Tragedi Srebrenica Bukti Umat Butuh Khilafah

Oleh: Hamsina Halisi Alfatih

Umat Muslim Bosnia menandai peringatan 25 tahun pembantaian Srebrenica pada Sabtu (11/7) waktu setempat. Dilansir dari Bbcnewsindonesia.com ( 11/07/20), upacara untuk menandai peringatan 25 tahun pembantaian Srebrenica, di mana lebih dari 8.000 pria dewasa dan anak laki-laki Muslim Bosnia dibunuh, akan dihadiri lebih sedikit orang karena pandemi virus corona.

Pembantaian itu adalah bagian dari genosida yang dilakukan terhadap umat Muslim oleh pasukan Serbia Bosnia selama Perang Bosnia, salah satu dari beberapa konflik yang terjadi pada 1990-an ketika Yugoslavia bubar. Masih dari laman BBC news (11/7), Pada tanggal 11 Juli 1995, unit-unit pasukan Serbia Bosnia merebut kota Srebrenica di Bosnia-Herzegovina. Dalam waktu kurang dari dua minggu, pasukan mereka secara sistematis membunuh lebih dari 8.000 Bosniaks (umat Muslim Bosnia) - pembunuhan massal terburuk di tanah Eropa sejak akhir Perang Dunia Kedua.

Secara historis semenjak runtuhnya daulah khilafah Utsmaniyah, hampir seluruh negeri muslim diberbagai belahan dunia kerap digoncang oleh genosida barat. Fakta adidaya kapitalisme barat berhasil menunjukan taringnya bisa kita saksikan sendiri ketika Israel mengobrak-abrik Palestina dan Suriah. Hal yang sama pun bisa kita saksikan bagaimana umat muslim di Rohingya dibantai oleh tentara Myanmar. Peristiwa-peristiwa pertumpahan darah mengerikan seperti  ini akan selalu kita saksikan selama dunia masih digenggam oleh kuasa kapitalisme barat.

Disisi lain, PBB sebagai lembaga organisasi yang menampung berbagai bangsa dengan tujuan untuk menjaga keamanan setiap negara. Namun sangat disayangkan, organisasi ini dibentuk seolah hanya sebagai ajang untuk menunjukan eksistensi setiap bangsa. Tapi dilain pihak nasib negara yang di mangsa habis oleh musuh-musuh Islam toh ternyata tak berkutik dan merespon. Lantas kemana umat harus mengadu?

Disinilah seharusnya peran para pemimpin-pemimpin muslim di seluruh dunia. Pemimpin yang seharusnya  tak hanya sekedar mengutuk aksi bejat para kapitalis barat namun segera mengambil tindakan untuk mengirimkan bala bantuan militer. Tapi sayangnya para pemimpin muslim di seluruh dunia seolah telah disetir oleh bos-bos kapitalis. Demi menekan kemajuan ekonomi bangsanya para pemimpin-pemimpin muslim ini lebih beromantis ria dengan menjalin kerja sama negara kafir barat.

Dari sini pula nasionalisme menjadi kiblat untuk tidak menghiraukan mana saudara seaqidahnya dan mana musuh sesungguhnya. Padahal keterikatan seorang mukmin dengan mukmin yang lain adalah aqidahnya yang harus dijaga kehormatannya.

Jauh hari  Rasulullah SAW telah bersabda:
"Muslim yang satu adalah bersaudara dengan Muslim yang lain. Oleh karena itu, ia tidak boleh menganiaya, membiarkan, dan menghinanya". (HR Muslim).

Bahkan dalam hadist lain Rasulullah mengumpamakan bahwa semua muslim ibaratnya adalah satu tubuh.
 ''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Dalil ini begitu menegaskan bahwa setiap muslim itu bersaudara dan bagaikan satu tubuh, jika tubuh satu terluka maka yang lain pun akan merasakannya. Hal ini pun sangat kita rasakan saat ini bagaimana melihat nasib saudara muslim kita dianiaya, dibantai hingga dirampas kehormatannya dan hartanya oleh penjajah kafir barat. Kenyataan ini akan tetap kita rasakan selama umat tidak memiliki perisai yaitu khilafah.

Hampir 14 abad lamanya Islam berhasil memimpin dunia dalam naungan khilafah Islamiyyah. Disaat itu, tidak adanya pertumpahan darah yang dilakukan oleh kafir barat. Bahkan non muslim pun merasa damai dan sejahtera dalam naungannya. Kini hal itu tengah dirindukan oleh seluruh umat muslim di dunia untuk menjaga kemuliaan, kehormatan serta harta mereka.

Tidak ada kemuliaan selain Islam yang mampu menyelamatkan umat muslim dari penjajahan kafir barat. Sebab Islam merupakan rahmat yang telah diturunkan oleh Allah SWT tak hanya sekedar mengatur permasalahan ibadah namun juga hadir sebagai ideologi. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Anbiya ayat 107 yang artinya : “Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Oleh karena itu, pentingnya untuk meninggalkan sistem kapitalisme saat ini yang nyata menjadi senjata kafir barat dalam menghancurkan umat muslim. Dan saatnya umat harus bangkit dari segala keterpurukan dan kembali kepada penerapan Al-Qur'an dan As Sunnah serta mendakwahkan syariah dan khilafah. Semoga kerinduan umat akan khilafah akan segera terwujud seperti apa yang telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW.

Wallahu A'lam Bishshowab
Previous Post Next Post