Link and Match Antara Lembaga Pendidikan Vokasi dengan Industri, Untuk Siapa ?

Oleh : F. Dyah Astiti

Pendidikan adalah salah satu aspek penting untuk menentukan mau jadi apa suatu negara di masa depan. Karena dengan sistem pendidikan suatu bangsa akan membentuk generasinya. Itulah yang menyebabkan kenapa sistem pendidikan harus sangat mendapat perhatian. Mulai dari tujuan pendidikan, berjalannya sistem, sampai pembiayaan. Baru-baru ini muncul sebuah kebijakan yang kembali mendapat perhatian. Sebagaimana dilansir dalam kompas.com, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan Kurikulum di lembaga pendidikan vokasi akan alami sejumlah penyesuaian. Hal ini untuk mendorong percepatan proses link and match antara lembaga pendidikan vokasi dengan industri. Penyesuian ini bertujuan agar pendidikan vokasi mampu memenuhi kebutuhan industri dalam kondisi apapun. Diharapkan lulusan dari pendidikan vokasi betul-betul sesuai dengan apa yang diharapkan oleh industri. Upaya link and match antara lembaga pendidikan vokasi dengan industri ini bukan pertama kali terjadi. Tahun 2016 lalu Kementerian Perindustrian juga berkomitmen untuk membangun kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Sekaligus untuk mendorong pertumbuhan industri nasional yang berkelanjutan. Wujud komitmen ini ditunjukkan melalui penandatanganan bersama Nota Kesepahaman (MoU) dengan lima menteri (Menteri Perindustrian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi,  Menteri Ketenagakerjaan serta Menteri Badan Usaha Milik Negara)

tentang Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri (kemenperin.go.id). Dari pemaparan di atas sebenarnya kita bisa lihat fokus sistem pendidikan di negeri ini. Yaitu untuk membentuk SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri. Meskipun hal itu diambil sebagai respon cepat tantangan revolusi industri 4.0. Benarkah link and mach pendidikan vokasi dan industri adalah kebijakan yang bijak ?

Disisi lain Sukamdi, Pakar Tenaga Kerja Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada menilai persoalan yang mendasar link and mach ialah perencanaan di sektor pendidikan dan dunia usaha memang tidak pernah sejalan beriringan. Kedua sektor memiliki perencanaan masing-masing. Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada itu memaklumi ketidaksinkronan yang sering terjadi antara dunia pendidikan dan dunia usaha. Menurutnya konsep link and match antara kedua sektor menafikkan bahwa sektor pendidikan memiliki fungsi ideal untuk mencerdaskan bangsa, bukan sekadar memenuhi kebutuhan dunia usaha dan memproduksi mur bagi mesin-mesin ekonomi 

cnnindonesia.com). Pernyataan di atas harusnya menjadikan kita sadar bahwa sistem pendidikan bukan melulu tentang dunia usaha dan industri, pendidikan punya fungsi yang lebih besar dari itu, yaitu membentuk manusia cerdas dan berkarakter mulia. Namun di era kapitalisme, sistem yang memiliki landasan sekuler. Manfaat dan materi adalah orientasi dalam semua hal. Pendidikan pun harus kembali menjadi penopang bagi mesin-mesin ekonomi. Setelah link and mach ini, maka lengkaplah tujuan pendidikan, bukan lagi untuk mencerdaskan bangsa dan membentuk manusia berkarakter mulia. Bagaimana tidak ?Mulai dari liberalisasi pendidikan yang menjadikan pendidikan adalah sektor yang diperjual belikan. Berakibat pada biaya pendidikan yang terus membengkak. Serta mengalirnya keuntungan bagi para pemilik modal. Kemudian sekarang, kurikulum dan proses pendidikan yang dihadirkan kembali berorientasi pada dunia kerja dan industri. Alamiahnya SDM siap kerjalah yang akan tercetak. SDM inilah yang akan jadi pemulus industri dan usaha para pemilik modal. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sistem pendidikan hanya akan memproduksi mur bagi mesin-mesin kapitalis. Lantas siapa yang diuntungkan, bukankah para pemilik modal ?

Kondisi ini sangat berbeda dengan pendidikan dalam sistem Islam. Dalam Negara yang menerapkan sistem Islam pendidikan mampu mewujudkan manusia-manusia berkarakter mulia yang lahir dari kepribadian Islam. Bukan hanya itu, dunia Islam juga mampu menjadi marcusuar ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebut saja Al-Khawarizmi, seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi dengan penemuannya berupa aljabar dan angka nol yang digunakan hingga saat ini. Atau Ibnu Sina yang juga dikenal sebagai Avicenna merupakan salah satu ilmuwan besar Islam yang terkenal di dunia. Ia bahkan dinobatkan sebagai "Bapak Kedokteran Modern". Dan masih banyak lagi yang lain, mereka adalah hasil dari sistem pendidikan Islam. Apa yang mampu menjadikan Sistem pendidikan Islam memunculkan begitu banyak manusia berkarakter mulia dan para ilmuwan hebat ? Bagi negara Islam, pendidikan putra-putri umat adalah tanggung jawab penuh negara. Tujuan utama pendidikan dalam negara Islam yaitu membangun kepribadian Islami degan pola pikir dan pola sikap yang kuat. Dengan tujuan yang jelas itu negara Islam akan mengembangkan kurikulum dalam bentuk yang bisa mengembangkan metode pemikiran, pemikiran analisis dan hasrat pada pengetahuan untuk meraih pahala dan keridhaan Allah SWT. Jaminan atas pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat seperti pendidikan, keamanan dan kesehatan, berada di tangan negara. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw.:

الإِÙ…َامُ رَاعٍ ÙˆَÙ…َسْئُولٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ

Imam itu adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (HR al-Bukhari).

Atas dasar itu, negara harus menjamin setiap warga negara dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dengan mudah, salah satunya adalah pendidikan. Jaminan terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi seluruh warga negara diwujudkan dengan cara menyediakan pendidikan gratis bagi rakyat. Negara juga wajib menyediakan fasilitas, tenaga pengajar dan infrastruktur pendidikan yang berkualitas. Seluruh pembiayaan pendidikan di dalam negara diambil dari Baitul Mal, yaitu dari pos fai’ dan kharaj serta pos kepemilikan umum. Sehingga dalam negara Islam sistem politik dan ekonomi adalah penopang untuk mewujudkan pendidikan berkualitas. Wallahu a'lam bish-shawab
Previous Post Next Post