Oleh : Putri Rahmi DE
Sudah hampir 6 bulan dunia dihadapkan dengan pandemik virus corona. Pandemik ini mengakibatkan dunia dan Indonesia mengalami krisis ekonomi. Klaim lambatnya pemerintah menanggani kasus ini dinilai akan mampu menghantarkan Indonesia ke jurang krisis yang semakin dalam.
Dilansir dari republika co.id, 27/04/ 2020, Kepala Ekonomi CIMB Niaga Adrian Panggabean, menilai krisis ekonomi 2020 memiliki karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan krisis 1997-1998. Beliau mengatakan ada tiga dimensi besar yang paling berhubungan satu sama lain tentang krisis Ekonomi 2020. Yakni pertama pandemik covid-19. Kedua kebijakan sosio-politik untuk menekan penyebaran covid-19 melalui kebijakan social distancing ditentukan oleh kemampuan negara di dunia untuk untuk mengatasi covid-19 dan physical distancing terkait bagaimana dan berapa lama durasinya. Ketiga pengaruh negatif bagi perekonomian dunia.
Pandemik covid-19 tidak hanya menelan korban namun juga mematikan perekonomian dunia. Bahkan negara adidayapun tak mampu mengatasi krisis. Virus ini mampu membuat negara tak berdaya. China meski sudah dikatakan pulih keadaannya tetap saja dibayan-bayangi gelombang kedua yang mungkin bisa bertambah parah. Bahkan diakui oleh menteri keuangan Sri Mulyani perekonomian dunia sudah masuk kondisi resesi dan mulai masuk pada potensi depresi karena pandemik Covid-19.
Melansir Forber resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Para ahli mengatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu Negara mengalami produk domestic bruto (PDP) negatif. Meningkatnya tingkat pengangguran, penurunan penjualan ritel dan kontraksi ukuran pendapatan dan manufacture dalam periode waktu yang panjang
Selama resesi ekonomi menghadapi kesulitan orang-orang kehilangan pekerjaan perusahaan membuat lebih sedikit produksi dan penjualan.
Out put perekonomian negara secara keseluruhan menurun. Mirisnya meski ekonomi negara-negara Asia masih dalam kondisi yang baik dibandingkan dengan negara yang lain di dunia saat pandemik namun ekonomi global yang lemah membuat Asia memerlukan waktu beberapa tahun untuk pulih. Alasannya di ungkap oleh Changyong Rhee Direktur Departemen Asia Pasifik International Monetary Fund (IMF) bahwa negara-negara di Asia memiliki ketergantungan besar pada perdagangan, pariwisata dan pengiriman uang yang mendapat kerugian paling besar sejak pandemik global.
Kapitalis Semakin Jelas Kegagalan.
Virua Corona seolah membuka mata dunia tentang kegagalan Ideologi Kapitalis yang diemban negara saat ini tak mampu memutus rantai penyebaran virus covid-19, bahkan penularan semakin massif dan tak terkendali. Bisa menginfeksi siapa saja, tak memandang tua atau muda semua bias terpapar.
Solusi yang ditawarkan dalam ideologi kapitalis justru membuat ekonomi semakin menujukan tanda-tanda resesi. Bahkan tidak hanya dibidang kesehatan yang berdampak, namun juga mengalami krisis pangan hingga krisis keuangan.
Walau sebelum terjadinya pandemik ekonomi dunia sebenarnya sudah mengalami kelesuan. Hal ini tampak dari kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang sangat lebar antar individu maupun antar negara. Apalagi saat terjadi pandemik covid-19 sistem ekonomi kapitalis benar-benar diambang kehancuran. Pasalnya sistem ekonomi yang ditopang oleh sistem non riil sehingga melahirkan institusi pasar modal dan perseroan terpukul sejak pandemik. Bahkan sektor riil yang menopang sektor non riil ini juga ikut terpukul. Ditambah sumber-sumber negeri kapitalis yang berasal dari pajak (punggutan dari rakyat) dan hutang yang berbasis ribawi membuat stabilitas ekonomi negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis semakin terpuruk.
Obat untuk Dunia, dari Sistem yang manjur yaitu Islam
Pernahkah Daulah Islam mengalami krisis ekonomi? Yang membuat kehidupan masyarakat menjadi hancur-lebur bahkan membuat kelaparan di mana-mana? Tentu pernah.
Daulah Islam pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah mengalami krisis ekonomi yang hebat. Rakyat Daulah Islam kelaparan massal. Yang sakit pun ribuan. Roda ekonomi berjalan terseok-seok. Bahkan sudah sampai level membahayakan. Di antara masyarakat ada yang berani menghalalkan segala macam cara untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya. Bahkan binatang buas pun sampai berani masuk ke perkotaan.
