Kyai Mas: Cekong Emas di Ujung Timur Jawa

By : Kurnia Wardani
Komunitas Ibu Peduli Generasi

Gelora pemutaran perdana film Jejak Khilafah di Nusantara terasa hingga jauh ke pelosok negeri. Salah satunya di Bondowoso, sebuah kota kecil di ujung timur Pulau Jawa. Saya sempat bertanya-tanya, adakah jejak-jejak kejayaan peradaban Islam di sini? Di kota kecil ini?

Masya Allah, ternyata jejak-jejak itu ada. Sungguh betapa takjubnya mendapati kenyataan ini. Sebuah fakta yang seharusnya sudah menjadi pengetahuan  umum, tetapi baru saya ketahui hari ini. Miris? Tentu saja. Sepanjang saya bersekolah, tidak pernah dikisahkan tentang para dai yang telah berjasa menyebarkan Islam di kabupaten ini. Bahkan saat ini pun, para siswa tidak mendapatkan informasi ini. Padahal dari sejarah kita belajar tentang bagaimana sebuah peradaban ditegakkan, bertahan, hingga menemui keruntuhannya. 

Baiklah, saya mulai hasil penelusurannya. 
Salah satu penyebar Islam di timur Bondowoso, yaitu Prajekan dan sekitarnya, berjuluk Kyai Mas. Makam Kyai Mas atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Cekong Emas (pergeseran dari kata Engkong) terdapat di kecamatan Prajekan. Makam Cekong Emas dipengaruhi budaya China, Islam, dan Jawa. Hal ini dapat disaksikan pada ornamen di batu nisannya. Pesantren tua peninggalan Kyai Mas pun tak luput dari perpaduan tiga budaya ini.  Jejak-jejak ini  tentu meninggalkan tanya? Bagaimana bisa begitu? 

Ternyata di tubuh Kyai Mas mengalir darah Tionghoa, tepatnya dari marga Han. Dari catatan sejarah didapatkan bahwa Han Siong Kong  (abad 17) yang berasal dari, Lubianshe, Tianbao (sekarang termasuk Provinsi Fujian) adalah perantau pertama dari dari keluarga Han. Kisah keluarga Han ini menjadi menarik ketika beberapa anak cucunya memilih menjadi mualaf. Salah satu putranya yang bernama Han Tjien Kong atau Soero Pranollo lebih dulu masuk Islam. Tidak lama berselang, cucunya yang bernama Han Swie Kong juga masuk Islam. Han Swie Kong merupakan putra dari Han Bwee Kong, seorang Kapitan China di Surabaya dan sekutu Perusahaan Hindia Timur Belanda.

Han Swie Kong yang Muslim ini lalu menikah dengan gadis Jawa dan menetap di Prajekan, Bondowoso. Dari pernikahannya, lahirlah Wirjoadikoesoemo. Nah, Kyai Mas yang lengkapnya bernama Kyai Mas Atmari ini merupakan putra dari Wirjoadikoesoemo. Setelah dewasa, Kyai Mas giat mendakwahkan Islam. Tidak sebatas itu saja, Kyai Mas pun mendirikan pesantren salafiyah bersama adiknya (beda ibu) yang bernama Kyai Suhud. Santri yang mondok di pesantren ini kebanyakan Muslim keturunan etnis Tionghoa. Seluruh hidup Kyai Mas diabdikan untuk dakwah Islam hingga maut menjemputnya pada 31 Januari 1892. Tidak ada riwayat yang menyebutkannya pernah berkeluarga. Hingga kini, Pesantren Kyai Mas yang didirikannya dilanjutkan oleh anak cucu Kyai Suhud, adiknya.

Demikianlah. Islam datang bagi seluruh umat manusia untuk menegaskan antara haq dan batil. Jika kakeknya kakek Kyai Mas bersekutu dengan Belanda dan tetap dalam kekafirannya, maka tidak demikian dengan Kyai Mas. Islam telah menjadikan hidupnya mulia. Beliau mengambil peran dalam penyebaran Islam di timur Pulau Jawa. 

Kisah muallafnya keturunan Han bukanlah yang pertama. Islam bagi mereka bukanlah sesuatu yang asing walaupun mereka berasal dari daratan Tiongkok. Sejak zaman Rasulullah saw. Islam sudah masuk ke Cina. Hal itu terungkap dari jejak kedatangan penyebar Islam ke Negeri Panda itu pada kurun 618-626 Masehi. Masa hidup Nabi Muhammad SAW pada kurun 571-634 Masehi.

Rasulullah saw. mengirimkan empat orang utusan untuk berdakwah ke Cina. Satu  utusan untuk berdakwah di Guangzhou, di Yangzhou, dan dua orang lagi di Quanzhou, Fujian. Keempat utusan Nabi Muhammad SAW ini, jejaknya dapat ditelusuri di Quanzhou Islamic Culture Exhibit yang berada dalam kompleks Quanzhou Maritime Museum di Quanzhou, Provinsi Fujian, Cina.

Selain letak Fujian di pesisir timur China, kita tidak tahu alasan Rasulullah saw. menempatkan dua utusannya berdakwah di Fujian jika tidak membaca sejarah hari ini dan coba merangkainya satu demi satu kepingan yang ada. Kini kita dapati bahwa masyarakat Fujian mudah tersentuh oleh kebenaran ajaran Islam. Hingga kini, Muslim Fujian memainkan peranan penting dalam sejarah Fujian.

Pasca Rasulullah mengirimkan utusannya, Khalifah Utsman bin Affan mengutus sahabat Saad bin Abi Waqqash bersama 15 orang lainnya ke China. Demikianlah silih berganti para khalifah setelahnya mengirimkan utusan dan kabilah dagang ke daratan China untuk menyebarkan Islam hingga ke nusantara. Dukungan penuh khilafah menjadikan Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. 

Kini setelah khilafah tidak ada, menjadi kewajiban kita untuk bersama memperjuangkannya agar Islam kembali menemui kejayaannya. 
Previous Post Next Post