(Tenaga Medis dan aktivitis dakwah Ideologis)
Pandemi Covid-19 yang terus meningkat dan masih menunjukkan penyebaran virus yang belum terkendali pasca New normal menyebabkan perekonomian dunia berada pada ketidakpastian begitu juga dengan perekonomian Indonesia yang terancam resesi akibat kontraksi pada kuartal II-2020.
Para ahli menilai sebenarnya Indonesia sejak tahun 2018 telah memperlihatkan kelemahan ekonomi sebelum hantaman pandemi Covid-19 dengan ditunjukkan oleh pendapatan pajak yang terus menurun dan pertumbuhan industri manufaktur lebih rendah daripada produk domestik bruto juga diperparah dengan adanya Pemutusan Hubungan Kerja massal sekitar 1.727.913 orang sehingga kemiskinan akan meningkat.
Resesi sendiri adalah kondisi ketika Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Sebenarnya tanda-tanda resesi di masyarakat dapat terlihat dari daya beli masyarakat yang menurun tajam, kemiskinan bertambah dan pendapatan menurun. Dalam perbankan bukti resesi dapat terlihat dengan meningkatnya angka kredit macet. Sedangkan dalam pemerintahan dapat dilihat dari meningkatnya hutang luar negeri.
Hal ini terjadi tidak lain akibat bercokolnya sistem ekonomi kapitalis liberal. Dalam sistem ekonomi kapitalis bertumpu pada pembangunan sektor ekonomi non riil dalam bentuk perbankan, asuransi dan saham menjadikan praktik riba dan judi sebagai aktor utama.
Maka tak heran jika sistem ekonomi kapitalis menyebabkan krisis berulang, sebut saja negara sekelas Amerika Serikat yang merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia telah mengalami resesi 33 kali sejak tahun 1854.
Sementara jika dilihat sejak 1980, Negeri Paman Sam mengalami empat kali resesi. Indonesia pernah mengalami resesi pada 1998, bahkan sangat dalam. Tahun ini, Indonesia berisiko mengalami resesi (cnbcindonesia, 17/7/2020).
Lalu bagaimana masyarakat mempersiapkan diri dari gelombang resesi?
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan masyarakat harus berhemat mulai dari sekarang untuk menyiapkan dana darurat selama resesi. Sebab tidak ada yang mengetahui akan berlangsung sampai kapan jika resesi benar terjadi.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah. Menurutnya, di saat seperti ini masyarakat jangan boros dan harus mempersiapkan kondisi terburuk untuk mencukupi keuangan.
Solusi diatas tidak cukup bagi masyarakat untuk mempersiapkan diri karena sejatinya resesi bukanlah masalah individual tapi sudah menjadi masalah sistematis dari penerapan sistem kapitalis liberal.
Bagaimana dengan orang yang hidupnya pas-pasan jangankan untuk menabung untuk kehidupan sehari-hari sangat sulit. Maka gelombang resesi adalah masalah yang hadir akibat kebobrokan sistem kapitalis.
Bagaimana islam memandang hal ini?
Sistem ekonomi islam menjadi satu-satunya solusi terhindar dari resesi. Dalam islam pembangunan ekonomi dibangun pada sector riil bukan non riil inilah yang menjadikan ekonomi islam tahan resesi.
Dalam islam dibagi tiga kepemilikan yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara.
Pembagian kepemilikan ini sangat penting agar terhindar dari privatisasi ekonomi. Seperti asset tambang emas, mineral, minyak bumi hingga jalan umum dikuasai individu bermodal besar. Akibatnya ekonomi dikuasai segelintir kapitalis sehingga kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin menjadi jurang besar yang tak bias dihindari.
Ekonomi islam menjamin semua rakyatnya memperoleh kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan bahkan kesehatan dan pendidikan menjadi kewajiban negara untuk memenuhinya.
Hal tersebut tidak akan tewujud jika sistem kapitalis masih diterapkan, maka saatnya mencampakkan sistem kapitalis dan menggantinya dengan sistem islam yang mulia []