By : Dwi Haryati
Virus Corona (Covid-19) diduga muncul pertama kali pada 17 November di Provinsi Hubei, Wuhan-China (Kumparan News, 13 Maret 2020). Para ahli pun berusaha menemukan vaksin agar penyebaran virus terkendali. Ketika Covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada awal Februari, masyarakat Indonesia yang dikenal turun temurun suka mengkonsumsi aneka jamu dan rimpang-rimpangan turut mengopinikan mencegah virus melalui cara tradisional. Namun, saat ini belum bisa diklaim secara klinis bahwa rempah-rempah mampu membunuh virus. Aneka rempah diyakini membuat daya tahan tubuh kuat, tentunya harus disertai makan makanan yang sehat.
Perkembangan temuan vaksin Covid 19 kini sudah mulai menampakkan titik terang. Beberapa pemberitaan seperti yang diberitakan oleh CNN Indonesia pada Kamis, 26 Maret 2020 bahwa saat ini tengah dilakukan uji klinis terhadap tiga (3) jenis obat kimia oleh pemerintah negara bagian New York di Amerika Serikat. Selain itu, negara China yang menjadi awal mula munculnya virus Covid 19 juga mengklaim sudah menemukan vaksin yang diberi nama Sinovac. Vaksin ini sudah lolos dua kali uji coba China. Bahkan, Indonesia sudah mengimpor vaksin ini dan berencana melakukan uji coba di Bandung.
Terlepas dari pro kontra Sinovac yang akan diuji cobakan di Indonesia, pemerintah seharusnya tidak santai karena vaksin sudah ditemukan. Vaksin ini belum tentu cocok untuk pasien Covid-19 di Indonesia. Pemerintah Indonesia terkesan tidak mandiri dalam penelitian vaksin Covid 19 karena tergantung dengan negara lain.
Satu sisi, beberapa kalangan masyarakat Indonesia masih meyakini bahwa dengan menjaga pola makan dan mengkonsumsi rempah-rempah tiap hari bisa terhindar dari Covid 19.
Lalu, masyarakat harus memilih obat-obatan seperti vaksin Sinovac atau rimpang-rimpangan? Selama keberadaan Sinovac sendiri yang masih dalam uji klinis di Indonesia, tidak ada salahnya kita menjadikan makanan dan rempah untuk menjaga daya tahan tubuh. Sebagaimana kata Prof. Nil Sari dalam tulisannya bertajuk Food as Medicine in Islamic Civilization, dokter Muslim seperti Ibnu Sina (980-1037 M) dan Ibnu Al-Baitar telah berhasil menjadikan makanan sebagai obat (Republika, 5 Maret 2019).
Diriwayatkan dalam Hadits Muslim, Rasulullah bersabda “ Semua penyakit ada obatnya. Apabila sesuai antara obat dan penyakitnya, maka (penyakit) akan sembuh dengan izin Allah”. Jadi, lebih baik menjadikan makanan sebagai obat kita daripada menjadikan obat sebagai makanan kita.
Klapanunggal, 9 Juli 2020