Peran Generasi Milenial Dalam Penerapan Islam


Oleh : Mesi Awaliyah

Dalam Wikipedia, Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Generasi millenial lebih suka mendapat informasi dengan mencarinya ke Google atau perbincangan pada forum-forum yang mereka ikuti, supaya tetap up-to-date. Slogan terkenal pada generasi millennial No Gadget No Life’.

Dalam Profil Generasi Milenial 2018, BPS menyebutkan bahwa generasi milenial mencapai 33,75 persen dari jumlah penduduk keseluruhan. Ini berarti sumbangan generasi milenial dalam membentuk struktur jumlah penduduk usia produktif cukup tinggi, dimana dari 67,02 persen penduduk usia produktif, sekitar 50,36 persennya adalah generasi milenial. Generasi yang mempunyai kekuatan sebesar itu tentu saja memiliki peranan yang sangat besar pada era bonus demografi. Generasi ini yang akan mencerminkan gambaran bangsa Indonesia apakah menjadi bangsa yang konsumtif atau produktif.

Bagaimana Fakta Generasi Milenial Masa Kini?
No Gadget No Life, inilah slogan yang terus melekat pada generasi milenial. Kehidupan yang serba digital dan online, sehingga dapat melihat dunia meski tidak secara langsung. mengetahui perkembangan ilmu dan teknologi hanya dengan berselancar di dunia maya.

Namun bagaimana fakta kehidupan generasi milenial yang dimanjakan dengan kecanggihan teknologi dan kehidupan serba mudah ini? Dapat kita amati secara langsung bagaimana pola kehidupan generasi milenial saat ini. Ada positif dan negatif, namun yang menjadi pertanyaan lebih cenderung postif atau negatifnya?

Pola kehidupan generasi Y ini bisa kita amati secara langsung. Diantaranya dikit-dikit posting, apa pun yang terjadi dalam kehidupan seluruhnya di posting tanpa melihat unsur postingan, lagi makan posting, lagi sholat posting, lagi tidurpun posting, hal itu dilakukan untuk menarik simpati followers.

Namun kebiasaan ini memang mendapatkan perhatian penuh sampai-sampai banyak terjadi kasus penipuan berawal dari kepo mengepo postingan sosmed, seperti salah satu kasus yang dialami MUH pria asal Lombok barat menikahi pujaan hatinya ternyata ketika malam pertama baru ketahuan bahwa yang dinikahinya laki-laki juga, akibat perkenalan hanya lewat telepon dengan menggunakan berbagai macam kecanggihan pengubahan bentuk wajah, suara, dan lainnya (Viva.com). 

Karakter milenial  yang lain adalah  sedikit-sedikit galau. Sampai-sampai ketika idolanya menikah dijagat maya menjadi hari kegalauan nasional. Hal-hal unfaedah sering kali menjadi trending, seperti baru-baru ini ramai perbincangan boy sad and girl sad biasanya identik dengan laki-laki dan perempuan yang suka sedih, baperan akibat korban putus cinta.

Generasi milenial akhir-akhir ini banyak disibukan mengurusi romansa pernikahan artis sampai trending berhari-hari, fenomena ditinggal nikah terus-menerus di ekspos di jagat maya dan televisi. Padahal kalau dipikir-pikir hal seperti ini tidak memberikan pengaruh apa pun dalam kehidupan mereka. Hal ini terjadi karena gaya sekularistik telah memenuhi kehidupan para milenial. Banyak milenial yang tidak mengetahui betapa besar peran mereka dalam mengubah kehidupan, menyongsong kemenangan Islam bahkan arah tujuan hidup mereka pun tak karuan arah, kebanyakan yang penting happy aja.

Potensi Generasi Milenial  Dalam Menyongsong Kebangkitan Islam

Dengan bonus demografi mencapai 50,36% usia produktif maka memberikan peluang emas kepada para milenial untuk mengambil peran kebangkitan. Milenial yang tak bisa lepas dari teknologi adalah hal yang wajar karena memang dilahirkan diera revolusi teknologi. Seharusnya ini menjadi golds buat para milenial, apalagi dalam kondisi wabah sekarang dimana semua dilakukan serba online. Hal ini berarti sekarang para milenials lah yang sedang menguasai dunia karena lebih paham dan sudah terbiasa dengan kehidupan virtual.

