Oleh: Dewi Tisnawati, S. Sos. I
(Pemerhati Sosial)
Umat muslim di dunia merayakan hari raya qurban/hari raya idul adha pada setiap tahun. Sejarah tentang syariat berkurban adalah berawal dari kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail. Cerita ketiganya menjadi sebuah landasan teologis atas ajaran berkurban dalam agama Islam.
Tahun ini, idul adha 1441 H pun telah dilaksanakan. Hanya ada yang sedikit berbeda, umat muslim merayakannya ditengah-tengah pandemi Covid-19 yang belum juga usai. Perayaan Idul adha tahun ini seharusnya menjadi hari untuk menghayati dan mengaktualisasikan makna ibadah kurban dalam Islam.
Mengapa? Sebab pandemi Covid-19 ini telah menghasilkan banyak krisis. Mulai dari sektor kesehatan misalnya, fasilitas kesehatan minim didapatkan masyarakat selama pandemi.
Dari sisi tenaga medis juga, segala perlengkapan medis guna menghadapi pasien yang terinfeksi virus tidak disiapkan dengan maksimal. Tunjangan mereka pun, yang dijanjikan sebagai bentuk apresiasi perjuangan mereka di garda terdepan melawan Covid-19, tidak kunjung terpenuhi.
Berdasarkan data Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) per 1 Juni 2020, setidaknya ada 358 aduan terkait perawat yang bermasalah dengan gaji dan THR semasa pandemi. Sekretaris Badan Bantuan Hukum (BBH) Dewan Pengurus Pusat (DPP) PPNI Maryanto menyebutkan, 96 aduan di antaranya melaporkan atas nama kelompok atau institusi. (alinea.id, 8/6/2020).
Selain itu, vaksin untuk menghentikan penyebaran virus yang semakin meradang, butuh proses yang sangat panjang. Padahal setiap harinya, korban terus berjatuhan. Bahkan Indonesia menduduki posisi teratas jumlah kasus Covid-19 di Asia.
Dari sektor ekonomi pun demikian, yakni semakin memburuk. Pengamat kebijakan publik, Trubus Rahardiansyah menyatakan, banyak warga mengalami frustasi akibat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus meningkat selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berlangsung.
Tragisnya, ada sebagian warga yang melukai diri sendiri bahkan sampai bunuh diri selama PSBB berlangsung. (papua.tribunnews.com, 30/4/2020)
Termasuk juga social-pendidikan yang tidak berkualitas, ketahanan keluarga yang rapuh dan kerusakan generasi semakin menjadi.
Berbagai kebijakan pemerintah yang ditetapkan justru semakin menambah beban rakyat di tengah pandemi. Antisipasi penanganan dan strategi mengurangi dampak buruk melalui agenda New Normal tidak mampu menjadi solusi. Pada hakikatnya, tidak ada antisipasi dan bentuk riil perlindungan pada rakyat yang ditunjukkan para pejabatnya.
Semua ini terjadi sebab aturan yang dipakai tidak berasal dari Allah SWT yang mengetahui segala sesuatunya, melainkan aturan buatan manusia yakni kapitalis sekuler yang serba terbatas dan kekurangan.
Maka, sudah seharusnya umat Islam meninggalkan sistem buatan manusia ini yang tidak akan memberi solusi tuntas pada setiap permasalahan hidup manusia. Termasuk krisis akibat pendemi Covid-19 dan juga segera memutus mata rantai virus ini.
Menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam untuk kembali pada sistem Ilahi dengan tegaknya seluruh syariat Islam sebagai solusi. Adapun syaratnya adalah adanya ketaatan sempurna dan kesiapan berkorban meninggalkan seluruh orientasi individual dan materialistik menuju keinginan meraih ridla Ilahi Rabbi.
Momentum idul adha mengajarkan kita tentang semangat berkurban karena berkurban merupakan ibadah yang sangat mulia. Berkurban merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT., yang artinya:
“Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS al-Kautsar: 2).
Dalam hal ini penguasa serta para pejabatnya, juga masyarakat, diminta menyempurnakan ketaatan serta siap berkorban untuk mendapatkan solusi dari pendemi yang terus berkepanjangan.
Sebagaimana firman Allah SWT., yang artinya: “Padahal tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan menjalankan agama ini dengan lurus.” (QS Al-Bayyinah: 5).
Refleksi Idul Adha 1441H: kebutuhan untuk mendapatkan solusi atas krisis akibat pandemic semestinya menguatkan kesadaran seluruh komponen umat untuk taat sempurna pada seluruh aturan Sang Pengatur Allah SWT dan menguatkan tekad untuk berkorban seluruh daya upaya untuk menegakkan aturan Allah dalam kehidupan. Wallahualam a'lam bush shahab.