat paham liberalisme dan paham Barat yang lain.
Maka dari itu, mari kita bersungguh-sungguh untuk mengkaji Islam, mengamalkan
dan mendakwahkan Islam. Generasi Muslim tidak boleh termakan isu radikalisme
yang digunakan untuk menakuti umat Islam akan ajaran agamanya sendiri. Kita
harus terus semangat mewujudkan kebangkitan Islam sebagai peradaban baru yang
akan menyingkirkan kezaliman pemerintah saat ini yang insyaAllah kita termasuk
golongan yang mendapat naungan dan ampunan dari Allah SWT. Aamiin.[]
Post a Comment