Milenial seharusnya disibukan dengan hal berfaedah bukan sebaliknya sibuk galau-galauan, mengurusi kehidupan percintaan orang lain bahkan menghibah di sosmed. Lantas apakah yang seharusnya dilakukan milenials?
Setidaknya ada 5 hal yang bisa dilakukan kaum milenial supaya bisa memberikan peran dalam kebangkitan Islam;

Pertama, menempa diri dengan tsaqofah Islam. Tidak usah alergi bin gengsi ikut pengajian. Galilah tsaqafah Islam sedalam mungkin. Apalagi masa pandemi ini banyak bertaburan kajian online yang lebih berfaedah di banding kepo-kepoin mantan apalagi menggibah kehidupan orang lain. Coba  teman-teman bayangkan, Bagaimana mungkin kita bisa jadi penggerak, berperan untuk Islam sedangkan kita sendiri tidak  mengerti dengan Islam yang sebenarnya, meskipun tahu hanya tentang spriitulnya saja.

Kedua, mengaitkan perbuatan kita dengan kehidupan akhirat. Jadi setiap apa pun yang ingin dilakukan walaupun itu di dunia maya akan di minta pertanggung jawabkan, maka berpikirlah sebelum melakukan, apalagi sekarang banyak milenial mengubah profesi sebagai konten creator, cobalah membuat content-kontent yang banyak memberikan manfaat, dan sesuai hukum syara’

Ketiga, hidup dalam lingkungan yang baik. Seperti dalam sebuah hadis:
“Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Dari penjual minyak wangi kalian bisa mendapatkan minyak wangi atau mencium bau harumnya; sedangkan dari tukang besi kalau tidak membakar pakaianmu, maka kalian akan mendapatkan bau busuk darinya.” (HR Bukhari)

Keempat, berdakwah kepada orang lain. Kegiatan sedikit-sedikit posting bisa di alihkan dengan memposting ilmu Islam, mengajak kepada kebaikan, karena dakwah itu tidak mesti di atas mimbar . Coba bayangkan dari data penduduk produktif 50,36% itu milenial, serentak memposting kebaikan, ajaran Islam, seberapa banyak yang akan membaca postingan itu dan seberapa banyak yang mengetahui dan melaksanakan kebaikan tersebut. Wahh luar biasa kan bagaiman efeknya, hanya dengan melakukan hal sederhana.

Kelima, hidup sesuai dengan aturan syariat Islam. Ketika ilmu sudah di dapat maka harus diaplikasikan dalam kehidpan dengan terikat terhadap hukum syara’ bukan yang penting happy aja. Namun bukan berarti kita tidak boleh happy, malahan dengan hidup sesuai aturan Islam bisa membuat hidup kita merasakan happy yang sebenarnya, karena kebaikan dan kebenaran adalah fitranya manusia

Banyak permasalahan yang terjadi sekarang krisis ekonomi akibat pandemi, penangan pandemi yang tidak solutif, mahalnya baiaya pendidikan dan kubutuhan hidup, dan rusaknya generasi milenial tidak malu melakukan maksiat didepan umum, pamer aurat dengan bangga, posting fhoto mesra dengan pacar, hamil diluar nikah, aborsi, hura-hura tak berfaedah itu semua  karena tidak terlaksananya hal kelima ini, yaitu tidak lagi menjalankan kehidupan dengan aturan syariat Allah. Para milenials seharusnya meneladani bagaimana kehidupan, perjuangan dakwah rasul dan para sahabat sehingga menghasilkan kegemilangan Islam 1300 tahun lamanya dan dipenuhi generasi berkualitas.

Sosok pemuda Muhamad al-Fatih menaklukan Konstatinopel tidak hanya dalam waktu satu dua hari namun bertahun-tahun Muhamad al-Fatih dari kecil telah didik menjadi sosok kesatria bacaannya bukan komik lawak tapi cerita para kesatria terdahulu, aktivitas hariannya bukan penuh kegalauan, baper tak keruan arah tapi tak henti di isi dengan aktivitas menimbah ilmu.  Ada Thariq bin Zayid penakluk Andalusia yang kehidupanya di abdikan hanya untuk Islam, ada Zaid bin Tsabit dan banyak lagi, mereka adalah pemuda sukses yang lahir dari hasil didikan islam yang terikat terhadap hukum syara’.

“kebangkitan Islam adalah hal yang pasti, cepat atau lambat waktunya akan tiba, namun dimana posisi dirimu ketika kebangkitan itu tiba  menjadi pejuang? Penonton? Ataukah penentang?” Semua  pilihan ada di tangan kita.
Wallahua’lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post