Menapaki Jejak Peradaban Islam Nusantara

Oleh: Reski Pratika
(Aktivis Intelektual Muslimah)

Dalam rangka menyambut 1 Muharram 1442 H tim Khilafah Channel menayangkan premier film Jejak Khilafah di Nusantara. Film dokumenter karya anak negri yang menggambarkan jejak-jejak kekhalifaan di Nusantara serta peran juru dakwah utusan Khalifah untuk mendakwakan Islam ke Nusantara. Film JKDN adalah sebuah karya fenomenal yang menyibak tabir sejarah yang terpendam.

Sebagaimana pernyataan sang penulis Nico Pandawa "penelitian sejarah itu bukanlah sesuatu yang bisa diharga-matikan. Masih banyak objek-objek sejarah yang belum tersentuh, dan tentu dapat merivisi apa yang sudah diyakini selama ini". Film JKDN merupakan film garapan para sejarawan muda dan tentu didukung oleh tim yang mempuni sehingga tayangan dokumenter tersebut sukses membuka fakta sejarah yang selama ini ditutupi dan dikaburkan secara sistematik.

Penyajian fakta sejarah melalui data-data yang akurat dan didukung dengan peninggalan-peninggalan sejarah diberbagai wilayah di negeri ini menggambarkan fakta adanya jejak sejarah yang begitu jelas dan detail. Sehingga penonton awam pun mampu menilai kebenaran sejarah yang terpendam melalui tayangan film JKDN tersebut. 

Melalui film JKDN dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang sangat erat antara kekhalifaan islam dengan kesultanan-kesultanan yang ada di Nusantara. Hubungan tersebut tidak hanya berupa relasi kerjasama ekonomi, politik dan militer. Lebih dari itu hubungan kekhalifaan islam dengan nusantara telah dimulai sejak Khulafaur Rasyidin, Bani Ummayah, Bani Abbasiyyah, hingga Turki Utsmaniyyah. Bahkan menyebarnya Islam di Nusantara difasilitasi oleh kekhalifaan islam yang pada masa itu merupakan negara super power dan adi daya.

Adalah suatu kewajaran apabila negara super power pada masanya menjalin relasi dan kerjasama dengan wilayah-wilayah lainnya, sebagaimana Amerika pada masa kini. Tidak terkecuali nusantara yang mempunyai jejak yang sangat nyata akan peran kekhalifaan islam dalam penyebaran islam. Jika saja para Khalifah pada masa itu tidak mengirimkan utusan dan para juru dakwahnya ke Nusantara, maka sangat mungkin Hindu dan Kristen yang dibawa dan ditanam kolonial selama dua abad menjadi agama mayoritas di negeri ini.

Bukti autentik jejak kekhalifaan di Nusantara sangat jelas, yaitu dengan adanya makam di Aceh dari keturunan Khalifah Bani Abbasyiyah bernama Abdullah bin Muhammad bin Abdul Qodir bin Abdul Aziz bin Al-Mansur Abi Ja'far Al-Abbasi yang bergelar Sodrul Akabir (Pengawal Para Pembesar) yang derajadnya setingkat perdana mentri waktu itu.

Aceh yang pada masa itu berada dibawah kuasa Kerajaan Samudra Pasai dan dipimpin oleh Sultan Zainal Abidin berbaiat langsung pada Bani Abbasiyyah yakni Khalifah Al-Mutawakkil 'alallah. Kemudian disusul sultan-sultan yang lain ikut berbaiat. Hingga beliau mengemban tugas untuk mendakwakan islam keseluruh Asia Tenggara. Karena beliau (Sultan Zainal Abidin) berhasil mengislamamkan Asia Tenggara, Khalifah memberinya gelar Ra'u Baddar (Penguasa Gelombang di Nusantara).

Kepemimpinan Sultan Zainal Abidin dalam mendawakan islam terus meluas hingga ke pulau Malaka. Beliau pun menempatkan putranya yakni Sultan Mansur sebagai penguasa darul Malaka atau negara Malaka. Tidak hanya samapi disitu, Sultan Zainal Abidin juga mengirimkan juru-juru dakwahnya ke seluruh penjuru nusantara untuk meminta kesultanan-kesultanan yang lain agar menerima islam.

Syaikh Maulana Malik Ibrahim merupakan pembesar di Kesultanan Samudra Pasai yang terlihat dari gelarnya yaitu Umdatus Salatin wal Wuzara (Pondasi Para Sultan dan Wasir) diamanahi menjadi juru dakwah ke Pulau Jawa tepatnya ke daerah Gresik yang merupakan basis dari Kerajaan Majapahit yang pada masa itu merupakan pusat kekuatan rezim yang berkuasa. Jejak tersebut sangat nyata dengan adanya makam beliau di Gresik Jawa Timur. 

Selain itu Syekh Maulana Malik Ibrahim juga mendapat gelar dari Khalifah yaitu Burhan Ad-Daulah wa Ad-Din (Penerang Negara dan Agama). Sebuah gelar yang diberikan kepada pejabat-pejabat penting dalam kekhalifaan. Suatu gelar yang begitu politis dan agamis yang menunjukkan bahwa negara memang tidak boleh dipisahkan dari negara.

Kemudian bersama kakek, paman, keponakan juga cucu-cicitnya dan para murid pilihannya, Syekh Maulana Malik Ibrahim mendawakan islam ke seluruh penjuru pulau Jawa yang kini dikenal sebagai Wali Songo. Wali Songo berdakwah dan menyebarkan islam di Jawa dengan sokongan penuh dari kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kesultanan yang berbaiat pada daulah Abbasiyyah. Hingga islam pesat di Jawa dan menyebar ke kota-kota lainnya seperti Maluku, Ternate, Makassar dan sebagainya.

Itulah beberapa bukti autentik jejak Kekhalifaan di Nusantara yang disarikan dari film Jejak Khilafah di Nusantara. Sebuah karya yang bisa menjadi bahan rujukan dan diskusi untuk mengungkap tabir sejarah.
Previous Post Next Post