Oleh : Nibrazin Nabila
Praktisi Pendidikan
Angka reproduksi Covid-19 menunjukkan kenaikan usai Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil tidak lagi memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tingkat Provinsi pada Juni 2020. Bahkan kasus positif corona ini diprediksi mengalami peningkatan pada bulan ini. Berdasarkan data pada Kamis (2/7), rata-rata kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Jawa Barat merangkak naik sejak sepekan fase adaptasi kebiasaan baru (AKB) dilaksanakan. (Merdeka.com, 3 Juli 2020)
Dari rata-rata 35 kasus perhari, kini melonjak ke angka 47 kasus per hari dari olahan data di aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar. Terdapat satu daerah zona hijau (Level 1), 10 daerah zona biru (Level 2), dan 16 daerah Zona Kuning (Level 3). Ridwan Kamil menyatakan bahwa peningkatan kasus ini sudah diprediksi dari awal. Meski begitu, ia menegaskan bahwa keputusannya tidak memperpanjang PSBB tingkat Provinsi bukan berarti menghilangkan atau mengurangi kewaspadaan. Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan kepala daerah di Jawa Barat untuk tetap menjalankan pengetatan dan peningkatan upaya pencegahan penyebaran Covid-19. (Infobdg.com, 3 Juli 2020)
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra, menuturkan bahwa kebijakan pembukaan ekonomi dan penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB) adalah keputusan gegabah yang akhirnya memunculkan persepsi keliru di tengah masyarakat. Mereka mengira ancaman wabah telah berakhir. Sehingga tidak sedikit akhirnya mengabaikan protokol kesehatan. (bisnis.com, 21/6/2020)
Sayangnya tanggapan ahli ini tak dinilai sebagai kritik yang membangun. Para pemegang kebijakan justru mengambil sikap berbeda meski angka kasus Covid terus bertambah. Juru bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan bahwa penambahan pasien Covid yang melebihi seribu kasus ini merupakan suatu keberhasilan. Keberhasilan dari masifnya pelacakan yang agresif (Kompas, 20/06/20)
Pernyataan Juru Bicara Pemerintah ini seakan menyatakan bahwa kenaikan kasus Covid tidak berhubungan dengan diberlakukannya new normal. Kenaikan ini justru merupakan prestasi karena telah berusaha secara massif melakukan pelacakan. Sehingga menurutnya new normal tidak bisa disalahkan.
Memang benar, dengan banyaknya tracking akhirnya orang yang terpapar bisa diketahui. Tapi, bagaimana cara kita menghentikan penyebaran, jika penyebaran terus ada? Lalu lintas manusia, pergerakan mereka yang terinfeksi virus (terutama orang tanpa gejala), secara tidak sadar telah membawa virus menyebar ke tempat yang mereka kunjungi. Bagaimana penyebaran bisa terhenti jika sektor ekonomi dibuka kembali? Kita diajak hidup berdamai dengan corona, hingga akhirnya mal, pusat perbelanjaan, kantor, pertokoan, industri sampai parawisata, dan sekolah dibuka. Sementara kasus penularan Covid setiap harinya terus bertambah bahkan mencapai seribu lebih.
Sebuah negara layaknya perisai bagi rakyatnya. Ia bertanggung jawab atas keselamatan rakyatnya, juga berkewajiban memastikan kebutuhan mereka tercukupi. Apalagi di masa pandemic seperti ini, negara harus berperan lebih giat lagi. Demi keamanan dan keselamatan rakyat sebaiknya rakyat meminimalisasi pergerakan di luar. Namun jika rakyat tak keluar, sementara kebutuhan mereka tidak ditanggung negara, bagaimana mereka bisa hidup? Disinilah peran negara. Sebagai pengurus rakyat, negara akan melakukan pelacakan secara massif, di saat bersamaan akan memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Rakyat tak perlu ambil pusing memikirkan bagaimana mereka hidup esok hari. Seperti sabda Rasulullah SAW,
“ Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus. “ (HR al-Bukhari dan Ahmad).
Dengan door to door petugas kesehatan memeriksa semuanya, tanpa kecuali. Dengan begitu, orang yang terinfeksi bisa langsung dikarantina, penyebaran virus dapat diminimalisasi. Jika kasus mulai sedikit atau bahkan tidak ditemukan dalam kurun waktu tertentu, maka orang yang sehat bisa kembali beraktivitas. Karena orang yang terinfeksi telah dikarantina semua. Oleh karena itu, sangat tidak manusiawi jika sumber penyebaran masih ada di luar, tapi demi menyelesaikan kelesuan ekonomi, roda perekonomian malah dibuka lebar. Ini sama saja menggunakan rakyat sebagai tameng pertumbuhan ekonomi. Rakyatlah yang nantinya akan menjadi korban. Sungguh tidak etis bagi pengurus rakyat yang justru mengorbankan rakyat demi para kapitalis.
Memang hanya sistem Islam lah yang mampu menyelesaikan masalah ini. Karena Islam terlahir untuk menyelamatkan manusia dunia dan akhirat. Islam adalah seperangkat tuntunan hidup yang langsung dibuat oleh Pembuat manusia, yaitu Allah SWT. Sehingga, ketika manusia mengalami masalah, Islam pun punya solusinya.
Wallahu a’lam bishawwab.