Moderasi Islam Strategi Membendung Musuh Kapitalisme

Oleh: Amilatul Fauziyah
(Mahasiswa Pendidikan Matematika)

Sebelum moderasi Islam diaruskan, Barat telah lebih dulu mempelopori Global War on Terrorism (GWoT) sejak insiden 9/11 yang merobohkan menara kembar WTC di Pentagon, Amerika. Salah satu akibatnya adalah umat Islam di Amerika yang minoritas itu mengalami intimidasi luar biasa. Program GWoT kemudian dijajakan kepada negeri-negeri muslim sebagai agenda global. Tidak lain dan tidak bukan sasarannya adalah kaum muslimin. Barat melakukan generalisasi padahal tindakan itu sangat tidak tepat. Penuduhan terhadap kelompok Islam sebagai otak dari insiden 9/11 jelas-jelas merupakan sebuah propaganda. Hal tersebut juga disebutkan dalam Buku “Art of Deception” mereka menipu dunia, yang ditulis oleh Jerry D. Gray.
Faktanya adalah Amerika memanfaatkan PBB untuk melegitimasi aksi teror Israel terhadap Palestina. Anehnya, masyarakat dunia tiba-tiba amnesia siapa teroris sesungguhnya. Tidak hanya mendalangi kekejian Israel, Amerika juga mengucurkan dana besar untuk membiayai peperangan di Afghanistan, Suriah, dan Irak. Bahkan untuk saat ini, lembaga kesehatan internasional di bawah naungan AS, yaitu WHO, mendapat “kutukan” dari berbagai negara akibat ketidakprofesionalannya menangani pandemi Covid-19. Korban tewas telah mencapai hampir 20 juta di seluruh dunia. Bukannya fokus menghentikan penyebaran virus dan menekan angka kematian, negara adidaya itu malah dibuat pusing oleh ancaman resesi ekonomi.
WHO sendiri menyatakan masalah stunting akan menjadi risiko buruk berikutnya. Tingkat stunting di Indonesia sangat tinggi, 3 dari 10 anak di Indonesia menderita gizi buruk atau stunting. Belum lagi pengangguran dan kelaparan, kriminalitas, krisis sosial, membayang-bayangi masa depan semua negara. Namun, ada yang lebih menakutkan bagi mereka sehingga rela menyisihkan 4% dari dana APBN demi program Moderasi Islam. Rand Corporation milik AS menyebutnya dalam proposal berjudul “Building Moderate Muslim Networks”. Sungguh tidak relevan antara fakta masalah dan tindakan penyelesaiannya. Bagai maling teriak maling. Amerika Serikat beserta sistem kapitalismenya, layak disebut sebagai pelaku utama yang menyeret negara-negara lain di dunia, termasuk Indonesia, ke dalam semua masalah ekonomi, politik, kesehatan, dan sosial.
Peradaban kapitalisme semakin renta dan tidak akan bertahan lebih lama lagi. Strategi kapitalisme dalam mempertahankan eksistensi agar tetap terlihat dominan terlalu dipaksakan. Kerapuhan peradaban ini secara alamiah akan membuat umat Islam sadar. Manusia akan melihat kemunafikan sistem sekuler yang hanya bisa membual tentang kesetaraan dan keadilan. Kemudian, kesadaran tersebut sangat mungkin mengantarkan umat Islam kepada keinginan untuk mewujudkan alternatif solusi sistemik.

Melalui program moderasi Islam di berbagai negeri-negeri muslim, adidaya kapitalisme berusaha membendung musuh-musuhnya, yang membahayakan eksistensi kapitalisme. Sungguh mereka sedang diserang dari segala penjuru akibat perbuatannya sendiri. Kegagalan ekonomi tidak lain adalah ulah kapitalisme sendiri. Kapitalisme dipaksakan mengemban tugas pengurusan manusia dan bumi, maka inilah yang terjadi. Ekonominya rapuh sejak awal karena menjadikan sekulerisme yang cacat sebagai landasan. Sistem mana yang lebih baik daripada sistem yang berasal dari wahyu, Pencipta semesta alam? Demikianlah mengapa problematika global yang dilahirkan oleh kapitalisme mampu mendorong kesadaran masyarakat dan merindukan peradaban Islam yang gemilang.

Moderasi Islam telah digencarkan di berbagai media, bahkan terang-terangan disebutkan dalam penyusunan ulang atau revisi kurikulum PAI. Meski Menag, Fachrul Razi, mengatakan materi khilafah dan jihad tidak dihapus seluruhnya, akan tetapi revisi tetap revisi. Hal ini tidak lepas dari agenda Barat dalam memoderasi Islam. Padahal Khilafah dan jihad merupakan ajaran Islam yang agung, keadilan yang diwujudkannya selama 13 abad dibuktikan dengan sejarah. Siapa yang tidak menginginkan kehidupan yang lebih baik? Pastilah setiap orang mendambakannya. Akan tetapi, Khilafah dan jihad dianggap berbahaya bagi kapitalisme karena dapat menggeser kedudukan dan melenyapkan ketamakan mereka.
Previous Post Next Post