SECERCAH ASA DARI HAGIA SOPHIA

OLEH : SIVA SASKIA

Jumat 24 Juli 2020 adalah hari bersejarah bagi umat muslim di negara Turki, dan umat muslim di seluruh dunia. Karena setelah sekian  lama Hagia Sophia di ubah menjadi museum oleh Mustafa Kamal Attaturk, kurang lebih 85 tahun lamanya Hagia shopia yang mulanya merupakan mesjid di ubah menjadi museum. Di awali dengan dekrit oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan pada tanggal 17 Juli, yang memerintahkan agar Hagia Sophia di buka kembali untuk umat muslim sehingga mereka bisa mendirikan shalat di dalamnya. Dan Alhamdulillah Hagia Sophia akhirnya kembali dibuka menjadi Mesjid kaum muslim.

Petikan khotbah , Jum’at (24 Juli 2020) yang disampaikan oleh Erbas (Kepala Direktorat Keagamaan Turki) sambil memegang sebilah pedang di atas mengingatkan ribuan jamaah yang memadati Mesjid Hagia Sophia dan sekitarnya pada peristiwa penaklukan Konstantinopel. Karena tradisi khatib membawa sebilah pedang adalah sebagai simbol penaklukan. Dan pengubahan Hagia Sophia Aya Sofia) dari gereja menjadi mesjid oleh Muhammad al-Fatih adalah bagian dari simbol penaklukan itu. Adalah Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki yang memutuskan peninggalan arsitek Bizantium itu menjadi mesjid kembali setelah 86 tahun. Hal ini menindaklanjuti keputusan Pengadilan Administratif Tertinggi Turki pada tanggal 10 Juli lalu yang menganulir keputusan presiden Turki pertama, Mustafa Kemal Ataturk, pada tahun 1934, yang mengalihfungsikan Hagia Sophia menjadi sebuah museum. 

Hagia Sophia pada Era Kekhilafahan Utsmaniyah Pada 1453, era Kekaisaran Bizantium berakhir karena ditaklukkan oleh Sultan Mehmet/Mehmed II. Setelah Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, status Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid. Nama Hagia Sophia masih dipertahankan oleh Sultan Mehmed II. Sebagaimana arti kata sophia dalam bahasa Yunani adalah kebijaksanaan, maka arti lengkap dari Hagia Sophia adalah tempat suci bagi Tuhan. Saat berubah menjadi masjid di era Mehmed II, banyak mozaik dan lukisan bercorak Kristen, yang menghiasai bangunan Hagia Sophia, ditutupi dan diplester. Seniman kaligrafi terkenal pada masa itu, Kazasker Mustafa Ä°zzet, kemudian mengguratkan tulisan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, empat khalifah pertama, dan dua cucu Rasulullah SAW di beberapa bagian interior Hagia Sophia. 

Dibalik kebahagiaan kaum muslim ternyata banyak yang menyimpan kekecewaan yang mendalam setelah pemerintah Tukri mengembalikan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid. Hal itu kembali membuat khilafah jadi buah bibir bukan di dalam negeri tetapi di luar negara Turki. Terutama mereka yang nggak menyukai Islam bangkit. Dari Amerika hingga Uni Eropa mengutarakan kekecewaannya. Nggak ketinggalan juga Paus Francis dan Gereja Ortodoks Rusia. Bahkan lembaga internasional UNESCO juga ikut-ikutan menekan Turki atas keputusannya. Biar tambah garang, stempel negatif ditujukan pada Turki dan Islam. Tuduhan intoleran dan mengabaikan suara jutaan orang Kristen jadi senjata andalan mereka. Seolah ajaran Islam tak menghargai penganut agama lain yang juga berhak untuk mengakses Hagia Sophia.

Hagia Sophia merupakan sebuah bangunan megah yang sangat mencolok di kota Istambul, Turki. Tak hanya itu, Hagia Sophia menjadi landmark yang ikonik. Kemegahan dan keindahannya menjadi magnet bagi siapa saja yang melihatnya. Setelah penantian yang amat panjang. Setelah 86 tahun lamanya Hagia Sophia berfungsi sebagai museum, kini angin segar itu kembali berhembus. Angin segar yang memberikan kesejukan dan semangat baru bagi kebangkitan dunia Islam, karena disadari ataupun tidak, kembalinya Hagia Sophia memberikan suntikan semangat bagi kaum muslimin untuk kembali menengok bagaimana cara memperolehnya, memakmurkannya, menjaganya, dan mempertahankannya. Dan kini Kebangkitan islam semakin tercium aromanya ke seluruh penjuru dunia dan bukan hal yang tidak mungkin Roma pun akan segera ditaklukan oleh kaum muslim, InsyaaAllah aamiin. 
Wallohu ‘Alam Bi showwab
Previous Post Next Post