Perisai Umat yang Dirindu

Oleh : Andri Septiningrum, S.Si
Ibu Pendidik Generasi

"Sulit ketika kau melihat seseorang memanggil ayah mereka dan kau tidak memilikinya," kata Hasanovic sambil menangis, dikutip dari AFP, Minggu (12/7).
Kesedihan itu terlihat jelas diwajahnya. Kesedihan yang dirasakan seorang anak yang kehilangan ayahnya. 

Sehad Hasanovic, adalah salah satu dari sekitar tiga ribu kerabat korban pembataian di Srebrenica. (CNN, 12/07/2020).

Kesedihan itu tidak hanya dirasakan oleh Hasanovic, ribuan warga Muslim Bosnia merasakannya.

Tepatnya 25 tahun yang lalu, peristiwa kelam itu terjadi pada 6 Juli 1995, ketika pasukan Serbia Bosnia menyerang Srebrenica. Pasukan PBB menyerah atau mundur ke kota, dan serangan udara NATO, yang dipanggil untuk membantu, tidak berbuat banyak untuk meredakan serangan.

Wilayah itu jatuh dalam lima hari. Sekitar 20.000 pengungsi melarikan diri ke pangkalan utama tentara PBB.

Pembunuhan dimulai pada hari berikutnya. Ketika para pengungsi muslim naik bus untuk menyelamatkan diri, pasukan Serbia Bosnia memisahkan pria dewasa dan anak laki-laki dari kerumunan dan membawa mereka pergi untuk ditembak.

Ribuan dieksekusi dan kemudian didorong ke kuburan massal dengan buldoser.

Laporan menunjukkan beberapa dikubur hidup-hidup, sementara beberapa orang dewasa dipaksa untuk menonton anak-anak mereka dibunuh.

Pasukan Serbia Bosnia memisahkan laki-laki dewasa dan anak-anak untuk eksekusi.

Sementara itu, perempuan dan anak perempuan dikeluarkan dari antrian pengungsi dan diperkosa. Saksi mata berbicara tentang jalanan yang dipenuhi mayat.

Tentara Belanda yang tidak bersenjata lengkap menyaksikan agresi Serbia, namun tidak melakukan apa-apa. Mereka juga menyerahkan 5.000 Muslim Bosnia yang berlindung di pangkalan mereka ke pasukan militer Serbia Bosnia. (BBC, 11/07/2020).

Kelaparan masal juga dialami oleh kaum Muslim Bosnia karena tentara Serbia menutup akses bantuan dari sejumlah negara humanitarian untuk para warga di sekitar daerah tersebut. (detikNews, 10/07/2020).

Kejahatan luar biasa, yang mereka lakukan terhadap kaum Muslim Bosnia. Kejahatan yang sudah dapat dipastikan akan meninggalkan luka sangat dalam dalam diri korbannya.
Pilu, sedih dan marah. Sungguh nyawa kaum muslimin begitu murah dan darahnya begitu mudah ditumpahkan. Kaum muslim benar-benar telah kehilangan kehormatannya.

Kenapa itu bisa terjadi pada warga Muslim Bosnia? Dimana PBB yang dianggap sebagai pelindung bagi anggotanya? Dimana kaum muslim yang lain? Bukankah kaum muslim itu bagaikan satu tubuh? Kenapa mereka hanya mencukupkan diri dengan mengutuk aksi kekejaman ini? 

Sebagaimana sabda Rasulullah saw.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim].

Sikap "Diam" PBB Terhadap Serangan Srebrenica

Dewan Keamanan atau Security Council adalah salah satu badan utama Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Dewan Keamanan menjadi salah satu badan yang paling penting di PBB karena bertugas menjaga perdamaian dan keamanan dunia. (Kompas, 05/03/2020).

Dewan ini dianggap mampu menjadi perisai (pelindung) bagi negara-negara yang tergabung di dalamnya. Akan tetapi, nyatanya lembaga yang dibentuk tahun 1946,  tidak bisa melindungi Srebrenika.

