Oleh : Ibu Sahuria
Kemenag secara resmi akan menghapus konten radikal dalam 155 buku pelajaran. Penghapusan konten " radikal " tersebut adalah bagian dari konten program kemenag tentang penguatan moderasi beragama.
Menag Fakhrul Razi mengatakan, ajaran "radikal" tersebut ditemukan pada 5 mata pelajaran yakni: aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Al- Quran dan hadits serta Bahasa Arab.
Kita sebagai kaum Muslimin merasa prihatin sekali menyaksikan di negeri mayoritas muslim justru Islam dijadikan tertuduh. Islam dideskreditkan secara sistematis oleh umat muslim sendiri, terutama oleh negara. Kemenag sejak tahun lalu berulang menyatakan merevisi buku-buku pelajaran yang mengandung muatan 'radikalisme' seperti jihad dan khilafah. Berulang pula aparat melakukan penyitaan buku-buku ke islaman yang di anggap mengandung muatan jihad dan khilafah. Pada tahun 2020, kemenag juga berencana melakukan sertifikasi penceramah dalam rangka menangkal radikalisme. Karena banyak di tentang, akhirnya program sertifikasi mubalig ini di batalkan dan di ubah menjadi sertifikasi bimbingan teknis mubalig
Perang melawan radikalisme juga merembet ke soal pakaian dan penampilan. Sejumlah instansi pemerintah dan kampus melarang pegawai pria berjenggot dan bercelana cingkrang serta melarang muslimah bercadar.
Berdasarkan fakta opini ' Islam Radikal' diatas jelas subyektif dan berbahaya. Subyektif karena bersumber dari pandangan negatif barat terhadap Islam. Istilah 'Islam Radikal' ditujukan kepada kelompok- kelompok Islam yang tidak mau sejalan dengan kebijakan barat.
Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, pernah menyatakan Islam sebagai 'ideologi setan (evil ideologi) dalam pidatonya pada Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh Inggris. Pernyataan Tony Blair ini jelas amat subyektif menurut pandang barat. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa mentaati perintah Allah SWT dan rosulnya adalah konsekuensi ke imanan seorang muslim . Keimanannya akan menuntun dirinya untuk senantiasa taat kepada Allah SWT dan rosulNya. Tidak membangkang sedikitpun terhadap aturanNya. Allah SWT berfirman:
"Tidak patut bagi mukmin dan mukminat, jika Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (lain) tentang urusan mereka . Siapa saja yang mendurkai Allah dan rosul Nya, sungguh dia telah tersesat secara nyata (TQS al-Ahzab (33):36).
Nabi saw. Pun bersabda:
Sungguh aku telah meninggalkan dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya, yaitu kitabullah dan sunnahku (HR al-Hakim).
Islam membimbing kaum muslim dengan ajaran yang mulia. Islampun memberikan perlindungan kepada segenap umat manusia. Kalangan non Muslim malah di beri kesempatan melangsungkan ibadah, pernikahan dan makan minum sesuai agama mereka.
Kewajiban berjihad fisabilillah pun meniscayakan perlindungan kepada mereka yang tidak terlibat dalam peperangan seperti perempuan, orangtua dan anak-anak.
Islam sejak masa Rasulullah Saw. hingga kekhilafahan banyak berisi kemuliaan terhadap umat manusia. Tak pernah terjadi pemaksaan agama Islam kepada non - muslim.
Sejarah menyaksikan bahwa khilafah sepanjang sejarahnya justru menjadi payung kebersamaan untuk berbagai agama.
Kemuliaan ajaran Islam tampak saat khilafah Utsmani memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Irlandia yang di landa bencana kelaparan pada tahun 1847. Saat itu khilafah Sultan Abdul Majid mengirim bantuan berupa uang sebanyak (10.000)- lebih dari satu juta pound pada nilai saat ini ($1,3juta)- bersama tiga kapal untuk membawa makanan, obat-obatan dan keperluan mendesak lainnya ke Irlandia.
Moderasi ajaran Islam termasuk tindakan yang berbahaya. Langkah ini melemahkan ajaran Islam dan melepaskan keterikatan kaum Muslim pada agamanya. Moderasi ajaran Islam berarti mengambil ajaran tengah. Bukan ketaatan total kepada Allah SWT. Islam moderat berarti meletakkan diri antara iman dan kufur, taat dan maksiat, serta halal dan haram.
Di bidang akidah, moderasi ajaran Islam berarti menyamakan akidah Islam dengan agama-agama dan kepercayaan umat lain. Dalam Islam moderat tak ada kebenaran mutlak. Termasuk iman dan kufur. Semua menjadi serba relatif / nisbi. Dengan Islam moderat, kaum Muslim diminta untuk membenarkan keyakinan agama dan kepercayaan di luar Islam. Padahal Allah SWT berfirman, 'Sungguh kaum kafir yakni Ahlul Kitab dan kaum musyrik ( akan masuk ) ke neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah makhluk yang paling buruk ( TQS al - Bayyinah (98): 6).
Dengan moderasi Islam , kaum Muslim juga dipaksa untuk mentolerir gaya hidup bebas sepeeti perzinahan, LGBT, pornografi, dsb.
Alhasil, moderasi ajaran Islam adalah cara penjajah untuk melumpuhkan kaum Muslim. Kaum impreralis dulu dan sekarang paham bahwa faktor pendorong perlawanan umat Muslim terhadap rencana jahat mereka adalah kecintaan dan ketaatan secara total pada Islam. Selama umat Islam bersikap demikian, makar mereka akan selalu dapat di patahkan . Namun , jika umat Islam telah melepaskan diri dari Islam kaffah, lalu memilih umat yang moderat, maka mudah bagi para penjajah untuk melumpuhkan dan selanjutnya merusak umat ini.
Karena itu langkah deradikalisasi ajaran dan sejarah Islam adalah tindakan berbahaya dan manipulatif.
Fakta sejarah memperlihatkan bahwa jihad dan khilafah adalah kata kunci perlawanan kaum Muslim terhadap imperialisme yang dilakukan Barat terhadap negeri - negeri kaum Muslim. Pahlawan nasional seperti Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Panglima Besar Soedirman dan Bung Tomo bergerak mengorbankan perlawanan terhadap kaum penjajah karena dorongan iman dan jihad. Perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda juga mendapat bantuan besar dari Khilafah Utsmani.
Inilah fakta bahwa Islam adalah agama yang mulia. Semoga kaum Muslimin menyadari kembali jatidirinya sebagai umat terbaik dan tentang kemulian Islam selama berabad - abad dan bersegera bersama - sama untuk menegakkan kembali Islam Kaffah. Semoga Allah SWT mengabulkan doa kita bersama aamiin yaa Rabbal alamiin.