Jejak Khilafah yang Terkubur Kini Kembali Masyhur

Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba 
(Siswi kelas 7 DKDM Ponpes Al-Ihsan Baron, Nganjuk)

Assalamu’laikum sahabat semua, bagaimana kabarnya? Semoga sehat dan selalu dalam lindungan Allah Subhannahu Wata’ala. Oh iya, teman-teman sudah pernah belajar sejarah nusantara belum? Bagi yang sudah, tentu akan menemui banyak kebuntuan atau kejanggalan di dalam sejarah tersebut. Begitu juga dengan yang penulis rasakan, sejarah saat ini seperti cerita yang terpotong-potong, bahkan ada yang memutarbalikkan fakta tersebut dan disebarkan kepada semua orang. 

Agar apa? Ya, agar orang awam yang tidak tahu apa-apa pun ikut juga oleh apa yang digencarkan oleh Barat, agar mereka buta sejarah. Dan itu terjadi, ternyata sudah lama sekali. 
Trus, kalian sadar nggak sih, kenapa mereka bersikap demikian? Wajar donk. Sejarah akan digambarkan sesuai kepentingan rezim yang berkuasa. Jika sesuatu hal itu akan mengguncang kepentingan dan tahta pasti akan dikubur dan disingkirkannya. 

Pun, halnya dengan sejarah perjuangan Indonesia dalam mengusir penjajah. Siapa yang banyak berperan di sana? Namun kebenaran itu tidak akan diungkap selama sekuler-kapitalis yang masih mengangkangi di negeri kita tercinta ini.

Mereka akan mendeskreditkan Islam dan khilafah, menafikkan perjuangan para ulama’ dan santri dalam mengusir penjajah. Memfitnah bahwasanya Islam itu adalah kelompok radikal, kelompok garis keras, dan lain sebagainya. 

Padahal, andai mereka semua tahu, bahwa cikal bakal TNI adalah dari laskar Hizbullah, dan kesultanan yang ada di Indonesia adalah pengaruh dari Turki Utsmani niscaya mereka tidak bersikap demikian. 
Kenapa? Karena yang membantu Indonesia melawan penjajah adalah utusan dari para Kholifah Kesultanan Ustmaniyyah. 

Pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni, salah satu kerajaan yang berada di Aceh meminta tolong kepada kepada kesultanan ustmaniyyah agar mengusir para penjajah Portugis dari Indonesia. Dan, mereka langsung mengirimkan armada laut yang besar untuk mengusir penjajah. Dan akhirnya, Portugis pergi dari nusantara dengan dengan penuh rasa malu dan kekalahan yang sangat berarti. 

Namun, tenyata terjalinnya hubungan komunikasi antara nusantara dengan daulah islamiyyah bukan bermula pada masa kesultanan ustmaniyyah, namun itu sudah dimulai sejak masa daulah Abbasiyyah.

Dan alhamdulillah, tiga tahun belakangan ini, hampir semua orang di penjuru dunia membicarakan Khilafah, baik yang pro maupun yang kontra. Semoga saja ini adalah tanda-tanda kebangkitan Islam untuk kembali memimpin dunia. Takbir!
Wallahu’alam bisshowwab.
Previous Post Next Post