Hikmah Idul Adha 1441H : Refleksi Wujud Ketaatan Kaffah dan Siap Berkorban Menuju Solusi Hakiki

Oleh : Riana Oktaraharti, S.E 
(Aktivis Muslimah Kalsel)

Kaum Muslimin diseluruh dunia merayakan Idul Adha 1441 H dan berqurban di tengah pandemi covid-19. Lebaran kali ini memang sangat berbeda. Sebab selain di tengah pandemi yang semakin mengkhawatirkan penyebarannya, tak ketinggalan juga situasi semakin menunjukkan krisis multidimensi di setiap aspek kehidupan.

Sebagaimana di sektor kesehatan, betapa banyak kemirisan dari sektor ini, dari fasilitas kesehatan yang begitu minim didapatkan masyarakat selama masa pandemi, begitu pula dengan tenaga ahli kesehatan (nakes) yang selalu berjibaku melawan virus covid-19 namun kurangnya support terhadap mereka seperti minimnya ketersediaan perlengkapan medis bahkan tunjangan mereka pun belum didapati maksimal.

Tak kalah ketinggalan pula, di sektor ekonomi yang juga sangat terdampak atas pandemi covid-19. Ekonomi di berbagai negara dunia semakin terpukul bahkan berujung resesi, tak terkecuali di negeri ini pun juga merasakan sektor ekonomi semakin terpuruk. Dilansir dari CNN.Indonesia - kementerian ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan akibat virus corona tembus 3,06 juta orang. Angka itu merupakan data per 27 Mei 2020. (Senin, 20/07/2020).

Frustasi karena di PHK kantornya imbas pandemi corona menjadi penyebab JT (27) nekat mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. JT ditemukan gantung diri di kamarnya di kawasan Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat pagi tadi. (Tribunjakarta.com, 21/4/2020)

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini pun menilai, kinerja perekonomian RI sulit membaik di kuartal III mendatang. Bahkan menurutnya, kondisi perekonomian pada kuartal III mendatang bakal kembali masuk ke dalam zona negatif bila penanganan pandemi virus corona (Covid-19) tidak kunjung membaik. Dengan begitu, RI secara resmi akan masuk dalam jurang resesi. (Kompas.com , 6/8/2020) 

Sungguh rakyat semakin menjerit, mereka memikirkan urusan perut terlebih hidupnya saja begitu menyedihkan. Janji demi janji yang di sampaikan pemerintah kian hanya menjadi harapan belaka, nyatanya mereka mereguk kenyataan bahwa semakin sulitnya meraih kesejahteraan hidup dimasa pandemi ini.
Begitu pula yang terjadi di sektor sosial dan pendidikan pun tak kalah memprihatinkan. Ditengah pandemi ini malah semakin menambah carut marut dunia pendidikan. Berawal dari pembelajaran daring yang menambah beban para orang tua dan peserta didik dari sisi fasilitas, ketersediaan internet susah dengan banyak memakan biaya namun begitu kurang efektif dalam pembelajaran, bahkan pula menambah kebingungan para guru untuk memaksimalkan cara mengajar kepada para muridnya. Begitupula semakin berimbas pada memuncaknya kerusakan sosial masyarakat, dimana masa pandemi ini moral/akhlak generasi kian tergerus, remaja semakin terpapar seks bebas, minim jati diri kemuslimannya, narkoba dan kerusakan lainnya.

Ditengah berbagai krisis multidimensi dari berbagai aspek kehidupan, sudah bukan menjadi hal yang baru lagi ketika solusi yang ditawarkan malah semakin menambah deret pelik ketidaktuntasan persoalan, ditambah hadirnya antisipasi berupa agenda new normal ini tidak semakin membuat membaik persoalan pandemi, akan tetapi semakin menambah keterpurukan di berbagai aspek kehidupan. Semuanya ini diakibatkan seluruh tatanan kehidupan masih bertumpu pada paradigma sistem sekuler-Kapitalis. Inilah yang kemudian menjadi bukti bahwa betapa urgentnya bagi masyarakat untuk kembali kepada solusi hakiki yakni kembali pada sistem illaahi Robbi; Allah Azza wa Jallaa.

Mewujudkan Ketaatan Kaffah, Siap Berkorban
Momentum Idul Adha selalu mengingatkan kita akan kisah Keluarga Nabi Ibrahim as dan putra nya, Nabi Ismail as. Kita bisa melihat betapa Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail yang kisahnya begitu menyisakan hikmah dan ibroh besar darinya berupa Ketaatan, ketundukan, pengorbanan juga kesabaran dalam mentaati perintah Allah SWT. Terlihat ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anak yang lama telah didambakannya; dan jawaban dari Nabi Ismail as pun begitu sabar dan ridlo atas perintah Allah. (sebagaimana tercantum dalam QS. As-Shaffat: 102-104). 

Dari kisah Keluarga Nabi Ibrahim as mestinya kaum muslimin mengambil ibroh dan hikmah untuk kehidupan saat ini yang memuncaknya krisis multidimensi dimasa pandemi ini, tentunya dengan mewujudkan ketaatan secara menyeluruh (kaffah) dan siap berkorban meninggalkan orientasi individual serta materialistik dunia untuk meraih Keridloan Allah SWT. Begitu pula, dengan hadirnya pandemi covid-19 ini menunjukkan bahwa betapa kita sebagai manusia adalah lemah, terbatas dan tergantung dengan Allah SWT. Segala upaya solusi yang dihadirkan dari manusia yang berupa aturan dalam paradigma Sekulerisme-Kapitalisme yang sampai saat ini belum mampu menyelesaikan tuntas persoalan pandemi ini bahkan semakin terlihat kerapuhan dan kelemahan sistem ini. 

Maka, masihkah kiranya berharap pada sistem Sekulerisme-kapitalisme hari ini yang nyaris tidak mampu mengelurkan kita pada krisis multidimensi kehidupan ini? Keberharapan komponen umat haruslah kepada Syariah Islam, Aturan Allah SWT. Sebab, hanya dari Syariah Allah seluruh problem kehidupan mampu tersolusikan dengan membawa kebaikan dan keberkahan hidup. Hal ini telah terbukti selama 1300 tahun lamanya Islam pernah berjaya dengan kegemilangannya. Maka, momentum idul adha 1441 H semestinya menjadi refleksi bagi seluruh komponen umat, baik penguasa negeri ini ataupun masyarakat untuk bersegera mewujudkan ketaatan kaffah (menyeluruh) dan siap berkorban menuju solusi hakiki yakni menerapkan syariah islam kaffah dan menjadikannya sebagai satu-satunya solusi problem dalam kehidupan. Allah SWT berfirman : "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya". [TQS. Al-Araf : 96]. Wallahu 'alam bishowab. []
Previous Post Next Post