Kejutan Gempa di Hari Raya Idul Adha

Oleh: Tawati 
(Muslimah Pelita Revowriter Majalengka)

Dari semerbak aroma bakaran sate kambing dan senyum serta gelak tawa masyarakat Indramayu yang masih memperingati Hari Raya Idul Adha persisnya malam minggu, Sabtu, 1 Agustus 2020 pukul 23:23 WIB, Masyarakat Indramayu di kejutkan dengan gempa bumi tektonik.

Bapak Subagja (41 th) juga warga yang lain bersamaan keluar rumah sehingga berhamburan karena kepanikan dengan adanya getaran gempa bumi tersebut membuat rumah–rumah warga bergoyang.

Gempa Bumi yang terjadi malam hari di wilayah Kabupaten Indramayu tersebut menurut informasi BMKG berkekuatan Magnitudo (M) 4,5, yang terpusat di wilayah kabupaten Indramayu provinsi Jawa Barat dengan kedalaman 12 km, Episenter terletak pada koordinat 6.43 LS dan 108.24 BT, atau tepatnya berlokasi di Darat pada jarak 14 km Barat Daya” kata Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Selatan, Hendro Nugroho dalam rilis pada Sabtu (1/8/2020) malam. (Dikutip: Min Co Id, 2/8/2020)

Komentar:

Berbagai musibah yang sering terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, seperti gempa bumi dan banjir misalnya, benar-benar telah melahirkan berbagai hal yang dibenci, seperti robohnya rumah, kematian anggota keluarga, rusaknya perabotan, dan sebagainya.

Bagaimana tuntunan Islam dalam menyikapi musibah seperti ini? Bagi shahibul musibah (muslim yang terkena musibah) Islam memberikan pedoman sikap antara lain sebagai berikut :

1. IMAN DAN RIDHO TERHADAP KETENTUAN (QADAR) ALLAH

Kita wajib beriman bahwa musibah apa pun seperti gempa bumi, banjir, wabah penyakit, sudah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. Kita pun wajib menerima ketentuan Allah ini dengan lapang dada (ridho). Allah SWT berfirman :

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (TQS al-Hadid [57] : 22)

Kita pun wajib menerima taqdir Allah ini dengan rela, sesuai sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya besarnya pahala itu seiring dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah jika mencintai satu kaum, maka Allah memberi cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridha (terhadap cobaan itu), maka dia mendapat ridha Allah. Barangsiapa yang murka, maka dia mendapat murka Allah.” (HR Tirmidzi, no. 2396, hadis hasan).

2. SABAR MENGHADAPI MUSIBAH

Sabar, menurut Imam Suyuthi dalam Tafsir al-Jalalain, adalah menahan diri terhadap apa-apa yang Anda benci (al-habsu li an-nafsi ‘alaa maa takrahu). Sikap inilah yang wajib kita miliki saat kita menghadapi musibah. Selain itu, disunnahkan ketika terjadi musibah, kita mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun ). Allah SWT berfirman :

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (TQS al-Baqarah [2] : 155-156)

3. MENGETAHUI HIKMAH DI BALIK MUSIBAH

Seorang muslim yang mengetahui hikmah (rahasia) di balik musibah, akan memiliki ketangguhan mental yang sempurna. Ini tentu berbeda dengan orang yang hanya memahami musibah secara dangkal hanya melihat lahiriahnya saja. Mentalnya akan sangat lemah dan ringkih, mudah tergoncang oleh sedikit saja cobaan duniawi. Apalagi kalau musibahnya besar.

Hikmah musibah antara lain diampuninya dosa-dosa. Sabda Rasulullah SAW : “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

4. TETAP BERIKHTIAR

Yang dimaksud ikhtiar, ialah tetap melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri dari bahaya-bahaya yang muncul akibat musibah. Jadi kita tidak diam saja, atau pasrah berpangku tangan menunggu bantuan datang.

Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (TQS ar-Ra’du [13] : 11)

Ketika terjadi wabah penyakit di Syam, Umar bin Khaththab segera berupaya keluar dari negeri tersebut. Ketika ditanya,”Apakah kamu hendak lari dari taqdir Allah?” maka Umar menjawab,”Ya, aku lari dari taqdir Allah untuk menuju taqdir Allah yang lain.” (Muttafaq ‘alaihi).

5. MEMPERBANYAK BERDOA DAN BERDZIKIR

Disunnahkan memperbanyak doa dan dzikir bagi orang yang tertimpa musibah. Orang yang mau berdoa dan berdzikir lebih mulia di sisi Allah daripada orang yang tidak mau atau malas berdoa dan berdizikir.

Rasululah SAW mengajarkan doa bagi orang yang tertimpa musibah : “Allahumma ajurnii fii mushiibatii wa-akhlif lii khairan minhaa.” (Ya Allah, berilah pahala dalam musibahku ini, dan berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya) (HR Muslim)

Dzikir akan dapat menenteramkan hati orang yang sedang gelisah atau stress. Dzikir ibarat air es yang sejuk yang dapat mendinginkan tenggorokan pada saat cuaca panas terik di padang pasir. 

“Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya, akan membebaskannya dari kesedihan, dan akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (HR. Abu Dawud).

6. BERTAUBAT

Tiada seorang hamba pun yang ditimpa musibah, melainkan itu akibat dari dosa yang diperbuatnya. “Setiap anak Adam memiliki kesalahan (dosa). Dan sebaik-baik orang yang bersalah, adalah orang yang bertaubat.” (HR at-Tirmidzi).

7. TETAP ISTIQOMAH PADA ISLAM

Dalam setiap musibah, selalu ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan musibah untuk tujuan jahat. Misalkan saja upaya kotor berupa Kristenisasi. Caranya adalah dengan memberikan bantuan logistik, medis, uang, rumah, dan sebagainya.

Tapi semuanya itu tidaklah diberikan dengan tulus, melainkan ada maksud keji di baliknya. Ujung-ujungnya, orang-orang kafir itu ingin sekali memurtadkan orang Islam yang diberi bantuan dan menjadi orang Kristen. Na`uzhu billah min dzalik.

Di sinilah seorang muslim dituntut untuk bersikap istiqamah, yaitu konsisten di atas satu jalan dengan mengamalkan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan (mulazamah al-thariq bi fi’li al-wajibat wa tarki al-manhiyyat). Allah SWT mewajibkan kita istiqamah:

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (TQS Huud [11] : 112)

Karena itu wajiblah bagi kita untuk terus istiqamah mempertahankan keislaman kita. Jangan mudah tergiur oleh bujuk rayu setan berbentuk manusia itu. Jangan mati kecuali tetap memegang teguh agama Islam. Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (TQS Ali ‘Imraan [3] : 102)

Dengan berpegang teguh dengan tuntunan-tuntunan Islam di atas, mudah-mudahan Allah SWT akan memberikan rahmat, hidayah, dan ‘inayah-Nya kepada kita semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin!
Previous Post Next Post