New Normal, Kebijakan Salah Kaprah


Oleh: Puwijaya

Kebijakan new normal, yang di gadang-gadang bisa menyelamatkan kembali perekonomian Indonesia terus menuai kontroversi hingga kini.

Dilansir dari cnnindonesia.com, 22/06/2020, pemberlakuan new normal disoroti oleh para ahli bahwa langkah pemerintah dinilai belum tepat. Sebab Indonesia masih belum aman dari penyebaran Covid-19. Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr. Iwan Ariawan menyampaikan, dengan jumlah kasus yang masih terbilang tinggi maka penerapan new normal beresiko tinggi terhadap semakin masifnya penyebaran virus corona. Hal  yang sama tersebut dikatakan Iwan dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Para Syndicate, Minggu (21/6).

Seharusnya pemerintah tidak begitu gegabah untuk menerapkan new normal, ditambah lagi masyarakat yang tidak disiplin dan abai terhadap protokol kesehatan. Keadaan ini sangat mengkwatirkan untuk peledakan kasus baru yang lebih tinggi.

Apakah benar ini adalah dorongan dari sektor ekonomi dan bisnis  yang keadaanya semakin buruk, sehingga mengharuskan untuk membuka dan menerapkan new normal, dilansir oleh bisnis.com, 21/06/2020, sejumlah pakar dan praktisi kesehatan menduga pembukaan sembilan sektor ekonomi dan wacana adaptasi kebiasaan baru atau AKB di tengah masyarakat menyebabkan kenaikan kasus Covid-19 di atas seribu per hari pada sepekan terakhir.

Jika benar ini hanyalah upaya penyelamatan ekonomi dan bisnis, mengapa nyawa manusia di pertaruhkan dengan himbauan untuk membiasakan diri dan berinteraksi ditempat umum yang kemungkinan besar bisa tertular virus Covid-19. 

Pemberlakuan new normal ini menunjukkan rezim ini tidak manusiawi. Membiarkan orang sakit dan orang sehat beraktivitas diluar rumah tanpa sekat. Dengan alasan untuk mengembalikan ekonomi Indonesia yang sedang krisis ribuan nyawa dikorbankan. Inilah  wajah demokrasi sekuler yang sesungguhnya, ditengah dua pilihan menyelamatkan manusia atau perekonomian.

Terbukti bahwa dalam sistem demokrasi sekuler  nyawa manusia hanyalah seperti anak ayam ketika terinjak lalu mati dan tak begitu berarti.

Nyatanya sistem demokrasi ini lebih memilih menyelamatkan perekonomian dari pada manusia.  Dan ini juga sebagai penanda bahwa sistem demokrasi tengah gagal melindungi  masyarakatnya.

Berbeda dengan sistem Islam yang selalu menyelesaikan problem yang dihadapi berlandaskan pada syariat Islam. Setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan sebelum mengambil keputusan new normal:

Pertama adalah kaidah as-sababiyah atau upaya mengaitkan sebab-sebab fisik atau akibatnya.

Yang kedua adalah selalu memperhatikan pendapat ahli. Setiap muslim, ketika ia hendak melakukan sesuatu, sesungguhnya ia dituntut untuk memahami terlebih dahulu apa hukum syara’ yang berkaitan dengan perbuatan tersebut.

Yang ketiga adalah memperhatikan hukum kaidah tentang dharar atau kemudaratan. Syariat Islam telah melarang seseorang mengerjakan sesuatu aktivitas yang membahayakan dirinya sendiri atau membahayakan orang lain, terutama saudaranya sesama muslim, baik berupa perkataan atau perbuatan, tanpa alasan yang benar.

Yang ke empat adalah yakin kepada qadha Allah Keimanan terhadap qadha akan berpengaruh positif terhadap aktivitas manusia dalam keadaaan apa pun. Keyakinan tersebut akan mendorongnya untuk melakukan aktivitas, bukan malah menjadikannya sebagai fatalis. Karena selama sebab-sebab yang menghantarkan terhadap tujuan itu masih berada dalam lingkaran yang dikuasainya, kita masih bisa untuk mengupayakannya.

Dengan mengacu syariat Islam pemimpin akan segera memisahkan antara yang sakit dengan yang sehat. Orang yang sakit diberlakukan karantina (isolasi) dan perawatan berkualitas untuk membantu penyembuhan. Sehingga orang yang sehat bisa beraktivitas di luar seperti biasa tanpa khawatir tertular virus.

Dengan konsep seperti ini, tidak saja wabah tercegah meluas, namun juga berhenti dengan segera, di samping terjaminnya akses setiap orang terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas meski gratis.

Demikianlah buah manis yang akan dirasakan setiap orang ketika sistem kesehatan Islam yang ditopang oleh pelaksanaan syariat Islam secara kafah dalam bingkai khilafah. Ia benar-benar menjamin kesehatan dan kehidupan manusia, sebagaimana karakter konsep Islam itu sendiri.

Maka dari itu jika kita ingin setiap nyawa manusia dihargai dan pemimpin memberlakukan kebijakan sesuai dengan syariat, sudah saatnya kita berjuang untuk mengembalikan Islam tegak dan meninggalkan sistem ini.
Wallahu a'lam bishawab.
Previous Post Next Post