N3 Limapuluh Kota - Pasca aksi demontrasi dan penyegelan kantor Walinagari Pangkalan, Kecamatan Pangkalan Kotobaru, Kabupaten Limapuluh Kota, oleh sekelompok warga setempat, Minggu (23/8), ternyata peristiwa tersebut berlanjut ke pihak kepolisian.
Walinagari Pangkalan, Rifdal Laksamano, ketika dihubungi, Senin (24/8) membenarkan jika sekelompok warganya melakukan aksi demontrasi dan bahkan menyegel atau memalang pintu kantor Walinagari dengan kayu.
Peristiwa demontrasi dan penyegelan kantor Walinagari Pangkalan itu terjadi Minggu (23/8/2020) sekira pukul 14.30 Wib. Saat itu sedang berlangsung rapat koordinasi membahas masalah Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang dihadiri Datuak Limo Suku Penghulu nan Duo Boleh.
Saat berlangsungnya rapat tersebut, ulas Rifdal Laksamano, datang sekelompok warga melakukan aksi demontrasi dengan membawa spanduk dan famplet memprotes kegiatan rapat kepengurusan Kerapatan Adat Nagari (KAN) Pangkalan tersebut.
Massa yang dimotori David Dailami dan Muhklis yang juga Ketua dan Sekjen Persatuan Keluarga Pangkalan (PKP) Propinsi Riau itu, tak hanya sekadar melakukan aksi demontrasi, namun lebih jauh pengunjuk rasa itu juga melakukan aksi anarkis dengan cara menyegel atau memalang pintu kantor Walinagari Pangkalan tersebut dengan kayu.
Mendapat perlakukan percobaan pengancaman dan perbuatan tidak menyenangkan oleh sekelompok masyarakat Nagari Pangkalan tersebut, akhirnya Walinagari Pangkalan, Rifdal Laksamano, membuat laporan pengaduan ke Polsek Pangkalan.
“Benar, terkait aksi demo anarkis yang telah menyegel pintu kantor Walinagari dan tindakan percobaan pengancaman dan perbuatan tidak menyenangkan itu secara resmi sudah saya laporkan ke Polsek Pangkalan,” ungkap Rifdal Laksamano.
Kata Walinagari, Senin (24/8) pagi kayu-kayu yang balok yang dijadikan massa untuk penyegelan pintu masuk ke kantor pemerintahan tersebut sudah dibuka termasuk spanduk bermerek penyegelan kantor walinagari pun dirobek.
“Pagi tadi, kondisi sudah kondusif. Pelayanan di kantor walinagari kembali normal. Palang kayu penyegelan sudah di copot oleh anak kamanakan dari niniak mamak yang hadir saat rapat sehari sebelumnya, termasuk spanduk yang dipasang dipintu masuk,”terang Rifdal.
Sementara itu David Dailami yang dihubungi melalui telepon selulernya, Senin (24/8) untuk konfirmasi terkait aksi demontrasi dan penyegelan kantor Walinagari Pangkalan tersebut mengatakan, massa yang mendatangi kantor walinagari tersebut merupakan anak kamanakan dari pemangku adat yang merasa abaikan selama ini oleh Walinagari Pangkalan.
“Bahkan, niniak mamak yang masih menjabat sebagai Ketua KAN Pangkalan, tidak diundang dalam rapat oleh walinagari untuk pembahasan niniak dan KAN. Siapa yang tidak marah seperti ini. Ada banyak niniak mamak yang lain tidak diundang,”terangnya.
Merasa niniak mamak diabaikan oleh nagari, katanya, sehingga anak kamanakan dari kaum tersebut merasa terpanggil untuk membela niniak mamak mereka dengan mendatangi kantor Walinagari Pangkalan bersama-sama untuk meminta kejelasan dari Walinagari setempat.
Hal yang sama juga dikatakan tokoh Pangkalan lainnya, Muhklis. Menurutnya, persoalan yang menimpa Walinagari Pangkalan tersebut tidak hanya soal KAN saja, tetapi ada banyak kasus lainnya terutama terkait nagari.
Menurutnya, Rifdal Laksamano tak memiliki kemampuan untuk menjadi Walinagari Pangkalan sehingga muncul banyak persoalan selama kepemimpinnya. “Adanya dugaan penyimpangan-penyimpangan anggaran ADD, adanya masalah BLT yang tidak tepat sasaran, adanya praktik KKN. Jadi akumulasi persoalan-persoalan selama ini akhirnya bermuara pada ujuk rasa dan penyegelan kantor walinagari,” katanya.
Sedangkan, salah seorang niniak mamak, yakni Fuad Dt Mangkuto mengatakan, demo warga terjadi sekitar 15 menit baru dimulainya rapat antara niniak mamak bersama Walinagari Pangkalan. Menurutnya, aksi demo warga tersebut adalah bentuk kecemburuan sosial saja terhadap kinerja Rifdal Laksamano.
“Sepertinya memang sudah disengaja untuk membubarkan rapat kami supaya KAN tidak terbentuk. Ada yang merasa ketakukan terbentuk KAN ini. Kemudian, ini demo kemarin itu adalah bentuk kecemburuan sosial saja,” ucapnya. (rstp)
Post a Comment