Status aman yang diberikan PBB kepada Srebrenica ternyata hanya omong kosong belaka.
Janji mereka untuk menghentikan serangan Serbia melalui NATO, ternyata tidak kunjung datang. 

Benarlah, PBB tidak hanya gagal mencegah pendudukan Srebrenica dan pembantaian yang terjadi kemudian, tetapi juga melucuti persenjataan para pejuang Muslim Bosnia di kota itu sehingga melemahkan kekuatan mereka untuk melawan musuh. 

Pembantaian Srebrenica hanyalah salah satu dari rangkaian kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Serbia terhadap kaum Muslim Bosnia selama perang Bosnia. Sementara itu, pemerintahan muslim dan nonmuslim hanya menonton. Perang Bosnia yang berlangsung selama 3 tahun dari 1992 hingga 1995, menjadi saksi pembersihan etnis muslim dari ratusan kota dan desa. 

Pentingnya Perisai Umat

Dalam beberapa tahun setelah pembantaian Srebrenica, dunia berjanji bahwa “Never Again” (Tidak Akan Pernah Terjadi Lagi), dan bahwa dunia telah mengambil pelajaran dari noda hitam dalam sejarah modern ini. 

Namun, hari ini kita melihat pembunuhan dan kejahatan seperti yang terjadi pada perang Bosnia dan pembantaian Srebrenica terulang lagi menimpa kaum muslim di berbagai negeri di seluruh dunia, bahkan beberapa kasus terjadi pada skala yang melampaui Srebrenica.

Kita juga menyaksikan kelemahan dan keterlibatan PBB yang terus berlanjut, juga pemerintahan Barat dan pemerintahan muslim, dalam berbagai kekejaman yang dilakukan terhadap kaum muslim hari ini. Seperti yang terjadi di Suriah, Myanmar, Kashmir, Palestina, Yaman, Turkistan Timur, dan India.

Maka, tidak bisa dipungkiri saat ini kaum muslim perlu perisai (pelindung) umat dari berbagai kekejaman dan penindasan yang terjadi. Perisai umat tersebut bernama Khilafah. Sabda Rasulullah Saw. 

مَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ، وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ

“Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang Imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka dia (Khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad)

Khilafah pula yang akan menyatukan seluruh kekuatan kaum muslimin. Kekuatan yang selama itu terpendam karena sekat-sekat nasionalisme. Rasa nasionalisme yang membuat kaum muslim yang lain hanya mencukupkan diri dengan mengutuk atas serangan yang terjadi di Bosnia. Padahal mereka seharusnya menolong saudara muslimnya di Bosnia secara nyata. Seorang mukmin dengan mukmin lain seharusnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lain. Seperti sabda Rasulullah Saw.

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim No.4684].

Sejarah telah mencatat, bagaimana ketika perisai umat itu ada. Dikisahkan bagaimana seorang budak muslimah yang dilecehkan saat berbelanja di pasar oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah dengan lafadz yang legendaris yang terus terngiang dalam telinga seorang muslim: “waa Mu’tashimaah!” (di mana engkau wahai Mutashim… Tolonglah aku!)

Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka Sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki). 

Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki). Begitu besarnya pasukan yang dikerahkan oleh khalifah. Hal ini menunjukkan begitu perhatiannya khalifah terhadap kehormatan seorang muslim. Begitu besar penjagaan khilafah terhadap nyawa seorang muslim juga jelas terlihat. Hilangnya nyawa seorang muslim bagi khilafah lebih besar perkaranya dari pada hilangnya dunia.

Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani). Maka, sungguh kehadiran perisai itu sangat dinanti. Sudah saatnya kaum muslim mewujudkan perisai itu. Tanpa perisai umat kaum muslim bagai anak ayam tanpa induknya. Seperti yang terjadi saat ini. Ketiadaan kepemimpinan umat, menjadikannya tercerai berai. Waallahu a'lam bish-shawab.
Previous Post Next Post