Pahlawan Kemerdekaan, Dulu dan Sekarang.

Oleh : Beti Nurbaeti

Pekikan kalimat merdeka atau mati, lazim terlihat di film-film perjuangan. Slogan yang menyemangati aksi heroik para pejuang kemerdekaan. Kematian bukan hal mengerikan, dibanding perjuangan yang belum mencapai titik final. Mengorbankan apapun tatkala kemerdekaan tak kunjung dalam genggaman. Jiwa-jiwa ksatria para pahlawan kemerdekaan, teramat teguh untuk ditukar dengan tawaran setumpuk harta atau sebuah jabatan.

Hati serasa gerimis tatkala mengingat para pahlawan. Apakah perjuangan mereka telah menemukan jalannya di era milenial. Sementara yang terlihat sikap cinta dunia terasa sangat kental. Gaya hidup sekuler mengantarkan masyarakatnya pada kehidupan hedonis. Jauh dari kebersahayaan sikap para pahlawan ketika mereka sedang memperjuangkan setiap jengkal tanah air tercinta di masa lalu. Semangat rela mati demi perjuangan tak mampu diwarisi rakyat yang terlena arus dunia 

Entahlah, apakah bangsa ini sudah merdeka dalam arti sesungguhnya?. Atau baru merdeka di atas kertas dan pengakuan bangsa- bangsa di dunia. Faktanya  merdeka seakan masih menjadi mimpi. Intervensi asing tak henti mencederai kemerdekaan negeri ini. Kapitalisme  menghasilkan berbagai aturan tak ramah pada rakyat. Kalau tidak mau dikatakan mencekik rakyat. 

Kenaikan Pajak yang membuat rakyat memekik ditengah biaya hidup yang melambung. Pendidikan berkualitas yang seolah menjadi mimpi bagi rakyat dengan kemampuan hidup pas-pasan. Di bidang Kesehatan, rakyat seolah diwanti-wanti agar tak sakit, karena biaya pengobatannya yang kadang tak masuk di akal rakyat. Keamananpun teramat mahal bagi rakyat yang hanya sanggup pulang pergi naik angkutan umum. Ancaman kekerasan dan pelecehan seksual menjadi momok menakutkan bagi rakyat lemah. 

Kemerdekaan pun seolah menjadi milik mereka pemilik modal. Rakyat kecil silahkan bersabar untuk tethimpit dalam kebebasan mereka.  Kata Kemerdekaan yang menjadi hak segala bangsa seolah nyanyian penghibur dikala galau. Rakyat tak merdeka ketika memilih taat secara sempurna pada  Allah SWT, tak bebas memilih ketika berurusan dengan keyakinan. Bahkan untuk muslimah berjilbabpun masih di jegal dengan seperangkat aturan. 

75 tahu merdeka. Harusnya negeri ini sudah sangat mandiri dalam berbagai bidang. mengingat usia kemerdekaan yang sudah lewat dari masa usia pensiun ASN. Sementara makna merdeka sendiri masih terasa ngambang. Apakah merdeka  itu  bebas dari penghambaan kepada manusia? Bebas dari aturan-aturan yang memperbudak manusia lain. Merdeka yang dipahami unat Islam adalah kebebasan untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba. Bebas menjalankan aturan Allah Sang Pencipta tanpa intervensi makhluk. 

Merdekanya sebuah negeri terlihat jika ia tak  menggantung harap pada Asing. SDA  dikuasai rakyat dibawah pengelolaan negara bukan oleh Asing baik perorangan maupun negara. Alangkah lucu jika  sebuah negeri kaya dengan berbagai komoditas, malah impor  barang yang seharusnya negara mampu  menyediakannya. Lebih menyakitkan lagi jika negara memiliki potensi alam luar biasa tapi rakyat sulit bahkan tak mampu menikmatinya.

Dalam Islam, kemerdekaan adalah milik semua umat. Umat Islam bebas mendapatkan seluruh haknya dari negara. Hak dalam kesehatan, hak dalam  pendidikan layak, hak keamanan, hak mendapat keadilan. Merdeka adalah bebas berbuat apapun selama tetap dalam aturan. Bebas menjalankan seluruh perintah Allah SWT tanpa dijegal batasan dari manusia.  Karena sejatinya kemerdekaan dalam Islam adalah bebas beribadah secara sempurna sesuai tuntunan Rasulullah SAW. 

Kemerdekaan diraih oleh para pahlawan yang telah berjuang. Bukan hanya teriak merdeka tapi takut kematian menjelang. Ketika kedzaliman didepan mata, diam tak pernah ambil peran. Diam pada kecurangan, kemaksiatan karena silau dengan harta dan tahta. Hasilnya di nikmati semua orang meski tak semua berjuang. Selayaknya kita malu pada darah, air mata yang tumpah dan nyawa yang telah dikorbankan dalam perjalanan kemerdekaan negeri ini. 

Berharap pemimpin negeri ini bersikap  seperti pendahulu negeri. Menjadi pahlawan masa kini yang rela berkorban. Berjuang demi memerdekakan negeri dari rongrongan negeri lain. Bersiap menghadapi segala konsekwensi, demi kehormatan bangsa dan negara. Rela mati mulia  demi memperjuangkan rakyat dan negara diatas ketaqwaan pada Allah Azza wa jalla. Hingga kemerdekaan bukan sebatas pekikan kala 17 agustusan, tapi menjadi hak  yang dnikmati seluruh rakyat negeri ini.
Previous Post Next Post