Pilih Sekuler atau Islam

Oleh: Rini Handayani
(Pemerhati Sosial) 

Seruan terhadap khilafah kian mendapat tempat di hati umat Islam. Kesadaran umat Islam untuk menjalankan agamanya dengan sempurna kian menemukan muaranya. Ketidakadilan dan kerusakan hidup di bawah sistem kufur semakin menyadarkan umat, akan pentingnya institusi politik Islam (Khilafah). Namun, seruan ini justru mendapat penolakan keras dari rezim sekuler. 

Baru-baru ini, penolakan datang dari Partai berkuasa di Turki yang memenangkan Recep Tayyip Erdogan sebagai Presiden. Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada Senin (27/7/2020) meyakinkan kaum skeptis bahwa Turki akan tetap menjadi republik sekuler, setelah majalah Gercek Hayat menimbulkan kegemparan dengan menyerukan pembaruan kekhalifahan (beritakaltim.co, 31-7-2020).

Asosiasi Bar Ankara juga menolak seruan Khilafah. Asosiasi Bar Ankara mengajukan pengaduan pidana terhadap Gerçek Hayat. Pengacara asosiasi menuntut agar kolumnis pro pemerintah Yeni Akit, Abdurrahman Dilipak, yang membagikan sampul majalah di media sosial, dan pemimpin redaksi Gerçek Hayat, Kemal Özer, menghadapi tuduhan yang diberikan.

Adapun tuduhan yang diberikan adalah menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata melawan Republik Turki, menghasut masyarakat membentuk kebencian dan permusuhan dan menghasut orang untuk tidak mematuhi hukum (republika.co.id, 28-7-2020)

Penolakan terhadap khilafah di negeri-negeri umat Islam menunjukkan bahwa sistem sekuler yang berkuasa saat ini memusuhi Khilafah. Kenapa hal ini bisa terjadi, padahal para penguasa, intelektual dan rakyatnya mayoritas muslim? Kenapa Khilafah yang merupakan ajaran Islam justru ditolak?

Paham Sekuler, Ide Berbahaya

Ensiklopedi Islam mendefinisikan sekularisme sebagai suatu aliran atau sistem doktrin dan praktik yang menolak segala bentuk yang diimani dan diagungkan oleh agama atau keyakinan harus terpisah sama sekali dari masalah kenegaraan (urusan duniawi).

Paham sekuler merupakan penyakit akut yang diderita generasi umat Islam. Paham ini cukup efektif menjauhkan umat dari Islam. Miris, pada saat yang sama mengaku beriman pada Allah Swt dan di sisi lain mengingkari hukum-hukum Allah Swt untuk mengatur kehidupan.

Hal ini bisa terjadi karena umat Islam mengalami kemunduran berfikir. Umat tidak memahami Islam dengan utuh.

Sejak awal abad II H, umat Islam mulai tersusupi pemahaman-pemahaman yang berasal dari luar Islam, seperti filsafat Persia, India dan Yunani. Filsafat-filsafat itu telah mempengaruhi sebagian umat Islam. Mereka mengkompromikan Islam dengan filsafat-filsafat asing itu. Padahal jelas, filsafat-filsafat itu bertentangan dengan Islam. Akibatnya, Islam ditafsirkan dan diinterpretasikan jauh dari hakikat Islam yang sebenarnya.

Umat Islam kian terpuruk, manakala meremehkan peran bahasa Arab dalam memahami Islam sejak awal abad VII H. Padahal, bahasa Arab dan Islam satu kesatuan yang tak terpisahkan. Persoalan hidup yang dihadapi umat kian berkembang. Sementara, fakta-fakta baru perlu dihukumi dengan Al-Qur’an. 

Lemahnya penguasaan bahasa Arab, melemahkan kemampuan umat dalam berijtihad. Akhirnya, banyak persoalan hidup tak dapat terselesaikan. Kondisi ini menambah keyakinan umat bahwa Islam tak relevan untuk menjadi panduan hidup.

Belum lagi sejak akhir abad XI H (abad ke-17 M) sampai sekarang, munculnya serangan budaya, kristenisasi dan serangan politik yang datang dari Barat, kian menjauhkan umat dari ajaran Islam yang sebenarnya. 

Walhasil, generasi umat Islam kini lebih gandrung mempertahankan paham-paham di luar Islam. Menerapkan hukum-hukum buatan kafir penjajah. Termasuk menerapkan dan mempertahankan sistem sekuler dalam kehidupan. 

Kembali pada Islam

Islam tidak mengenal paham sekuler. Paham sekuler bertentangan dengan Islam. Islam tidak memisahkan agama dari urusan kehidupan/bernegara. Justru Islam hadir sebagai solusi masalah kehidupan manusia. Tidak pantas dan sangatlah rugi bila umat berpaling dari Islam. 

“Tidak pantas bagi Mukmin laki-laki dan perempuan, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata” (QS. Al-Ahzab (33): 36).

Oleh karena itu, generasi umat Islam harus sadar dan berbenah untuk kembali memahami Islam. Menerapkannya dalam kehidupan dan membuang jauh aturan-aturan, paham-paham atau isme-isme selain Islam. Dan turut memperjuangkan Islam untuk kembali diterapkan dalam tatanan hidup bernegara.

Bertahan dalam sistem sekuler hanya akan melanggengkan kedzaliman dan jauh dari rahmat Allah Swt. Sebaliknya, menerapkan sistem Islam pasti mendatangkan keridloan Allah Swt dan kebahagiaan dunia akhirat. Wallahu a’lam bi showab.
Previous Post Next Post