Oleh: Tawati
(Aktivis Muslimah Majalengka)
Khilafah adalah sebuah institusi pemerintahan Islam yang berjalan sejak zaman para sahabat hingga tahun 1924. Keberadaannya adalah sebagai sebuah simbol keagungan peradaban Islam selama 1.300 tahun. Setelah satu abad pasca keruntuhannya, kini khilafah kembali mencuat sebagai isu hangat yang diperbincangkan di belahan Timur dunia dan Barat termasuk di Indonesia.
Film Jejak Khilafah di Nusantara yang ditayangkan langsung secara daring bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Muharram 1442 H atau pada hari kamis (20/8/2020), mengungkapkan bahwa ada jalinan antara Nusantara dengan Khilafah Islamiyyah yang merupakan negara adidaya saat itu. Dibuktikan dari jalinan Kerajaan Sriwijaya dengan Kekhilafahan Umayyah di Damaskus melalui surat-menyurat Maharaja Indrawarman kepada Umar bin Abdul Aziz.
Lalu ada makam tiga orang keturunan Bani Abasiyyah di Aceh, yakni Abdullah bin Muhammad bin Abdul Qadir beserta istri dan anaknya. Tergambar pula bagaimana kerajaan Islam di Aceh, yakni Samudera Pasai berbai'at kepada Khalifah Bani Abasiyyah dan mengemban dakwah di Nusantara/Asia Tenggara.
Kerajaan Majapahit pun tak lepas dari pengaruh dakwah Islam Samudera Pasai. Maulana Malik Ibrahim atau yang kita kenal dengan Sunan Gresik dikirim oleh Kerajaan Samudera Pasai untuk mendakwahkan Islam di Majapahit. Sunan Gresik dan para wali lainnya mendapatkan sokongan dari Samudera Pasai untuk mendakwahkan Islam di Nusantara. Dakwah para wali menyebar ke daerah-daerah seperti Palembang, Cirebon, Jipang bahkan Mataram.
Nusantara sedang bergejolak karena Portugis ketika kekhilafahan diserahkan kepada Sultan Selim. Portugis ketakutan karena semangat Islam tersebar dari Timur Tengah hingga Nusantara. Bahkan berkaca pada kelakuan Portugis di Nusantara, Sultan Sulaiman Al Qanuni menegaskan peperangan terbuka terhadap Portugis di Lisabon.
Harapan kemenangan Islam masih ada dengan keberadaan Kesultanan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah yang prestasinya tercatat dalam kitab yang ditulis oleh Syaikh Ahmad Zainuddin asy Syafi'i murid dari Ibnu Hajar Al Haithami. Di makam Sultan Ali Mughayat Syah tertulis Al Ghazi Fil Bari wal Bahri yang mana gelar Al Ghazi erat kaitannya dengan Khilafah Utsmaniyyah. Di Kampung Pandai ditemukan makam prajurit Khilafah Utsmaniyyah dan juga keping dinar dan dirham Turki Utsmani.
Khilafah adalah warisan Rasulullah SAW. Saat Rasulullah SAW wafat, beliau bukan hanya meninggalkan ajaran Islam saja, tapi juga meninggalkan negara yang memiliki kedaulatan dan kekuasaan. Inilah warisan Rasulullah SAW yang kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, Kekhilafahan Umayyah, Abasiyyah hingga Utsmaniyyah dan berakhir pada tahun 1924.
Khilafah telah menyebarkan Islam ke seluruh penjuru bumi termasuk Indonesia. Jadi, tak perlu ada yang ditakutkan dengan khilafah karena bukti menunjukkan kekuasaan Islam tersebut menyebarkan kebaikan dan hidayah ke Nusantara. Sebagaiamana diungkapkan Cendekiawan Muslim KH. Rokhmat S. Labib, “Tidak perlu ada yang ditakutkan dalam kekuasaan Islam yaitu Khilafah karena bukti yang menunjukkan itu adalah kebaikan, serta menyebarkan Islam ke Nusantara adalah hidayah."
Sejarah menunjukkan Rasulullah SAW menerapkan Islam saat itu di Timur Tengah tidak adanya pemaksaan untuk memeluk agama lain atau membumihanguskan yang ada adalah menebarkan hidayah dan sampai menyebarkan Islam ke Nusantara adalah hidayah pula. Tidak seperti yang disaksikan bagaimana negara-negara kafir penjajah Barat, mereka datang ke negeri ini untuk merampok mengambil kekayaan negara ini untuk dibawa ke negara mereka.
Dan itu tidak pernah terjadi pada masa Khalifah Abasiyah, Umayah dan juga Utsmani ketika menyebarkan Islam ke Nusantara. Tidak pernah adanya kekayaan negara ini diambil dirampok, yang terjadi sebaliknya negeri ini yang sebelumnya diliputi oleh kegelapan tidak mengerti tentang hidayah mereka sebarkan hidayah, bahkan jika ada negara-negara kafir penjajah datang ke negeri ini, Khilafah Utsmani datang untuk membela negeri ini dari penjajahan.
Oleh karena itu semestinya tidak ada yang perlu ditakutkan dengan Khilafah ini karena Khilafah itu sejatinya adalah menerapkan Islam secara Kaffah. Dan syariat Islam itu dari Allah SWT maka bagaimana mungkin ajaran dari Allah menzalimi manusia?
Sejarah ini akan berulang kembali karena Rasulullah SAW sudah mengabarkan akan tegaknya kembali Khilafah yang mengikuti metode kenabian. Inilah berita yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada kita. Tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan sejarah dan tidak bisa menggagalkan sejarahnya yang ada hanya akan berakhir sia-sia dan penyesalan. Karena itu akan seperti mencegah terbitnya matahari.
"Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).
Karena itu, janganlah kita sampai menjadi orang-orang yang memusuhi agama Allah SWT jadilah kita semua menjadi pembela-pembela agama Allah SWT dan Insyaallah kita akan ditolong oleh Allah SWT dan di akhirat kelak kita akan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Wallahu a'lam bishshawab.