Oleh : Citra
Pernah gak sih sahabat merasa kalau ibu itu payah, ibu itu kolot banyak banget peraturannya, gak boleh ini gak boleh itu harus begini harus begitu. Ahhh sebel ibu tuh cerewet banget, bawel, dikit dikit ngomel, cape semua serba salah. Belum lagi kalau punya ibu yang diberi ujian sakit, mau tak mau harus merawat, menyuapi, memandikan, menemaninya siang malam.
Subhanallah, kita manusia adalah tempatnya khilaf tempatnya salah, pernah mengalami hal seperti itu. Bahkan, hebatnya bisikan syaiton, tidak sedikit anak yang menitipkan ibunya ke panti jompo. Karena tak mau merawat sendiri. Repot, capek, kalau merawat sendiri.
Sahabat, perjuangan ibu dari mengandung sampai membesarkan kita tidak akan pernah sanggup untuk kita balas. Coba bayangkan susahnya ibu mengandung. Dari mulai mualnya tri semester pertama, pusing, tak enak makan, tak enak beraktivitas, lemas. Semakin bertambah usia kehamilan, semakin berat ibu membawa janin dalam rahimnya. Ada yang kakinya bengkak, heart burn, asam lambung naik, sakit pinggang, tak enak tidur, tak leluasa beraktivitas.
Qatadah berkata bahwa yang dimaksud adalah ibu mengandung kita dengan penuh usaha keras. ‘Atha’ Al Kharasani berkata bahwa yang dimaksud adalah ibu mengandung kita dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah.
Di balik kebawelan seorang ibu, yang selalu berbicara bahkan diulang-ulang, pasti punya maksud supaya anaknya selamat dari marabahaya atau dari keburukan yang bisa menimpa kita sebagai anaknya. Apalagi yang nama hidup tidak lepas dari ujian, bisa jadi ibu adalah salah satu jalan amal kita untuk mengumpulkan pahala supaya bisa masuk ke jannah Nya.
Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari pada dirinya serta makanannya.
Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
Dia selalu mendo’akanmu baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
Bahkan kita sebagai anak jika sedang melakukan hal yang jahat pada ibu ,ibu balas dengan doa kebaikan untuk kita.
Seperti yang telah ditegaskan Rasulullah SAW dalam haditsnya yang berasal dari pertanyaan seorang sahabat. "Ya Rasul, siapakah orang yang harus aku hormati di dunia ini." Rasul menjawab, "Ibumu." Kemudian dia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasul menjawab, "Ibumu." "Kemudian lagi, ya Rasul," tanya orang itu. "Rasul menjawab, "Ibumu." Lalu, laki-laki itu bertanya lagi; "Kemudian, setelah itu siapa, ya Rasul?" "Bapakmu," jawab Rasulullah.
Ujian akan selalu ada, syaiton akan selalu menggoda kita. Menghembuskan berbagai hasutan, "Ibu mah cuma bisa ganggu aja! Ibu kolot! Ibu kuno! Ibu lebay!". Cobalah ingat lagi kebaikan ibu ketika melahirkan kita, nyawa pun beliau taruhkan. Ia yang ketika kita sakit beliau tidak akan bisa tidur pulas. Ia yang ketika kita menyakitinya beliau membalas dengan doa yang terbaik untuk anaknya, bahkan ibu rela dijadikan 'budak' oleh anaknya demi membahagiakan anak nya
Malunya diri ini sampai sampai Allah berfirman dalam surat Al ahqof ayat 15
"Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah beranjak dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai. Dan berilah aku kebaikan yang akan terus mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”
Tulisan ini menjadi pengingat buat saya pribadi bahwa merawat orang tua tidaklah mudah. Banyak kesalnya, banyak malesnya, tapi cobalah lihat lagi pengorbanan seorang ibu kepada kita. Mungkin di luar nalar manusia, seorang ibu bisa melakukannya hanya untuk membahagiakan kita, anaknya. Tapi, tak lantas membolehkan anak bersikap seenaknya bahkan dzalim dan durhaka pada orangtuanya. Ingatlah hadis ini.
"Ada dua pintu (amalan) yang disegerakan balasannya di dunia yaitu kedzaliman dan durhaka (pada orangtua)." (HR. Hakim)
Naudzubillah. Mintalah pada Allah untuk membantu kita dalam berbakti pada orangtua. Mintalah pada Allah untuk dibantu menjaga sikap kepada orangtua. Semoga orangtua kita bisa menjadi jalan kita meraih pahala Allah. Bukan sebaliknya.
Wallahu'alam bishowab