Kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid merupakan simbol kebangkitan umat Islam. “Hagia Sophia merupakan simbol kemenangan Islam sekaligus sebagai bukti kebenaran sabda Rasullullah SAW. Ini semua merupakan pengingat dan penyemangat umat Islam,” ungkap Ustadzah Ranti dalam kajian online: Hagia Sophia, Masjid sebagai Tombak Kebangkitan Islam, via Zoom, Sabtu, (15/08/2020) di Depok.
Aktivis Muslimah ini pun mengungkapkan bahwa dibukanya kembali Hagia Sophia sebagai masjid membuat flashback kembali histori Islam dan penyemangat umat Islam. Waktu itu, Hagia Sophia adalah gereja termegah di Kota Kontantinopel/Bizantium Timur sebelum ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih Dan pada 27 Juli 2020 adalah Shalat Jum'at pertama di Hagia Sophia setelah 86 tahun dijadikan perpustakaan. Bila kita lihat penggunaan Hagia Sophia dari sejarahnya, yakni: Tahun 1453-1934 dipergunakan sebagai masjid, 1934-2020 dipergunakan sebagai museum dan pada 2020 kembali dipergunakan sebagai masjid... Allahu akbar.”
Di
hadapan sekitar 66 Muslimah yang antusias, Ustadzah Ranti pun mengungkapkan
bahwa “Konstantinopel ditaklukkan pada 29 Mei 1453 dengan pasukan
kurang lebih 70.000 s/d 80.000 dan
dengan pengepungan selama 2 bulan. Masjid
ini juga disebut Darul Islam/Madinatul Islam/Kota Islam) dan sekarang disebut
dengan Istambul. Masjid ini dibangun
dekat makam sahabat yaitu Abu Ayyub Al-Anshari (44 H), tokoh yang menginspirasi penaklukan Konstantinopel. Ada
beberapa tokoh yang juga berusaha menaklukkan Konstantinopel di antaranya: Sulaiman bin Abdul Malik (98 H) , Khalifah Harun Al-Rasyid (190
H) Sultan Beyazid (796 H), Sultan
Murad II (824
H) dan Sultan
Muhammad II (857
H),” bebernya sambil menyebutkan para tokoh tersebut.
Menurutnya,
sabda Rasulullah SAW terbukti sudah. Dialah Sultan
Muhammad Al-Fatih
(Sultan Mehmed II) dan pasukan
terbaiknya berhasil menaklukan dan
membebaskan Konstantinopel pada 1453 H. “Konstantinopel
pasti akan dibebaskan melalui tangan seorang kesatria. Maka, sebaik-baik
pemimpin adalah dia dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu (HR. Ahmad),” ujarnya sambil membacakan hadits tersebut.
Ia
menegaskan, kembalinya Hagia Sophia ke tangan kaum Muslimin membuat negara Barat meradang. “Aksi protes membunyikan lonceng pun memuncak pada tengah hari dibarengi pengibaran bendera setengah tiang
untuk memprotes konversi Hagia Sophia menjadi masjid. Kepala Gereja Yunani,
Uskup Agung Ieronymos menyebut sholat Jumat di Hagia Sophia sebagai tindakan
hina yang mencemari katedral bekas Kekaisaran Byzantium,” jelasnya sambil membacakan berita yang dikutif dari SBS, Jumat, 24 Juli 2020.
Ia pun menambahkan bahwa sebelumnya Pengadilan
Tinggi Tata
Usaha Turki atau Dewan Negara pada Jumat 10 Juli 2020, membatalkan dekrit yang dikeluarkan Presiden pertama
Turki, Mustafa Kemal Atatürk. Tetapi di sisi lain
disambut suka cita oleh kaum Muslimin
dan hampir di seluruh dunia bahkan sampai ada tuntutan kembali pada khilafah.
“Apakah
cukup sampai Hagia Sophia jadi masjid kita bisa
berpuas diri? Bagaimana pencapaian dan penghargaan itu bisa diraih, seperti apa
semangat keislaman yang bergelora? Sistem apa yang ditetapkan ketika itu
sehingga Hagia Sophia bisa ditaklukkan dan peraturan apa yang diterapkan,” tegasnya.
“Kebangkitan
umat Islam, akan terjadi bila kita mulai dengan kebangkitan berpikir Insya
Allah, itu tidak akan lama lagi. Maka, bisyarah Nabi kedua akan terwujud dengan
izin Allah, semoga sistem Islam dapat
segera terwujud karena pemerintahan Islam akan sepenuhnya melayani dan
melindungi rakyatnya dengan dasar keimanan karena pemimpin akan diminta
pertanggungjawaban di hadapan Sang Pencipta di
akhirat,” pungkasnya. []Aktif Suhartini
Post a Comment