Oleh : Alfiah, S.Si
Viral pemblokiran film dokumenter Jejak Khilafah Di Nusantara semakin menegaskan bahwa rezim hari ini khawatir masyarakat akan tersadar dan bangun dari kedunguan terhadap sejarah selama ini. Hal ini wajar, karena sejak 13 tahun silam, yakni tahun 2007, pelajaran Sejarah sudah dihapus dari kurikulum pendidikan nasional. Diintegrasikan dalam mata pelajaran IPS.
Slogan Jas Merah (jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah) yang pernah didengungkan oleh Bapak Proklamator Ir. Soekarno tampaknya hanya menjadi angin lalu belaka. Apa jadinya jika generasi tidak memahami sejarah? Manusia tanpa mengenal sejarah bagai wajah tanpa nama. Suatu bangsa tanpa memahami sejarah bangsanya bagai orang buta yang kehilangan tongkatnya.
Pemerhati Sejarah sekaligus Doktor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, DR. Kasori Mujahid menggedor kewarasan kita terhadap sejarah. Beliau dalam desertasinya mengungkapkan adanya relasi Demak dengan Turki Utsmani. Ada surat yang merekam ucapan selamat Pakubuwono X saat Sultan Abdul Hamid II selamat dari upaya pembunuhan dan kudeta. Surat tersebut ada pada arsip Turki Utsmani (republika.co.id, 21/08/2020).
Tak banyak yang tahu bahwa sebenarnya Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dengan berimannya orang perorang. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara, dan Bani Umayyah di Asia Barat (Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 2005).
Sejarah juga mencatat bahwa para tokoh sekaligus ulama negeri ini berusaha mengembalikan lagi Khilafah yang telah dihancurkan Mustafa Kemal Pasha di Turki. Para ulama Indonesia pada tahun 1922 mengadakan kongres Islam di Cirebon dan pada tahun 1924 di Garut. Berikutnya, tahun 1926 diadakan Konferensi Dunia Islam Cabang Hindia Timur di Bogor, sebagai respon atas undangan Kongres Islam Sedunia yang diselenggarakan oleh Ibnu Saud. Upaya mengembalikan Khilafah terus berlanjut melalui Muktamar Khilafah di Kairo(1926) dan Kongres Khilafah di Makkah (1928) (Ensiklopedi Islam, 2001).
Demikianlah hari ini kita berusaha dilupakan terhadap sejarah. Sejarah dianggap mitos yang tidak memberi manfaat untuk masa depan bangsa. Para anti sejarah lupa bahwa bahaya tidak mengenal sejarah ibarat anak yang tidak mengenal ibu dan bapaknya. Sehingga anak tersebut menilai bahwa ibu dan bapaknya adalah musuh yang harus dijauhi. Bahkan kalau bisa dibunuh. Anak tersebut tidak tahu bahwa ibunya yang telah melahirkannya dan membesarkan dengan air susunya. Anak tersebut tidak tahu bahwa bapaknyalah yang telah berkorban memeras keringat dan membanting tulang demi masa depan anaknya.
Kondisi saat ini sebenarnya sudah dikabarkan oleh Rasulullah SAW beberapa abad yang lalu. Beliau bersabda :
"_Sungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah para pemimpin yang sesat/menyesatkan_" (HR Ahmad dan ad-Darimi).
Wallahu a'lam bi ash-shawab.