Oleh: Ummu Razzan
(Ibu Rumah Tangga)
Tidak dapat dipungkiri, pandemi virus Covid-19 membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Tak hanya orang dewasa, kondisi psikologis anak pun rentan terganggu oleh situasi yang serba tak menentu seperti sekarang ini. Anak-anak diharuskan belajar dari rumah, tidak dapat bertemu dan bermain dengan teman-teman, serta berbagai hal yang lain harus dilakukan demi menekan laju penyebaran infeksi Covid-19.
Pembelajaran daring yang tidak efektif menjadi salah satu penyebab munculnya stress pada anak. Survei KPAI yang diikuti oleh 1.700 pelajar TK-SMA menunjukan bahwa ada 77,8% siswa kesulitan karena ada tugas yang menumpuk antar guru dan sisanya 37,1% siswa mengeluhkan bahwa waktu pengumpulan tugas yang relatif pendek sehingga para pelajar tersebut menjadi kelelahan dan kurang istirahat. Sehingga dari data inilah dapat menjadi kesimpulan awal mengenai ketidakefektivan proses belajar-mengajar melalui daring di masa pandemi ini. (jurnalpresisi.pikiran-rakyat.com, 1/5/2020)
Dikutip dari The Union Journal, ada beberapa tanda anak tertekan dan terganggu mentalnya saat pandemi COVID-19. Diantaranya: anak-anak akan mengalami kemunduran dalam bersikap dan berperilaku. Beberapa anak bisa mengabaikan anggota keluarga di rumah atau memilih menarik diri dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan gadget. Beberapa di antara mereka juga mengalami masalah dengan perhatian, konsentrasi dan pembelajaran baru, yang akan berdampak pada pendidikan mereka.
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bandung menyoroti juga kondisi psikologi anak di masa pandemi Covid-19 ini. Mereka menyarankan agar peran guru Bimbingan Konseling (BK), teman sebaya ataupun layanan konseling bisa dimanfaaatkan ketika keluarga tidak mampu mengasuh anak secara ideal. Ketua P2TP2A Kabupaten Bandung, Kurnia Agustina Naser atau Teh Nia mengatakan bahwa jika orang tua di lingkungan keluarga tidak mampu menempatkan diri sebagai kawan bagi anak-anak, maka peran guru BK bisa menjadi konselor bagi para murid yang mengalami masalah psikologis. (www.balebandung.com, 9/8/2020)
Fakta sosiologis di atas cukup membuat kita berfikir kembali, mengapa keluarga terutama seorang Ibu tidak mampu mengasuh anak secara ideal sampai-sampai wacana program konselor BK harus ada untuk mengatasi permasalahan psikologis ini?
Situasi saat ini memang kompleks. Di satu sisi anak- anak harus menghindari keluar rumah agar terhindar dari penularan pandemik. Namun di sisi lain, kondisi ini memberatkan kaum ibu yang selama ini banyak berkecimpung di ruang publik entah hanya ingin berkiprah demi karir atau juga demi membantu menambah keuangan keluarga, hingga terlihat adanya ketidaksiapan kaum ibu untuk menyiapkan bahan pembelajaran bagi anak di rumah. Fungsi ibu yang tidak berjalan ternyata juga terjadi di beberapa kalangan ibu-ibu rumah tangga yang notabene ada di rumah fulltime namun sayangnya tidak memiliki gambaran tentang fungsi keibuan yang mereka sandang. Tidak ada target dalam mendidik anak.
Sejatinya dalam tatanan kehidupan sistem Islam, dari keluargalah kehidupan anak itu bermula. Di sinilah anak mendapatkan pendidikan pertama dan utama baik itu penanaman akidah, pembiasaan terikat aturan Islam dengan orang tua, khususnya Ibu sebagai guru pertamanya. Bukan guru BK ataupun teman sebaya.
Maka, sudah sepatutnya para ibu menoleh kembali sejarah ibu hebat di masa lalu dalam memupuk generasi emas peradaban, seperti ibundanya Imam syafi'i, Imam Malik, Imam al-Bukhori, dan lain-lain. Mengikuti langkah mereka dalam mencetak generasi khairu ummah, generasi terbaik yang dilahirkan bagi manusia. Kita coba evaluasi dan perbaiki diri agar sanggup menjadi seorang ibu tangguh yang mampu melahirkan anak–anak berkualitas.
Atas hal ini, untuk mereposisi peran utama Ibu sebagai pencetak generasi unggul tidak mungkin kita bisa berharap pada sistem kapitalis-sekuler yang masih diberlakukan global hingga saat ini. Maka adalah sesuatu hal mendesak dan juga sudah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk mengupayakan sistem aturan kehidupan seperti yang diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu Islam kaffah di bawah naungan institusi Daulah Khilafah Islamiyah. Islam kaffah inilah yang harus segera dipahami dan diterapkan agar rahmat semesta alam yang dijanjikan segera kita dapatkan. InsyaAllah.