Walhasil, krisis ekonomi ini, sungguh adalah sunnatullah. Bisa dialami oleh sebuah negara. Termasuk Daulah Islam. Yang menjadi pembeda adalah bagaimana Khalifah peduli dan memikirkan jalan keluar yang tepat dan cepat dalam mengatasi krisis ekonomi ini. Solusi yang tuntas dan menyeluruh. Bukan solusi tambal-sulam. Apalagi hanya sekadar basi-basi penuh pencitraan. Media Al Wa’ie Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi (Bagian 1), Oktober 2018.
Salah seorang wanita Arab berkata kepada Umar,
“Tidaklah Umar mendekati seorang wanita pun pada masa kelabu kecuali ia melenyapkan duka orang-orang.”
Diriwayatkan dari Anas,
“Perut Umar bin al-Khathab selalu keroncongan di tahun kelabu, sebab ia hanya makan dengan minyak. Ia mengharamkan mentega untuk dirinya. Ia memukul perut dengan jari-jarinya dan berkata, ‘Berbunyilah karena kita tidak punya apa pun selain minyak hingga rakyat sejahtera."
Mungkinkah akan ada kepala negara seperti Khalifah Umar ra?
Kemungkinan itu hanya akan terjadi saat sistem yang dijalankan sama yaitu dengan menerapkan Islam sebagai pondasi dalam menjalankan roda pemerintahan. Tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan umat manusia di Dunia kecuali dengan menghentikan penerapan sistem kapitalisme beserta turunannya termasuk sitem ekonominya dan menggantikan sistem yang sohih untuk menggantikan sistem yang bathil ini. Tentu sistem ini bukan berasal dari manusia melainkan langsung dibimbing oleh wahyu dan langsung dicontohkan oleh Rasulullah SAW yaitu sistem Islam Khilafah. Khilafah sangat mampu mengatasi krisis ekonomi, karena sistem ekonomi Islam dibangun dengan prinsip dan paradigma yang benar.
Cara khilafah menuntaskan krisis Ekonomi, Pertama khilafah akan mengakhiri dominasi dolar (uang kertas) dengan sistem moneter berbasis dinar dan dirham. Dinar dirham merupakan alat tukar yang andil bagi semua pihak, terukur dan stabil. Dalam perjalanan sejarah penerapannya, dinar dirham sudah terbukti sebagai penerapan mata uang yang nilainya stabil karena didukung oleh nilai instrinsiknya. Sedangkan uang kertas tidak stabil karena nilainya berbasis kepercayaan.
Kedua, khilafah tidak akan mentolerir sektor non riil atau sektor moneter yang menjadikan uang sebagai komoditas. Sektor ini selain diharamkan karena mengandung unsur riba dan judi juga menyebakan sektor riil tidak bias berjalan secara optimal. Jika sektor ini ditutup atau dihentikan oleh khilafah maka semua uang akan bergerak disektor riil sehingga roda ekonomi akan berputar secara optimal.
Ketiga, khilafah akan membenahi sistem kepemilikan sesuai dengan syariah islam.
Sistem ekonomi kapitalis dengan konsep kebebasan kepemilikan telah megakibatkan terjadinya monopoli terhadap barang dan jasa yang seharusnya milik bersama sehingga terjadinya kessejangan yang luar biasa. Sebaliknya dalam sistem ekonomi Islam dikenal tiga jenis kepemilikan, kepemilikan pribadi, kepemilikan umum dan kepemilikan negara .
Keempat, khilafah akan mengelola sumber daya alam secara adil. Sumber daya Alam (SDA) adalah kepemilikan umum (rakyat) yang memnjadi sumber pemasukan negara yang melimpah pada pos harta milik umum. Khilafah akan mengelola secara mandiri untuk kemashalatan rakyatnya .
Adapun ketika terjadi bencana atau wabah, keuangan khilafah akan tetap stabil karena khilafah punya jalur dana untuk mengatasi wabah di bagian belanja baitul mal yang terbagi dua seksi.
Pertama seksi Mashalih ad Daulah, khususnya biro Mashalih ad Daulah.
Kedua seksi darurat atau bencana Alam (Ath Thawari). Seksi ini memberikan bantuan kepada kaum muslim atas setiap kondisi darurat/ bencana mendadak yang menimpa mereka. Faktor inilah yang menjaga stabilitas ekonomi khilafah saat terjadi wabah ataupun tidak.
Kehidupan suasana pada saat Islam adalah kehidupan yang dijalankan sesuai panduan hidup manusia yaitu Al-quran dan As- sunah yang akan menghantarkan kepada kemaslahatan. Sesuai dengan firman Allah,
“Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (Qs. Al Baqarah: 2)
Wallahu a’alam bishowab