KLAIM OBAT CORONA DAN LEMAHNYA KEPERCAYAAN PUBLIK

Oleh : Ummu Amira Aulia, Sp

Nama Hadi Pranoto menjadi perbincangan setelah ia diwawancarai musisi Erdian Aji Prihartanto atau Anji.

Dalam video itu, Hadi Pranoto memperkenalkan diri sebagai profesor sekaligus Kepala Tim Riset Formula Antibodi Covid-19.

Ia menyebutkan bahwa cairan antibodi Covid-19 yang ditemukannya bisa menyembuhkan ribuan pasien Covid-19.

Selain itu, cairan antibodi Covid-19 tersebut telah diberikan kepada ribuan pasien di Wisma Atlet, dengan lama penyembuhan 2-3 hari.Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK (K) mengatakan dirinya tidak mengenal Hadi Pranoto sebagai ahli di bidang apapun.
(kompas.com).

Menurut wakil ketua umum PB IDI, dr. Slamet Budiarto, saat dihubungi m.detik.com, minggu (2/8/2020), klaim penemuan obat tersebut bisa dikatakan pembohongan dan penipuan masyarakat. Sangat berbahaya sekali. Apalagi bila sudah tersebar.

Dalam situasi seperti ini, masyarakat masih khawatir dengan keberadaan virus ini. Namun, disisi lain, pemerintah belum memberikan solusi yang pas untuk penanganannya.

*Kinerja Pemerintah dan Orientasi Materialisme*

Lambannya penanganan pemerintah terhadap wabah covid 19 makin makin terlihat dari terus berkembangnya pandangan meremehkan bahaya virus dan beragamnya  klaim penemuan obat corona.

Pada akhir Juli 2020, pemerintah membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Dengan terbentuknya komite ini, maka Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 resmi dibubarkan. Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit" menjadi moto langkah strategis dari komite tersebut (kompas.com).

Setelah tiga pekan komite terbentuk, terkait pelaksanaan di bidang kesehatan, Ahli Patologi Klinis sekaligus Direktur RS UNS Tonang Dwi Ariyanto menyebut bahwa belum ada catatan atau kemajuan yang signifikan.

*Prioritas Kurang dan Nafsu untuk Memulihkan Ekonomi*

Dalam pandangan ideologi kapitalis. Pencapaian target ekonomi lebih urgent dibandingkan prioritas nyawa manusia.

Masih kita ingat, catatan kematian tenaga medis di Indonesia, sampai bulan Juni 2020 adalah tertinggi di dunia. Kematian tinggi ini juga tidak lepas dari minimnya APD yang disediakan pemerintah. Pada saat bersamaan anggaran belanja negara diprioritaskan untuk memberikan suntikan pada BUMN.

Dengan kinerja pemerintah yang lamban. Ditambah dengan prioritas keuangan yang tidak cerdas. Setidaknya, membuat masyarakat menjadi kurang tingkat kepercayaannya terhadap pemerintah.

Sebagian masyarakat ada yang sudah jenuh dengan berdiam di rumah terus. Sementara yang lainnya sudah mulai beraktifitas normal, bahkan mengabaikan protokol kesehatan standar. 

Islam ada solusi bagi seluruh umat manusia. Pemecahan terhadap wabah sudah jelas langkah-langkahnya dalam Islam. Kalau ada istilah yang tepat, sudah saatnya kapitalisme di "shutdown" untuk selamanya.

Meminjam Istilah Agita Sukma, sudah waktunya meng-Instal Islam untuk New Normal. 
Satu-satunya sistem yang diciptakan Allah Azza wa Jalla khusus untuk manusia di dunia. Di bidang kesehatan, Islam memiliki paradigma yang berbeda. Bukan seberapa besar dana yang dibutuhkan sebagaimana dalam kapitalisme. Tapi Islam menempatkan kesehatan sebagai kebutuhan asasi masyarakat (community primary needs), di samping pendidikan dan keamanan (Menggagas Kesehatan Islam, hal 250). Negara berperan langsung memenuhi kebutuhan tersebut agar bisa diakses oleh seluruh warga negara. (Agita Sukma).

Siapkan amunisi umat untuk menginstal Islam di era new normal ini. Umat Islam tidak perlu ragu. Non Muslim pun aman sejahtera dibawah naungan Islam. Wallahu a'lam bisshowab. 
(Tulungagung, 12 Agustus 2020)
Previous Post Next Post