Umat Islam Tak Terbatas Teritorial Dalam Film Jejak Khilafah Di Nusantara

Oleh : Aisyah Farha

Akhir-akhir ini, hampir setiap harinya ada tagar yang betengger di twitter tentang Jejak Khilafah Di Nusantara. Rupanya film yang ditayangkan secara online pada Kamis 20 Agustus 2020, bertepatan dengan 1 Muharram 1442 H. Pada hari penayangannya juga tagar #jejakkhilafahdinusantara menjadi trending topic di twitter. Ini membuktikan bahwa animo masyarakat yang sangat tinggi untuk penayangan film JKDN.

Tetapi penayangannya mengalami kendala teknis. Butuh waktu satu jam untuk film dapat diputar. Banyak masyarkat yang berasumsi bahwa ada pihak yang men-take down situs. Bagaimana tidak, narasi kebencian terhadap Khilafah sangat nyaring terdengar. Tidak jarang juga berasal dari pemuka agama.
Saat ini, Khilafah diopinikan seperti monster yang menakutkan, seolah-olah keberadaannya akan menghancurkan negeri ini. Tak sedikit para pendakwah Khilafah juga dikriminalisasi, dengan dalih keutuhan negara. Sehingga banyak masyarakat yang enggan untuk mendidkusikan atau bahkan sekedar mengatakan Khilafah.

Kenyataanya semakin disudutkan, Khilafah membuat banyak orang semakin penasaran. Saat ini, Khilafah semakin banyak diperbincangkan, baik di dunia Timur hingga ke Barat. Orang Barat yang tidak biasa mengucapkan bahasa arab pun, kini kian fasih menyebut Khilafah. Rupanya era Khilafah telah tiba. 

Para pendakwah Khilafah baru sebatas menyajikan film dokumenter sejarah tentang adanya hubungan Khilafah dengan Nusantara, tidak membahas bagaimana model kepemimpinannya. Tetapi beberapa pihak seperti kebakaran jenggot menuduh sana-sini. Padahal kita tahu, sejarah adalah tentang validitas sumber, selama sumbernya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka sejarah itu benar adanya.

Film JKDN menyajikan hubungan antara Khilafah dan Nusantara dengan sederet bukti-bukti yang sangat ilmiah. Hubungan ini sudah dimulai sejak kepemimpinan Umar bin Abdul Azis, dibuktikan dengan adanya surat yang dikirim oleh penguasa Sriwijaya untuk mengirimkan seseorang yang bisa mengajarkan Islam kepadanya.

Sejak itulah Islam mulai berkembang di Nusantara, kerajaan pertama yang berasas Islam adalah Samudera Pasai. Bukti sejarah yang ditemukan disana adalah makam keturunan dari Khalifah Al Mustanshir Billah yang merupakan Khalifah Abbasiyah, bersama makam istri dan anaknya. Makam yang khas Timur Tengah tersebut lengkap dengan relief tulisan kaligrafi sejarahnya masih utuh hingga saat ini.

Diperkuat dengan keterangan yang ditulis oleh Ibnu Batuthah dalam kitabnya, bahwa Maulana Malik Ibrahim yang makamnya ada di Gresik saat ini merupakan utusan dari Samudra Pasai. Selain itu masih banyak lagi bukti-bukti sejarah yang disajikan, misalnya peran Wali Songo yang merupakan utusan langsung dari Khilafah serta bantuan meriam dari Kholifah untuk rakyat Aceh.

Film ini benar-benar membuka mata umat tentang penyebaran Islam yang mulia dari Madinah hingga ke Nusantara. Islam memang rahmatan lil a’lamin, hadirnya di  muka bumi adalah untuk menjadi rahmat. Dengan Islam, Nusantara bisa merasakan menjadi bagian dari umat Islam sedunia, yang berada dibawah satu kepemimpinan.

Jika kita kembali kepada metode kepemimpinan Khilafah seperti dahulu, maka umat Islam akan bersatu dan akan kembali menjadi umat terbaik. Seperti yang pernah dicontohkan umat Islam terdahulu, yang luas wilayah kekuasaannya hingga 2/3 dunia. Bersama Khilafah, umat Islam seperti satu tubuh, tidak terbatas teritorial.

Dibawah naungan Khilafah, umat dapat merasakan keamanan, kesejahteraan, pendidikan dan keilmuan yang tinggi. 

Wallahu a’lam bish shawab
Previous Post Next Post