Oleh: Tutus Riyanti
(The Voice Of Muslimah Papua Barat)
Pertanyaan yang sama setiap mendekati lebaran adalah: "kapan mau mudik?". Mudik atau pulang kampung menjadi tradisi yang seakan "wajib" bagi para perantau. Biasanya tradisi mudik dilakukan ketika lebaran, atau ketika mempunyai rejeki yang lebih. Maka mudik menjadi momen yang digunakan untuk bertemu, saling melepas rindu, dan bersilaturahmi dengan keluarga dan handai tolan di kampung halaman.
Yang tak kalah seru adalah membahas persiapan mau mudik. Jauh-jauh hari orang sudah mulai booking tiket pesawat, tiket kapal laut, tiket kereta api, atau tiket bus. Kalau mudik memakai motor atau mobil, maka motor atau mobil tersebut sudah dibawa ke bengkel untuk disevis sebelum mudik. Baju mulai ditata dikoper atau tas besar. Oleh-oleh buat keluarga di kampung mulai dipersiapkan. Tempat wisata dan rumah saudara yang akan dikunjungi mulai dijadwalkan. Dan yang paling utama, isi dompet juga dipersiapkan untuk dibagi-bagi ke orangtua, om, tante, keponakan, saudara, dan lain sebagainya.
*Mudik Ke Akhirat*
Untuk mudik keluar daerah, yang sejatinya masih didunia juga, manusia sudah membuat persiapan yang sangat detail dan rapi. Bahkan rela mengorbankan segala cara agar bisa mudik. Waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan rela menempuh perjalanan yang kadang taruhannya adalah nyawa. Misalnya naik turun pesawat, berdesakan didalam kapal laut, naik diatas gerbong kereta api, dan lain sebagainya. Tujuannya satu, yaitu agar dapat bertemu dan melepas rindu dengan keluarga di kampung halaman yang sangat dirindukan.
Pertanyaannya, mengapa untuk mudik ke akhirat, kaum muslimin tidak bisa melakukan persiapan yang seperti itu? Justru banyak sekali dari kaum muslimin yang berleha-leha untuk urusan akhirat. Menganggap bahwa dirinya akan hidup lama dan akhirat masih jauh. Padahal tidak pernah diketahui kapan akan menghadap Allah SWT. Hari, tanggal, bulan, tahun, tidak akan pernah tahu kapan ajal akan menjelang.
Allah SWT berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid 20)
Dari ayat diatas dapat diambil hikmah bahwa kehidupan dunia ini ibarat permainan saja, menipu, dan tidak abadi. Harta dan kemewahan dunia hanyalah titipan. Suami, isteri, anak, dan keluarga juga titipan. Kecerdasan dan keindahan fisik juga titipan. Begitu pula dengan kehidupan manusia. Semuanya hanyalah titipan dari Allah SWT. Suatu saat "sang pemilik" sebenarnya akan mengambilnya kembali.
Maka seorang muslim yang cerdas, dia tidak akan mudah tertipu dengan dunia yang hanya sementara. Dia tidak akan menghabiskan hidupnya hanya untuk mengejar dunia, tanpa melibatkan akhirat sama sekali. Karena dia sadar, kelak ketika Allah SWT memanggil, tidak ada satu pun yang akan dibawa. Harta, jabatan, keluarga, semua ditinggalkan. Hanya selembar kain kafan tipis dan amal ibadah yang kelak akan dibawa. Kalau ternyata amal ibadah yang dibawa sesuai dengan syariat Allah, insyaaAllah surga yang luasnya seluas langit dan bumi sudah menanti. Tapi kalau ternyata amal ibadah yang dibawa justru bertentangan dengan syariat Allah, maka bersiap-siaplah menjadi penghuni neraka jahanam. Naudzubillah.
Allah SWT berfirman,
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-‘Ankabut: 64).
Jadi yang sekarang "sedang" atau "akan" mudik ke daerah masing-masing, ingatlah untuk mempersiapkan perjalanan mudikmu ke akhirat nanti, sedetail dan serapi mudikmu saat didunia. Agak kelak tidak ada penyesalan lagi saat menghadap Allah SWT.
Wallahua'lam bi asshowab