Ada apa dengan film Khilafah di Nusantara?

Oleh: Nur Aina 
(Aktivis Ideologis)

"Bak mencegah terbitnya fajar di pagi hari, tak ada yang bisa menghalangi ataupun memperlambat kedatangannya." 

Sepertinya peribahasa ini layak dijadikan sebagai salah satu jawaban kepada pembenci jejak kegemilangan Islam dan ajarannya. 

Sebagaimana film Jejak Khilafah di Nusantara, yang sempat viral di laman Twitter dan media sosial lainnya.

Jejak khilafah di Nusantara biasa disingkat dengan (JKdN) ini membuka cakrawala mata hati kita bahwa telah ada sejarah kelam yang sengaja dikaburkan bahkan terkubur oleh sistem saat ini.

Perlu diketahui bahwa pengaburan sejarah, bisa dilihat dari segi pembelajaran yang sengaja disuguhkan, agar tak sampai pada penelitian bahwa institusi khilafahlah yang telah menyebarkan Islam di Nusantara. Khilafah juga yang menjadi pembebas negeri ini dari berbagai serangan penjajah. Hebatnya, pengaburan ini ternyata, diperuntukkan bagi para pelajar yang ada di egeri pertiwi. 

Sedih dan haru tak lagi dapat ditahankan, usai melihat kegemilangan peradaban Islam yang dijelaskan dengan singkat dan padat dalam sebuah film audio-visual dokumenter JKdN, kala itu yang menjadi super power dunia adalah institusi khilafah dan pemimpinnya disebut sebagai khalifah. 

Super power dunia khilafah yang dipimpin oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz (berkuasa 717-720) dari Bani Umayyah yang sangat terkenal. Sangat antusias mendakwahkan Islam ke seluruh dunia termasuk Nusantara yang ternyata menjalin hubungan dengan ke-khilafahan. 

Menurut seorang peneliti sejarah Islam, Fatimi,  penguasa Kerajaan Sriwijaya yang saat itu berpusat di Pulau Sumatera, Maharaja Sri Indravarman, pernah menulis surat yang ditujukan kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz di Damaskus. Surat tersebut dinukil oleh Ibn ‘Abd Rabbih dalam al-‘Iqd al-Farid berdasarkan riwayat dari Nu’aym bin Hammad: “Raja Hind (Sriwijaya) mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz: Dari Raja Diraja—yang  adalah keturunan seribu raja; yang istrinya juga adalah anak cucu seribu raja; yang dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang wilayahnya terdapat dua sungai (Musi dan Batanghari) yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wewangiannya sampai menjangkau jarak 12 mil—kepada  Raja Arab (Umar bin Abdul Aziz), yang tidak menyekutukan Allah dengan segala sesuatu. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimi Saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada Saya, dan menjelaskan kepada Saya tentang hukum-hukumnya…”(buletin kaffah edisi 145)

Inilah salah satu fakta sejarah yang membuktikan adanya hubungan Nusantara dengan khilafah. Sayangnya, banyak kaum muslimin Nusantara yang tidak mengetahuinya. Anehnya, hal ini seolah menjadi sesuatu yang sengaja disingkirkan dari benak kaum muslimin.

Tentu ada kejanggalan atas upaya pengkaburan dan penguburan perihal hubungan Kekhilafahan dan Kerajaan di Nusantara, ini menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kita, ada apa dengan film JKdN ini? Semestinya film yang mampu mencerdaskan serta memberi kegembiraan bagi umat muslim ini diapresiasi oleh negara bermayoritas muslim terbesar di dunia. Namun mengapa sebaliknya?

Faktanya, Indonesia mempunyai jejak Islam sangat jelas. Bukan hanya berasal dari para pedagang yang saat itu berlayar di pesisir kota Aceh-Sumatera. Namun, ada pula beberapa bukti berupa surat menyurat maupun makam tokoh di berbagai daerah di Nusantara, tetapi mengapa seperti ada yang ingin ditutup-tutupi dari sejarah ini?

Jika memang negeri ini menginginkan kesejahteraan masyarakat yang hakiki, berarti harus menghentikan tontonan-tontonan lain yang merusak generasi Islam. Bukan malah membiarkannya merajalela, apalagi sampai memfasilitasi konten film yang jauh dari kata faedah, seperti sinetron, tayangan porno, dan sebagainya, na'uzubillah.  

Namun, sepertinya hal ini hanya menjadi harapan yang tak kunjung terealisasi, sebab sepertinya harapan masyarakat bertolak-belakang dengan pemerintah yang lebih mengutamakan keuntungan materi meskipun terbukti merusak moral remaja.

Sedangkan film dokumenter JKdN ini disajikan dengan sangat apik. Dengan durasi yang hanya 57 menit ini, mampu menutrisi pengetahuan kita dengan informasi yang sangat bermanfaat. Tidak heran jika banyak pihak yang mendukung tayangnya film ini.

Namun ada pula yang membencinya. Padahal sutradara film JKdN ini mengatakan bahwa telah ada keterangan yang bisa dipertanggungjawabkan, bahkan juga bisa dibuktikan dengan menggunakan metode ilmiah.

Selain mengetahui jejak Islam di Nusantara, ada ibroh (hikmah) lain yang bisa kita ambil bersama. Bahwa orang-orang yang membenci Islam pasti tak akan membiarkan kaum muslimin mengetahui hal itu. Bisa dipastikan mereka akan melakukan berbagai cara agar kaum muslimin tak ikut serta dalam memperjuangkan kembalinya institusi khilafah telah runtuh.

Namun, apalah arti dari upaya menghambat tegaknya khilafah oleh kafir munafik la'natullah di bumi ini? 

Kebenaran dan janji Allah Swt. tidak akan pernah bisa dihentikan. Ini merupakan bisyaroh atau kabar gembira yang diberitakan Rasulullah Saw. kepada kita bahwa "Akan ada khilafah yang mengikuti metode kenabian." (HR. Ahmad)

Wallahu'alam bishawab
Previous Post Next Post